Please select a page for the Contact Slideout in Theme Options > Header Options

/staff picks:/ Impian Amerika

/staff picks:/ Impian Amerika
23/05/2018 admin

Membaca kumpulan cerita karya Kuntowijoyo, Impian Amerika, saya seolah berjumpa dengan seorang Pakde yang lama tidak saya jumpai. ‘Pakde’ ini kembali ke Indonesia setelah bertahun-tahun tinggal di Amerika Serikat, dan beliau membawa pulang cerita panjang tentang orang Indonesia yang dijumpainya selama tinggal sana.

Rupanya di Amerika, ‘Pakde’ berjumpa dengan orang Indonesia dari berbagai ‘tempat’ yang berbeda. Ada orang Batak, Jawa, hingga Makassar. Ada yang terlahir di keluarga yang kaya dan yang miskin. Ada yang lajang dan yang menikah. Ada yang jadi mahasiswa, dan yang jadi pekerja kasar. Kesemuanya punya impian yang semakin bermacam-macam lagi: ada yang bercita-cita jadi majikan, ada yang ingin dimakamkan di Indonesia, ada yang ingin menata apartemen supaya layak ketika dikunjungi ibunya, ada yang ingin punya anak. Paling sedikit ada tiga puluh impian! Bahkan ‘Pakde’ termasuk salah satu orang yang mengungkapkan keinginannya. Dalam cerita “Pengajian, Pengajian!” beliau menuliskan, “Ketika saya bersekolah di Storrs, Connecticut, ada kekhawatiran yang mendalam kalau (saya) tiba-tiba mati mendadak, tidak akan ada yang merawat jenazah saya secara Islam.”

Awalnya rasa sayang bercampur rindu membuat saya menutup mulut dan memasang telinga baik-baik. Namun, lama-lama saya gelisah. Gaya bercerita ‘Pakde’ Kuntowijoyo memang sebagaimana Pakde saya sendiri, yang membuai saya ketika kanak-kanak dengan cerita pengantar tidur. Pakde kerap bercerita tentang masa lalu, kelucuan yang baru dialami, serta kisah keluarga kami yang lain. Tuturan beliau kedengaran jujur dan maksudnya jelas: menunjukkan mana yang baik dan yang buruk. Dulu, itu membuat saya merasa nyaman. Sekarang, saya menyadari betapa kami berdiri di tempat yang berbeda: apa yang bagi Pakde baik belum tentu baik bagi saya, demikian pula sebaliknya. Sekarang menyimak cerita ‘Pakde’ memberi saya kesan bahwa beliau percaya bahwa segalanya akan baik-baik apabila seseorang menikah, punya anak, hidup sesuai ajaran agama, bermasyarakat, dan mengalami mobilitas sosial yang menanjak. Tentu baik, bila ada seseorang yang mengalami hal itu. ‘Pakde’ dan Pakde bisa dibilang telah mengalami kesemua hal tersebut. Namun bagaimana dengan orang yang tidak mengalaminya? Apakah hidupnya lantas jadi lebih tidak bernilai?

Dari sekian cerita ‘Pakde’, yang paling menyentuh saya adalah cerita tentang Aty, yang sempat menimbulkan kehebohan ketika dia hamil di luar nikah dan tidak tahu siapa ayah dari janin yang dikandungnya. Para mahasiswa Indonesia mendadak rajin ke pengajian karena tidak ingin dituduh telah menghamili Aty. Tantenya yang dulu dengan bangga mengakui Aty sebagai anaknya, karena kepandaian Aty dan keluwesannya bergaul, kini menegaskan kepada orang-orang bahwa Aty adalah keponakannya. Orang-orang di sekitar Aty lantas bergantian menawarkan ‘solusi’ atas ‘persoalan’ tersebut, tapi kesemuanya ditolak Aty. Ketika anaknya terlahir, Aty semakin bersemangat hidup karena yang dipikirkan kini tidak hanya dirinya sendiri. Dia juga tidak lagi memikirkan pandangan orang lain, Aty lantas menjalani hidup sebagaimana pilihannya. Bagi saya, Aty telah berupaya sebaik mungkin.

Saat saya hanyut dalam pikiran saya, Pakde saya seolah bertanya, “Kalau impian Andika apa?” Saya hanya meringis, karena satu-satunya impian yang terlintas di benak saya ketika itu adalah berakhirnya percakapan kami. Apa yang saya rasakan mungkin tergambar jelas di wajah saya, karena setelahnya dengan kelihatan salah tingkah, Pakde seperti bilang, “Apa cerita Pakde menyinggung perasaanmu? Kok kamu diam saja? Kamu boleh punya impian apa saja kok, meskipun jelas nggak semua bisa kesampaian. Memang Pakde akan lebih senang kalau mimpi kita ternyata sama, karena kita sekeluarga.”

Seharusnya saya berkata, “Tidak apa-apa.” Namun saya tidak berkata apa-apa.

(Andika Budiman)

***

Kineruku mengoleksi beberapa karya Kuntowijoyo, baik fiksi maupun nonfiksi, seperti: Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas; Metodologi Sastra, Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, Pasar, Pelajaran Pertama Bagi Calon Politisi, dan Isyarat.

Kineruku juga menjual sejumlah karya Kuntowijoyo, yaitu:

>> Impian Amerika (Penerbit Mata Angin), Rp80.000.

>> Pasar (Penerbit Mata Angin), Rp85.000.

>> Petani, Priayi, dan Mitos Politik: Esai-esai Sejarah (Penerbit Matabangsa), Rp85.000.

>> Khotbah di Atas Bukit (Penerbit Mata Angin), Rp75.000

>> Waspirin & Satinah (Penerbit Kompas), Rp45.000

 

Comments (0)

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Subscribe