Pengunjung setia Kineruku pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok Mbak Sur. Mungkin ia pernah menegur kita saat kita lupa menaruh tas saat masuk ke dalam ruang perpustakaan. Mungkin kita juga pernah merasakan ketelatenan Mbak Sur, saat ia mencatat nota ketika kita meminjam atau membeli sesuatu. Mbak Sur punya nada bicara yang tegas, dan ketegasannya itu seringkali memberi kesan sangar. Tapi di saat bersamaan, kelihatannya Mbak Sur juga senang tertawa. Mari kita simak wawancara sosok penjaga Kineruku yang istimewa ini:
Sekarang tugas Mbak Sur di Kineruku apa saja sih?
(Mbak Sur bersandar di kursinya, pandangannya menerawang.) Pertama, jelas kasir. Selain itu saya juga mengurusi administrasi, keuangan, serta pemeliharaan stok dan koleksi. Saya jadi customer service yang menjawab pertanyaan orang-orang. Menata buku. Waktu ada anggota perpustakaan yang mengembalikan buku, saya bertugas mengembalikannya ke rak, juga mengembalikan buku yang dibaca pengunjung ke rak. Saya juga bekerjasama dengan Mbak Rani dan Mas Budi melayani jual beli online. Saya nggak sepenuhnya memegang e-mail, tapi kalau ada orang yang menanyakan barang, saya memeriksa ketersediaan barang itu. Kami juga saling mengingatkan tentang pemesanan barang. Saya mengurusi penerimaan dan pengiriman barang. Jika dapur sedang kekurangan orang, saya membantu memasak. Selama ini, saya juga bertugas menyiapkan bahan-bahan yang perlu dimasak. Misalnya kentang. Untuk membuat french fries, persiapannya adalah kentang dicuci, direbus, diiris, dibumbui, dimasukkan ke dalam freezer. Itu baru satu menu saja. Belum untuk menu yang lain, seperti potato wedges atau kari ayam. Meskipun bukan tugas saya untuk berbelanja bahan, tapi kalau hari itu sedang tidak ada orang, saya juga siap melakukannya.
Tugasnya banyak sekali! Apa dari dulu sudah sebanyak ini?
Dulu, saya bertugas jadi kasir yang kadang-kadang memasak, karena waktu itu pengunjung Kineruku baru satu-dua orang saja. Saya belum mengurusi keuangan dan administrasi. Lama-lama pengunjungnya semakin banyak, usahanya juga semakin berkembang. Bisa lieur kalau sekarang tugas kasir dan juru masak dilakukan sendiri. Dulu saya takut menyentuh ini.. (Mbak Sur menunjuk laptop dan gawai di depannya.) Tapi saya berusaha memberanikan diri. Saya juga mulai berani memotret barang untuk menjawab pertanyaan calon pembeli. Kalau barangnya habis, saya menawarkan pilihan barang yang lainnya. Lama-lama terbiasa. Karena saya kerja di tempat yang dikunjungi anak-anak muda, bekerja dengan orang-orang yang lebih muda, saya maunya tetap muda juga. Mau tetap paham apa yang sedang disukai anak muda. Sekarang kalau selfie sama anak-anak, kadang-kadang saya lebih heboh dari anak-anak saya. (Mbak Sur adalah ibu dari dua orang anak perempuan, yang satu duduk di bangku kuliah, yang satunya lagi masih SMP.)
Dulu semasa muda, Mbak Sur orangnya seperti apa?
Saya semasa SD dan SMP, tinggal di Jawa. Di Gunungkidul, tapi bukan di ‘kota’-nya. Tempat tinggal saya lebih ‘masuk-masuk’ lagi. Daerahnya kering, untuk kebutuhan sehari-hari kami menadah air hujan. Dulu kalau musim kemarau, kami harus beli satu tangki air, untuk dipakai sedikit-sedikit supaya bisa bertahan sampai berbulan-bulan. Waktu SMA, saya ngekos di ‘kota’, bukan di Yogyakarta, tapi di Wonosari. Waktu itu biaya kos masih murah. Saya juga ikut OSIS, Karang Taruna, jadi sekretaris atau bendahara. Karena saya senang berolahraga, maka kalau ada pertandingan bola voli pasti saya ikut. Sampai sekarang, kalau ada kesempatan dan fasilitasnya, saya masih suka main voli.
Dari Wonosari, kok Mbak Sur bisa sampai Bandung?
Selesai SMA, tahun 1995. Saya ikut kakak saya yang bekerja di Bandung. Waktu pertama kali datang, saya nggak berani keluar dari kontrakan saya di Hegarmanah, karena nggak bisa ngomong bahasa Sunda! (Mbak Sur tertawa)
Sekarang mah…
Sekarang mah! Setelah sampai di Bandung, saya segera mencari kerja. Saya menulis surat lamaran, dan mengirimnya ke mana-mana. Saya pernah bekerja di tempat fotokopi, tapi nggak lama, cuma tiga bulanan. Lalu saya pindah kerja ke supermarket. Awalnya saya nggak jadi kasir, tapi bagian sales. Tugasnya menjaga barang, mengelap barang supaya kelihatan bersih, menata barang. Tapi berjaganya sambil berdiri. Ada banyak orang yang jadi bagian sales, masing-masing ditugasi menjaga lorong yang berbeda. Kalau ada barang yang hilang, kami bertanggung jawab. Kami betul-betul menjaga, dan capek sekali. Pernah juga saya jadi bagian ekspedisi jasa pengiriman barang. Saya jadi tahu apa artinya ekspedisi. Saya menelepon ke perusahaan-perusahaan, menawarkan jasa kami. Membandingkan harga yang ditawarkan oleh jasa pengiriman yang lain. Atasan saya waktu itu nggak jujur, jadi usahanya bubar. Saya juga sempat sakit sampai nggak bisa bekerja, padahal kalau sehat bisa menerima pekerjaan lain yang waktu itu ditawarkan. Saya sempat kembali ke Jawa setahun, tapi nggak betah dan balik lagi ke Bandung. Saya menikah pada 1997, dan punya anak pertama pada 1998. Saya ini jiwanya bekerja. Kalau diam malah nggak betah. Meskipun suami saya bekerja, tapi saya merasa saya juga harus membantu mencari uang. Apalagi sekarang pengeluaran makin besar.
Bagaimana Mbak Sur bisa sampai bekerja di Kineruku?
Saya dengar ada kebutuhan pekerja dari saudara saya yang bekerja di kantor bapaknya Mbak Rani. Saya lalu menulis surat lamaran. Lalu dipanggil. Waktu itu saya bilang siap buat di-training dua hari, bahkan kalau nggak dibayar juga nggak apa-apa. Dulu pekerjaannya memang nggak sebanyak yang sekarang. Tapi bagaimana pun orang kan mau terus maju. Jadi lebih baik. Jadi saya berusaha mengikuti perkembangan. Berusaha mengembangkan kemampuan, meskipun sejujurnya saya nggak suka membaca. Saya sadar Kineruku ini perpustakaan, jadi seharusnya saya bisa lebih kenal isi bukunya. Tapi membaca kan cuma bisa dilakukan dalam keadaan tenang. Sementara saya mesti kerja. Pulang ke rumah, saya harus mengurus keluarga saya. Menyiapkan kebutuhan suami dan anak-anak. Jadi saya belum bisa mengenali semua isi buku yang ada di perpustakaan Kineruku. Beda sama Mbak Rani dan Mas Budi…
Ya mereka kan memang pemiliknya…
Iya sih, ha ha ha. Saya masih ingat, pertama kali bekerja di Kineruku pada tahun 2009. Itu berapa tahun yang lalu ya?
Delapan tahun?
(Mbak Sur menghitung dengan kalkulator.) Iya, delapan tahun! Saya pernah harus mengubah satu per satu label di belakang buku di perpustakaan Kineruku, karena memang sudah saatnya diganti, dan itu saya lakukan sendirian untuk semua buku se-Kineruku! (Mbak Sur tertawa.)
Mbak Sur pernah memarahi pengunjung?
(Wajah Mbak Sur langsung kelihatan bersalah.) Maksudnya bukan memarahi sebetulnya, tapi menegur. Ada pengunjung yang pinjam buku, dan mengembalikannya lama sekali. Ada juga yang sering datang ke sini, tapi lupa wae menyimpan tas di loker. Kan sebal, ya? Dulu saya sungkan tiap ada teman dekat dan kerabat Mbak Rani dan Mas Budi yang masuk ke perpustakaan dengan membawa tas. Tapi saya dikasih wewenang untuk menegakkan peraturan. Sejak itu saya nggak sungkan lagi menegur orang. Mungkin pembawaan saya mengesankan kalau saya orang yang suka marah-marah. Sering Mbak Rani mengingatkan, “Mbak Sur jangan segitunya, kan kita perlu senyum juga.” Tapi meskipun kelihatannya begini, sebetulnya hati saya mah baik. Akhirnya banyak, kok, orang yang mau jadi teman saya.
Apa pesan Mbak Sur bagi para pengunjung Kineruku?
Saya berharap para pengunjung yang ada sekarang, bisa bantu mempromosikan Kineruku ke teman-temannya. Mengabarkan koleksi buku-bukunya, kenyamanan tempatnya, makanannya juga. Jadi yang datang semakin banyak. Saya paling senang kalau ada banyak orang yang pesan makanan, karena saya senang memasak dan juga merasa ikut memiliki dapur. Cita-cita saya sebetulnya punya usaha rumah makan sendiri, sambil tetap bekerja di sini juga.
[Andika Budiman]