Seperti apa rasanya mendengarkan sebuah album yang dinilai sempurna oleh mayoritas review profesional, masuk dalam daftar “album terbaik” tahun-tahun setelah itu, dan memenangi Mercury Prize pada 2008? Kesan pertama ketika menyimak album keempat Elbow The Seldom Seen Kid ialah betapa suara Guy Garvey—vokalis grup ini—sangat mirip dengan Peter Gabriel. Apa ini membuat musik Elbow akan jadi seperti Genesis di zaman Gabriel atau setelah Gabriel bersolo karir? Ternyata tidak sama sekali. Ini tentu cukup mengagetkan, meski Guy Garvey pernah berkata, “Aku tumbuh dengan mendengarkan seluruh rekaman Genesis dan belajar menciptakan harmoni dengan mendengarkan Peter Gabriel.”
Akibat yang sangat terasa dari terpengaruh Peter Gabriel ialah upaya Elbow menciptakan musik dan nada-nada yang agak susah dinikmati (kurang easy listening), meski wilayah musik mereka bergenre alternatif rock maupun indie rock. Tidak ada lagu yang menggebu-gebu karena didorong rasa putus asa, perlu mengeluarkan energi sangat besar untuk membawakannya, mengumbar melodi berkepanjangan, atau menyalak-nyalak saking bersemangat sebagaimana ciri khas band alternatif rock pada umumnya. Malah ada banyak harmoni manis antara gitar & keyboard yang membuat musik mereka jadi terkesan inovatif—ini merupakan hasil kerja sama dari dua bersaudara Mark Potter (gitar) dan Craig Potter (keyboards & trumpet). Jadi kita bahkan agak sulit juga menentukan apa yang membuat musik mereka masuk dalam kategori alternatif kecuali bahwa nada-nadanya terkesan berat dan terlalu sulit untuk disebut pop.
Perasaan galau dan melankolis cukup muncul dalam album ini, yang didedikasikan untuk Bryan Glancy, rekan musisi yang meninggal mendadak. Mereka sama-sama berasal dari Manchester, Inggris; Elbow sengaja menciptakan “Friend of Ours” untuk mengenang kebaikan, kedekatan, dan persahabatan dengan Glancy. Di beberapa lagu tertentu mereka berusaha ceria dengan mengambil sisi manis musik jazz atau waltz sampai bisa membuat hati kita riang—antara lain sangat muncul di lagu “The Fix” dan “An Audience With The Pope”—atau bahkan unsur flamenco”The Bones Of You”.
“Sebuah album mestinya membawa orang pada suatu penjelajahan,” demikian kata Garvey pada New York Daily News. Idealnya penjelajahan itu juga terselip di dalam lirik-lirik yang dia nyanyikan. Di lagu “One Day Like This” yang sangat anthemic dengan iringan string, Garvey memakai analogi menarik untuk menggambarkan rumitnya perasaan ketika jatuh cinta, “Someone tell me how I feel, it’s silly wrong but vivid right.” Sementara lagu “The Loneliness Of A Tower Crane Driver” berkisah tentang seseorang yang merasa kesepian karena pekerjaan menuntutnya selalu berada di ketinggian. Dia kehilangan orang-orang terdekatnya, dan ada nada getir setelahnya, “…now I live off the mirrors and smoke. It’s a joke, a fix, a lie…”
Selain Guy Garvey, Mark Potter, dan Craig Potter, dua anggota Elbow lain ialah Pete Turner (bass) dan Richard Jupp (drums). Mereka solid sejak bertemu waktu kuliah pada tahun 1990-an dan mampu menelurkan album perdana, yaitu Asleep in the Back (2001). Kekompakan Elbow ini patut dipuji, dan jelas karena itu mereka mampu menghasilkan album-album berkualitas, lepas dari pendapat bahwa mereka kurang sukses secara mainstream atau populer secara gila-gilaan—katakanlah setingkat Blur atau Coldplay. Sikap independen band ini dalam menghasilkan album juga kerap jadi sorotan. Meski awalnya dikontrak Island Records, namun ketika label ini diakuisisi perusahaan raksasa Universal, rekaman calon debut Elbow justru termasuk yang ditolak untuk dibawa serta dalam pembelian tersebut. Setelah itu mereka secara fleksibel pindah-pindah perusahaan rekaman dan memproduksi sendiri album-albumnya. Reputasi mereka mendapat pujian dari dinosaurus musik Inggris mulai dari Radiohead, Coldplay, Blur, R.E.M., dan U2. Peter Gabriel meng-cover “Mirrorball” di album Scratch My Back (2010), dan sebaliknya Elbow meng-cover lagu Gabriel “Mercy Street” di album pasangannya, I’ll Scratch Yours.
The Seldom Seen Kid ada di peringkat 6 daftar Album of the Year Uncut 2008. Komentar majalah itu: “There was a forceful confidence and clarity to these humane, sometimes proggish songs that kept them artistically streets ahead of admiring contemporaries like Coldplay.” Sukses atas penerimaan album ini membuat Elbow merilis The Seldom Seen Kid Live at Abbey Road (2009). Desain kemasan The Seldom Seen Kid juga keren dan sleeve-nya ditata sangat cantik.
Sekarang, seperti apa rasanya mendengarkan sebuah album yang dinilai sempurna oleh mayoritas review profesional, masuk dalam daftar “album terbaik” tahun-tahun setelah itu, dan memenangi Mercury Prize pada 2008? Jawabannya ialah: hebat. Album ini pantas disimak.
[Anwar Holid]
Photo by Valerio Berdini, taken from here.
[MP3]
Elbow – “The Loneliness Of A Tower Crane Driver”
The Seldom Seen Kid
Elbow
(Fiction, 2008)
Alternative Rock, Indie Rock
11 track, 57 menit