Please select a page for the Contact Slideout in Theme Options > Header Options

Million Dollar Baby:
Pertarungan, Kehormatan, Kemenangan

Million Dollar Baby:
Pertarungan, Kehormatan, Kemenangan
19/07/2010

Di sela-sela kesibukan pekerjaan sehari-hari aku menamatkan buku Million Dollar Baby (F.X. Toole) terbitan Banana Publisher. Itu terdiri dari enam cerpen, lima di antaranya sangat mengesankan dan sempurna, terutama yang berjudul “Million $$$ Baby” dan “Sayatan Tali Ring”—masing-masing panjangnya 59 halaman dan 116 halaman.

Sudah lama aku mencari-cari cerpen yang bisa memuaskan selera pada sastra dan baru menemukannya dengan baik di buku ini. Kisah di buku itu bukan hanya mampu membuat indraku menegang, ulu hati pun ikut sakit dan seluruh tubuh tiba-tiba merasa lemas atau malah kuat, membuat kepala pening sekaligus membayangkan peristiwa dengan utuh, tapi juga memberi contoh tentang cara bertutur yang bagus dan lugas. Tanpa sia-sia sedikit pun.

Dalam Million Dollar Baby aku banyak menemukan ungkapan kuat yang segar, baru, dan berani—mesti dalam taraf tertentu sangat Amerika Serikat. Kadang-kadang ungkapan yang Toole gunakan kasar dan parah, tapi ada juga yang bikin terpingkal-pingkal. Cerpen yang menjadi judul buku ini, “Million $$$ Baby”, dibuka dengan kata-kata seorang pelatih, “Tinju adalah suatu tindakan yang tidak alami. Pahami itu, Nak. Segala sesuatu dalam tinju adalah kebalikan dari yang terjadi dalam kehidupan. Jika kau ingin bergerak ke kiri, kau tidak boleh melangkah ke kiri, kau tekan jari kaki kanan, seperti ini. Untuk bergerak ke kanan, kau gunakan jari kaki kiri, paham?” (hal. 101) Kalimat yang dia lampiaskan mampu membuat pembaca merasa goyah persis seorang petinju menghajarkan bogem ke dagu lawan, kemudian terhuyung-huyung ketika dilanjutkan dengan hantaman lain. Kemampuannya memaksimalkan efek kata betul-betul mempesona.

Cerita dari sudut ring, petinju dan krunya menjadi kekuatan sekaligus kekhawatiran apa benar bisa menghadirkan kisah yang menarik. Kekhawatiran ini mungkin akan muncul dari mereka yang bosan atau benci dengan tinju. Tapi kata Washington Post, “Kau tak perlu mencintai tinju untuk menghargai karya gemilang Toole. Kau bahkan boleh tak peduli dengan tinju.” Sementara bagi orang awam yang hanya suka nonton atau baca ulasan tinju, barangkali masih sulit membedakan dengan pasti antara jab, upper cut, hook, dan istilah teknis lain. Semua semata-mata terasa sebagai pukulan, dan akibatnya jelas: bikin bengkak, mata berkunang-kunang, kulit sobek, hidung patah, rusuk retak, termasuk KO, gegar otak, dan cedera mematikan lain. Tinju memang diciptakan untuk mematikan lawan. Tapi semua itu masih kurang membuat orang bisa tertarik pada tinju. Ada aspek yang lebih menggetarkan daripada pertandingan, terutama motif dan latar belakang para karakter. Toole menyelesaikan aspek nonteknis itu dengan sangat baik. Penggambaran karakter maupun terjadinya konflik amat kuat terbaca.

Memang di setiap cerpen kita pasti bisa menemukan laporan pertarungan ronde demi ronde, mana pukulan meleset dan masuk, orang yang terlibat jadi emosional atau tetap tenang, apa salah satu petinju berbuat curang, dan seterusnya. Bagian seperti itu boleh dibaca cepat-cepat; tapi jangan bagian pembentukan karakter, plot, dan cerita kenapa seseorang sampai menjadi petinju atau memasuki dunia itu dan hidup di sana. Kata Toole, seseorang suka tinju karena di sana ada keajaiban. Sebenarnya ada alasan yang lebih relevan; menurut Joyce Carol Oates, tinju ada untuk para lelaki, tentang para lelaki, dan adalah kelelakian itu sendiri. Karena itu drama tentang hidup lelaki lebih kentara—bahkan ketika Toole bercerita tentang petinju perempuan, Maggie Fitzgerald. Ketika para petinju lelaki latih tandingnya tumbang satu demi satu, ada seseorang melecehkan, pelatihnya membela, “Ia bukan cewek. Dia petinju.”

Tinju dalam buku Toole merupakan dunia yang bisa hadir luar biasa mengerikan. Mereka mempertaruhkan hidup mati-matian dengan cara paling purba, yaitu menjual tubuh, mempertaruhkan nyawa, memaksimalkan daya pesona. Tentu saja semua dikemas dengan cantik, disertai filosofi dan idealisasi luhur tentang pertarungan, keksatriaan, maupun seni. Kekasaran, kebrutalan berbalut dalih yang kadang-kadang memalukan untuk diakui. Seseorang bisa memutuskan terlibat tinju demi mendapat biaya pengobatan kanker payudara ibunya, beli rumah, bahkan demi mendapat tambahan beli cat. Uang dan kemenangan jelas merupakan motif sangat besar dan para pelaku berusaha mendapatkannya seefektif mungkin, termasuk pandai-pandai memilih lawan, manajer, promotor, bahkan menentukan rumah taruhan. Meski begitu Toole dalam buku ini menekankan satu moral yang sangat jelas: “Jangan pernah mulai main kotor; tapi jika terjadi kau harus melakukan yang harus dilakukan agar lawan menghormatimu” (hal. 246).

F.X. Toole adalah nama pena Jerry Boyd, seorang pelatih tinju dan cut man. Toole baru memasuki dunia tinju ketika berumur akhir 40-an atas bimbingan Dub Huntley. Kehidupan Huntley dan pengalamannya yang kaya di dunia tinju kerap menjadi model karakter dan latar belakang cerpen Toole. Ketika Huntley dan Toole menangani petinju perempuan, Juli Crockett, beberapa waktu kemudian Toole menjadikan kisah hidupnya sebagai basis cerpen “Million Dollar Baby”. Perjuangan Toole menjadi penulis fiksi sama keras dengan kisah-kisahnya. Dia mulai menulis pada usia 20-an, namun senantiasa mendapat penolakan kira-kira selama lima puluh tahun dari berbagai media dan penerbit. Baru ketika usianya tujuh puluhan, cerpennya yang berjudul “Monkey Look” dimuat majalah sastra ZYZZYVA. Dari sana sejumlah cerpen lain dia dipublikasi, kemudian terkumpul dalam Rope Burns, di dalamnya menyertakan “Million $$$ Baby” yang kemudian diadaptasi menjadi film pemenang Oscar oleh Clint Eastwood, dibintangi Hillary Swank, dirinya, dan Morgan Freeman.

Penerbitan Rope Burns pada 2005 memberi catatan tersendiri buat Toole sebagai penulis pantang menyerah, persis mental seorang petinju yang terus bertarung sebelum kalah atau jatuh. Dalam keberhasilannya yang singkat di dunia sastra, dia menghasilkan dua buku, yaitu kumpulan cerpen yang diterjemahkan dengan sangat bernyawa ini, dan Pound for Pound (2006), novel yang diterbitkan setelah kematiannya pada 2002.

Toole memenangi pertarungan sendiri. Arsene Wenger pernah sesumbar: “Di final, hanya pemenanglah yang akan dikenang.” Toole pantas mendapat kehormatan itu.

[Anwar Holid]

Million Dollar Baby
F.X. Toole
Edisi terjemahan bahasa Indonesia
diterbitkan oleh Banana Publisher, 2006, 359 halaman

MillionDollarBaby!

Comments (0)

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Subscribe