Please select a page for the Contact Slideout in Theme Options > Header Options

Pahlawan di Masa Pasca Perang, Siapakah Mereka? | In-Docs

Pahlawan di Masa Pasca Perang, Siapakah Mereka? | In-Docs
27/11/2008

Kineruku Layar Tancep
Hegarmanah 52 Bandung
Sabtu, 29 November 2008
19:00 WIB, pemutaran film dan diskusi

In-Docs bekerjasama dengan Komunitas Layar Lampung dan LFM-ITB Bandung mengadakan screenDocs! Regular:

PAHLAWAN, SIAPAKAH MEREKA?
Pemutaran Film & Diskusi

Pengertian kita akan pahlawan hampir selalu dikaitan dengan mereka yang berjuang di medan peperangan. Mereka yang angkat senjata melawan penjajah di masa kemerdekaan. Apakah pahlawan harus seorang yang berjuang di medan perang? Mungkinkah muncul pahlawan-pahlawan pasca perang kemerdekaan yang tidak harus berperang angkat senjata dalam arti yang sesungguhnya? Kalau begitu apa sebenarnya syarat seseorang bisa disebut pahlawan? Siapakah musuh yang mereka hadapi? Mungkinkah diantara kita saat ini muncul kepahlawanan?

Suster Apung
Andi Arfan Sabran & Suparman Supardi, 15 menit, Indonesia, 2006
Peraih sinematografi terbaik, film terbaik, dan film favorit pemirsa pada Metro TV Eagle Awards 2006

Hj. Rabiah telah bertugas sebagai perawat selama 28 tahun hingga sekarang di kepulauan Liukang Tangaya di selatan Pulau Sulawesi, dekat perairan laut Flores. Ia harus menembus ganasnya gelombang laut dan melawan batas kewenangannya sebagai perawat, serta tidak menyerah oleh keterbatasan fasilitas yang ada di tempat-tempat terpencil tersebut

Kepala Sekolahku Pemulung
Justis Arimba & Victor Doloksaribu, 15 menit, Indonesia, 2007
Peraih Film Terbaik Metro TV Eagle Awards 2007

DKI Jakarta memiliki dana APBD terbesar di Indonesia, dan menganggarkan 20% dari dana tersebut untuk sektor pendidikan. Lantas, mengapa Pak Mahmud, sebagai kepala sebuah Madrasah setingkat SMP di Jakarta, menyambi sebagai pemulung? Keputusannya memunculkan sikap pro dan kontra yang ‘hangat’ dari rekan guru, murid- murid, dan masyarakat di sekitar Madrasah. Bagaimana dedikasi Pak Mahmud sebagai guru,  di tengah tekanan dari lingkungan sambil berjuang untuk menghidupi keluarganya?

Helper Hongkong Ngampus
Ani Ema Susanti & Yunni Dhevie Hapsari, 15 min, Indonesia, 2007

Subi dan Acik adalah TKW yang berpenghasilan cukup baik selama mereka bekerja di luar negeri. Subi memilih untuk membeli rumah, sawah, dan sepeda motor dari gajinya, disamping untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Sekembalinya Subi di Indonesia, ia menikah dan memiliki anak. Sejak saat itu harta bendanya mulai dijual untuk menanggung biaya hidup keluarganya.  Sedangkan Acik memanfaatkan kelebihan uang yang ia dapat dengan membiayai dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Saat ini Acik bekerja menjadi guru di sebuah sekolah dasar

Prahara Tsunami Bertabur Bakau
Emanuel Tome Hayon & Mikhael Yosviranto, 15 min, Indonesia, 2008
Peraih Film Terbaik  Metro TV Eagle Awards 2008

Bencana seringkali meninggalkan kesedihan dan trauma bagi setiap orang yang mengalaminya. Bagi seorang Baba Akong dan istrinya, bencana adalah sebuah kebangkitan bagi kecintaan pada lingkungan. Kemiskinan dan kesederhanaan tidak menghalangi niat mereka untuk menghijaukan lingkungan sekitar. Selama 16 tahun setelah tsunami 1992 di Flores, NTT, mereka berhasil menghijaukan pesisir pantai Ndete seluas 23 hektar. Bukan saja itu, Baba Akong juga meregenerasi kelompok usahanya menjadi 41 kelompok dan beranggotakan 2000 orang.

Pemutaran film dilanjutkan dengan diskusi.
Pembicara: AD Akbar (Dosen STSI Bandung, pekerja seni Makassar)

After the Event:

[flickr]photo:3072939615(medium)[/flickr][flickr]photo:3073742222(medium)[/flickr][flickr]photo:3072920161(medium)[/flickr][flickr]photo:3072932037(medium)flickr]

Comments (0)

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Subscribe