The Bicycle Thief (Ladri di biciclette)
Vittorio De Sica hadir di sejarah sinema dengan kepekaan merasakan efek dari Perang Dunia II yang membuat rontok negara-negara. Baginya tak perlu menampilkan korban perang secara vulgar, cukup hanya dengan merekam kondisi sosial masyarakat Italia saat itu. Karya paling definitif De Sica, The Bicycle Thief, adalah kisah tentang seorang laki-laki yang sangat membutuhkan pekerjaan, sampai harus menjual beberapa peralatan di rumahnya demi bisa membeli sepeda. Betapa bisa sangat pentingnya sebuah sepeda ternyata, bagi seseorang. Apalagi itu modal utamanya untuk bisa mencari nafkah, demi menghidupi anak dan istrinya pasca perang. Premis simpel itu dipakai untuk membangun cerita: hilangnya sepeda berarti hilanglah juga harapan untuk hidup. Ricci dan anaknya yang masih kecil, Bruno, berusaha mati-matian mencari sepedanya yang raib, di antara scene-scene bangunan rusak, di sudut-sudut kota Roma yang lumpuh akibat perang. Meski sederhana—justru itu kekuatan utama film ini—De Sica mampu mengguncang perasaan penonton di hampir setiap shot, yang juga cukup terbantu dengan penggunaan musik latar yang teliti dan tepat. Seperti adegan saat Ricci mendesak orang tua yang sedang berdoa untuk keluar dari gereja, demi menemukan pelaku pencurian sepedanya; juga perkataan Ricci ketika mengajak Bruno makan pizza, “Why should I kill myself worrying when I’ll end up just as dead?“; hingga penghujung cerita ketika rasa bimbang terus menggerus dan jalan pintas terpaksa diambil sementara si anak terus menangis. Selain penyutradaraan De Sica yang cemerlang, dua jempol juga harus diberikan kepada Cesare Zavattini, penulis naskahnya. De Sica adalah salah satu penggerak gelombang sinema neorealisme Italia—jauh sebelum muncul French New Wave, dan kini telah melahirkan turunannya seperti Indian New Wave/Parallel Cinema dan Iranian New Wave. Film-film neorealisme Italia kerap menggunakan aktor yang bukan profesional (non-actors, seperti pemeran Bruno yang ditemukan oleh salah seorang kru film di jalanan), lokasi syuting dan pencahayaan yang natural, cerita dengan plot sederhana tentang perjuangan kelas—cukup mirip dengan cerita-cerita Chaplin (The Kid, misalnya)—yang lekat dengan perasaan trenyuh karena semuanya tampak lebih realistis. Dan penonton tergugah untuk merenungkan kembali kenyataan tersebut setelah film selesai. Banyak sutradara penting di sejarah sinema, salah satunya Stanley Kubrick, memasukkan The Bicycle Thief di daftar film-film terbaik sepanjang masa menurut mereka. Karya-karya masterpiece film Indonesia lama era 1950-1960an (Usmar Ismail, Asrul Sani, dkk) pun rasanya sedikit banyak pula terpengaruh oleh film neorealisme Italia ini.
* * *
[RA/BW]
The Bicycle Thief (Ladri di biciclette)
Vittorio De Sica, Italia, 1948
DVD, 114 menit, black & white
Bahasa Italia, English dubbing
dengan subtitle bahasa Inggris
Selain The Bicycle Thief, Kineruku mengoleksi pula film-film Vittorio De Sica lainnya; dan juga karya-karya penting dari para sineas Neorealisme, French New Wave, Iranian New Wave, dsb. Selengkapnya klik kineruku.com