Album debut VU dan Nico (keduanya protégé Andy Warhol) ini dibuat pada 1967. Nuansa album ini sangat kontras dengan eranya, yaitu zaman flower generation yang pekat dengan optimisme, kebebasan, dan psychedelia. Justru sebaliknya, mereka menampilkan nihilisme, seksualitas yang lantang, dengan teknik rekaman pas-pasan, serta permainan musik yang menyaingi ‘Wall of Sound’ Phil Spector. Album yang ketika dipasarkan mengalami kegagalan ini membutuhkan waktu sangat lama untuk meraih ketenaran. Pembuatan album ini disponsori oleh Andy Warhol (sebagai bagian dari gerakan avant-garde-nya) yang secara tidak langsung bertindak sebagai produser secara de jure.
Cover hasil ’keisengan’ Andy Warhol ini bisa dibilang luar biasa minimalis dan provokatif secara seksual. Gambar pisang aslinya dicetak pada karton pembungkus LP yang bisa dikupas, menunjukkan batang pisang kemerahan di dalamnya (damn!); Warhol lalu tampil lebih agresif dalam desain album The Rolling Stones Sticky Fingers dengan gambar ritsleting jeans yang bisa dibuka (double damn!).
Album dibuka dengan “Sunday Morning”, ode Lou Reed untuk keletihan dan isolasi. Track pertama terasa kontras dengan keseluruhan isi album baik dari lirik maupun sound-nya yang terdengar folky. Vokal Reed dengan sengaja dipercepat, seperti Nico yang bernyanyi. Mood sedih, sendu, lelah, dan lesu dihancurkan oleh track berikutnya, “I’m Waiting for the Man”. Ritme lagu yang bercerita tentang ketidaksabaran seorang pemadat menunggu bandarnya. “Run Run Run” menghadirkan gaya drum primitif Moe Tucker dan solo minimalis John Cale. “All Tomorrow’s Parties” dinyanyikan oleh Nico seperti himne untuk hedonisme tiada henti. Tiga lagu yang memperdengarkan aksen aneh dan lantunan androgin Nico menguatkan ketakwajaran tema album ini. Track utama album ini tentu saja adalah “Heroin”, lagu sepanjang 7 menit dengan 1 kord yang diulang-ulang, dinyanyikan oleh Reed. Pengaruh Dylan sangat terasa pada “The Black Angel’s Death Song”, sebuah lagu dengan nuansa Beat Generation. Penutup dari semua kekalutan ini adalah “European Son”, sebuah komposisi noise rock dalam bentuk paling prehistoriknya. Mendengarkannya tak bisa tidak, kita teringat pada Sonic Youth beberapa dasawarsa kemudian. Setel lagu ini dengan volume yang paling keras! Sungguh mengharukan.
Selesai? Belum. Kembalilah ke track awal, “Sunday Morning” begitu pas didengarkan setelah kekacauan ini. Keengganan untuk bangkit dari tempat tidur di Minggu pagi menemukan resonansinya, seolah semua lagu lainnya menandakan hari-hari kemarin yang melelahkan.
[Carya Maharja]
[mp3] “The Black Angel’s Death Song”
[mp3] “I’ll Be Your Mirror”
Comment (1)
Masih ada gak album ini? saya berminat