Seandainya Nico terlahir kembali dan merasuki tubuh Bjork lalu reinkarnasi di pegunungan Austria, mungkin hasilnya takkan jauh dari sosok Anja Plaschg. Usianya masih terlalu belia saat merilis debut mencekam ini, 19 tahun, tapi Lovetune For Vacuum (2009) tak menunjukkan sedikit pun tanda-tanda keremajaan musiknya. Lagu “Spiracle” adalah bunyi-bunyian piano yang menyeramkan dengan nyanyian geram menahan perih, mungkin itu dirinya, di masa kecil, “..when I was a child/ I rend my tongue/ …peers pushed me hard in my head/ in my neck/ in my chest/ in my waist/ in my butt…” dan pada bisikan “…I still beg/ please help me…” yang menyayat sekaligus membingungkan, kita terjebak pada dilema antara ingin menolong seseorang yang terluka tapi sekaligus khawatir kesakitannya akan menyerang kita. Nomor pembuka, “Sleep”, menyertakan teriakan mirip Selma di film Dancer in the Dark ketika akan dieksekusi, dan jeritan histeris itu sangat mungkin akan terus-menerus mengagetkan kita, dengan kemunculannya yang tiba-tiba, bahkan di saat kita merasa telah menyiapkan antisipasinya. Memang ada kalanya perempuan ini bisa juga bersuara lirih seperti angin pegunungan yang sejuk, di lagu “Mr Gaunt Pt 1000” dengan kata-kata polos seperti “I fell in love with you world/ but I know, I know that’s just a sky/ I don’t know where, where I go…“; tapi di lagu “Marche Funebre”, sebagaimana judulnya, ia terdengar seperti anggota keluarga yang paling terpukul di iring-iringan upacara pemakaman, kita merasa harus menghadirinya meski sore itu lebih mendung dari biasanya. Sesekali Anja tampak ingin meyakini bahwa di balik semua keremangan itu masih ada peluang keindahan, semustahil apa pun kedengarannya; “Cry Wolf” dengan liukan vokal lembut, alunan piano repetitif, selipan bunyi akordeon; atau “Brothers of Sleep”—epilog pendek yang diulang-ulang, “I dreamed of you/ every day/ and every night” (!!!). Kebanyakan liriknya memang skeptis, seperti kebersamaan dua orang yang takkan pernah terjadi (“Fall Foliage”), tentang glaukoma dan tremor dan maut (“Thanatos”), duka dan teror menyelubungi panggung sirkus (kehidupan!) yang hampir bangkrut, kabeh wis surup, hari mulai gelap. Mendengar keseluruhan album ini seperti membuka lembar-lembar buku harian dari seseorang yang sudah berpulang terlalu cepat; ada penyesalan karena mengintip, tapi rasa merinding-rinding seperti kebelet pipis dan keseruan yang mencekat itu selalu memanggil-manggil kita untuk kembali.
[RA/BW]
soap&skin – Thanatos (official video):
soap&skin – Lovetune for Vacuum
(Play It Again Sam Records, CD, 2009)
> Foto dicomot dari web resmi soap&skin dan sebuah reportase konser di Berlin. Kineruku juga mengoleksi album-album Bjork dan Nico. Selengkapnya cek kineruku.com
Newer
/blog/ Sebuah Jawaban: Favourite's Group Vol. 2
Older
/resensi: film/ Taste of Cherry | Abbas Kiarostami, 1997
Comment (1)
Wah, still listen to it after all these years. Especially Brothers of Sleep