Species of Spaces and Other Pieces | Georges Perec, 1974
Seorang arsitek tak akan pernah mendapatkan imajinasi ruang yang utuh bila belum dapat menyampaikannya, karena sebuah narasi adalah juga ruang antara pencerita dan pendengar. Buku Species of Spaces and Other Pieces bercerita tentang pengalaman meruang dari seorang Georges Perec. Jika seorang arsitek menciptakan ruang secara fisik terindera, maka Perec lebih memilih menghayatinya secara fenomenologis lalu menceritakannya dengan penuh imajinasi. Penghayatan fenomenologis membantunya mendapati kenyataan lain yang bersembunyi di balik fenomena-fenomena ruang di sekitar manusia. Penghayatan ruang dimulai dari konteks yang paling sempit sampai yang terluas. Dari yang paling sempit ia bercerita tentang kertas, kata, kalimat, paragraf. Setelah itu ia menceritakan ruang yang paling intim yaitu kasur, kamar tidur, apartment. Perluasan konteks ruang terus berlanjut hingga di bagian akhir dia berbicara tentang kota, negara, alam semesta.
Perec memang terkenal dengan eksplorasi penghayatan dan cara berceritanya. Kekhasannya itu muncul beriringan dengan statusnya sebagai anggota utama sebuah komunitas pencinta sastra dan matematika bernama OuLiPo (Ouvroir de Litterature Potentielle, alias workshop potensial literatur). Komunitas ini selalu berusaha mencari alternatif-alternatif hubungan antara cara berpikir matematik (dengan segala perlambangan, rumusan, dan berbagai kemungkinannya) dengan cara berpikir penulisan yang naratif–linier. Eksplorasi Perec dibuktikannya melalui karya yang memecahkan rekor palindrome terpanjang di masanya, sebuah susunan kata yang bila dibaca dari belakang maupun dari depan akan terbaca sama dengan makna sama (seperti: ‘kasur ini rusak’, ‘Ira hamil lima hari’), yakni lebih dari 5000 karakter! Sementara di karyanya yang lain, yakni novel A Void (atau La Disparition, judul aslinya dalam bahasa Prancis), Perec berhasil menciptakan 300 halaman cerita tanpa menggunakan huruf vokal ‘e’ sama sekali. Metode ini disebut lipogram, yaitu sebuah cerita yang diciptakan dengan beberapa kata atau alfabet yang tidak digunakan sama sekali. Bisa dibayangkan betapa beraninya Perec membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam cara bercerita.
Di buku Species of Spaces and Other Pieces, eksplorasi lebih terasa pada bagaimana Perec memandang ruang. Misalnya, tempat tidur. Di mata Perec, tempat tidur itu bagaikan kertas: memiliki dua sisi, atas dan bawah. Bagian atas ranjang adalah tempat biasa bagi seseorang untuk bisa tidur dengan nyaman, sementara bagian bawah ranjang berfungsi nyaman sebagai tempat berlindung. Perec juga menyuguhkan penghayatan-penghayatan lain dalam bentuk esai otobiografis yang khas. Semuanya disajikan dengan nada datar yang justru potensial mengundang senyum karena selera humornya yang aneh, di sela-sela keseriusannya memandang hal-hal. Ada pengalaman ketakutan saat ingin terjun payung (hlm. 114), “Anyway, it’s terrible. You can’t carry it, can’t walk with it. You’re forced to put up with it. Your parachute is inspected.” Ada pengalamannya dianalisis oleh J.B. Pontalis, seorang psikoanalis terkemuka Prancis (hlm. 161). Ada pula kolaborasi lucu dengan komikus Marcel Gotlib (hlm. 265). Juga cerita pendeknya di penghujung buku, berjudul The Winter Journey.
Apa yang dikisahkan Perec selalu membangkitkan imajinasi-imajinasi ganjil tentang hal-hal biasa yang sering luput dari perhatian orang. Seperti dalam I Was Born (hlm. 99), kalimat pertamanya adalah “I was born on 7.3.36. How many dozenz, how many hundreds of times have I written that sentence? I have no idea.” Bayangkan, siapa di antara kita yang pernah menghitungnya, atau lebih mendasar lagi, memikirkan hal itu, karena saking sering dan terbiasanya kita membubuhkannya di formulir-formulir? Perec meneruskan kesadaran atas angka-angka tersebut dengan hal-hal yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya: tentang tanggal lahir kita, atau bahkan lebih jauh lagi, tentang kelahiran itu sendiri.
Dalam ranah buku-buku yang membahas perihal keruangan, hingga detik ini belum ada penulis yang mampu bercerita seimajinatif Perec. Pakar teori arsitektur Cornelis Van den Ven, di bukunya yang berjudul Space in Architecture (1980) hanya menceritakan sejarah pengertian ruang—terpisah dengan manusia sebagai pembentuk ruang itu sendiri. Sementara filsuf Paul Virilio, di buku Lost Dimension (1991), bercerita soal fenomena berubahnya pengalaman meruang karena pengaruh teknologi—kaya fakta dan hipotesis, namun kering imajinasi. Yang paling mendekati mungkin hanya buku The Poetic of Space (1958) karya Gaston Bachelard. Visi Perec bisa dibilang sejalan dengan apa yang ditawarkan Bachelard, yaitu bagaimana manusia mengalami tempat-tempat yang intim baginya dalam ruang lamunan.
Melalui Species of Spaces and Other Pieces, pembaca diajak untuk mengalami kembali dan menghayati ulang ruang-ruang di sekitarnya. Membaca karya Perec membuat kita tersadar akan ruang-ruang itu. Termasuk ruang antara pikiran dan tubuh sendiri.
[Andreas Anex]
Kineruku juga mengkoleksi beberapa karya Georges Perec lainnya: Things (A Stories Of The Sixties) / Species Of Spaces And Other Pieces / Life A User’s Manual / A Void / The Art of Asking Your Boss for a Raise.
Comments (2)
Apakah buku ini dijual di Rumah Buku? Saya sedang sangat memerlukannya. Atau bisa pinjam? Terima kasih sebelumnya atas infonya.
Buku ini hanya untuk dipinjamkan. Untuk bisa meminjamnya, harus menjadi anggota terlebih dahulu, silakan baca ketentuannya di sini: https://kineruku.com/about/