Pemutaran Film:
Di Dasar Segalanya (At the Very Bottom of Everything)
[Paul Agusta, Indonesia, 2010, 84 menit]
Sabtu, 23 Oktober 2010, Pk 18:30 WIB
Kineruku
Jl. Hegarmanah 52
Bandung
Gratis!
Hanya untuk usia 18+.
Pemutaran film dilanjutkan diskusi dengan para pembuat filmnya.
Dapatkan poster film untuk 10 penonton pertama yang datang.
***
Rumah Buku/Kineruku kembali menayangkan film arahan Paul Agusta, pembuat film muda dari Jakarta. Setelah di tahun 2008 lalu kita disuguhi film pertamanya, Kado Hari Jadi, kali ini kita akan menyaksikan bersama Di Dasar Segalanya (At the Very Bottom of Everything), yang mendapatkan dana produksi digital dari Hubert Bals Fund, Rotterdam International Film Festival.
Tak jauh berbeda dari film pertamanya, Di Dasar Segalanya masih bercerita tentang luka dan penderitaan. Hanya saja kali ini, melalui narasi 10 bagian, Paul Agusta lebih personal dan berani bercerita tentang penyakit yang selama ini dideritanya, bipolar disorder. Film ini juga terasa lebih eksperimentatif dan menarik dengan adanya penggunaan elemen-elemen musikal dan gambar stop motion.
Sutradara: Paul Agusta
Penulis Skenario: Paul Agusta, Kartika Jahja, Leon Agusta
Pemeran: Kartika Jahja, T. Rifnu Wikana, Bianca Timmerman, Nadia Rachel, Primawan Luqman Hakim, Tejo Aribowo, Azalea Vinny R., Rainer Oktovianus, Keke Tumbuan, Devianto Oey, Adityo
Sinopsis
Seorang wanita duduk di sebuah kamar yang cerah. Dengan tenang ia menyalakan sebatang rokok dan berbicara pada kamera. Dia mulai bercerita mengenai pengalaman terakhirnya saat penyakitnya, bipolar disorder, meradang dan perjuangan hidupnya menghadapi penyakit yang telah menghantuinya itu sepanjang hidupnya. Ketika ia berbicara, kita bisa melihat ke dalam benaknya. Penderitaannya tercermin saat segala luapan emosinya diinterpretasi secara visual—sebuah perjalanan surealis yang membawa penonton masuk ke alam pikiran seseorang yang terganggu dan menderita trauma.
Ulasan
http://www.jurnalfootage.net/web/in/artikel/36-artikel/218-di-dasar-segalanya-citra-kecemasan-surealis.html
http://www.thejakartapost.com/news/2010/01/10/a-look-bipolar-life.html
Catatan Sutradara
Tak bisa disangkal, Di Dasar Segalanya (At The Very Bottom of Everything) adalah film yang sangat pribadi. Film ini ditulis dari pengalamanku menghadapi penyakit yang juga dikenal sebagai bipolar disorder. Naskah aslinya tak jauh berbeda dengan sebuah buku harian. Sebuah buku harian yang menyimpulkan seluruh hubungan emosi dengan penyakit ini dan juga bagaimana aku mencoba untuk menyelesaikannya secara intelektual; melihat lagi ke belakang dan mencoba menganalisa perjalananku secara objektif (aku sepenuhnya sadar bahwa objektifitas murni adalah jauh dari mungkin dalam kasus ini). Mulanya hanya berawal dari lembaran-lembaran buku harianku waktu aku diinapkan sementara di Sanatorium Dharmawangsa karena telah gagal dalam pencobaan bunuh diri tahun 2006, setelah melewati banyak reinkarnasi konseptual: 10 buah instalasi video, konsep album musik eksperimental, dan pertunjukan multimedia secara langsung. Musik dan pertunjukan multimedia pun menjadi realitas.
Setelah pertunjukan-pertunjukan itu, semua menjadi jelas buatku bahwa aku perlu mengajarkan dunia tentang penyakit ini dan berbagi pengalamanku dalam skala yang lebih besar dan dalam bentuk yang lebih mudah terjangkau. Dari situlah lahir ide untuk mengemasnya dalam bentuk film.
Setelah menyelesaikan film perdanaku Kado Hari Jadi dengan sahabat baikku, penyanyi/pencipta lagu/aktris, Kartika Jahja, aku mulai menulis naskah film yang kemudian berkembang menjadi Di Dasar Segalanya. Kemampuanku menulis dalam bahasa Indonesia yang penuh nuansa dan diwarnai kiasan, sangatlah terbatas, jadi naskahnya kugarap sepenuhnya dalam bahasa Inggris. Saat mulai menulis naskah film inilah, teman tersayangku, Kartika atau lebih akrab dipanggil Tika, mengakui bahwa dia juga pengidap bipolar. Fakta ini, ditunjang kekagumanku akan kemampuannya sebagai penulis dalam bahasa Inggris dan Indonesia, merupakan alasan aku memintanya untuk menerjemahkan naskah asliku, juga membinanya, dan sekaligus mengakuinya sebagai karya miliknya sendiri juga. Aku merasakan ini juga pantas karena aku menginginkannya menjadi peran utama, sang Narator sejak awal.
Rasa pribadi yang kuat melekat di film ini, membuat Tika dan diriku ragu film ini dapat terlaksana. Tapi Tuhan pun tersenyum dan membawa kami ke jalan yang dilewati orang-orang keren dan mendukung niat kami. Dengan kebetulan terpilihnya Kado Hari Jadi di Festival Film Internasional Rotterdam (IFFR) 2009 (suatu hal yang membuatku tak berhenti bersyukur dengan semua pintu peluang yang dibukakanNya dan semua yang menyangkut filmku), aku berhasil mendapatkan informasi berkenaan dana Hubert Bals, yang langsung kuajukan sekembaliku ke Indonesia usai IFFR 2009.
Awalnya aku belum pasti apakah film dengan rasa pribadi yang sebegini kuat dan film yang bisa dianggap sangat egois, dapat layak untuk didanai. Menjadi sebuah kejutan yang menyenangkan (bahkan kegirangan yang histerikal!) untuk menjadi penerima Dana Produksi Digital dari Hubert Bals. Sebuah acara yang menanamkan pentingnya pembuatan film ini di kepalaku; karena mencerahkanku bahwa film ini tak sekadar personal. Ini adalah film yang sebisa mungkin dipertontonkan ke banyak orang supaya mereka mengerti apa itu bipolar dan bagaimana rasanya.
Aku berharap semua yang terlibat dalam pembuatan film ini (termasuk aku dan Tika) telah sama-sama berhasil menciptakan film yang dapat menuntun langkah demi langkah penonton dalam mendalami pengalaman bipolar dan membantu mereka memahami adanya bipolar dalam orang-orang yang mereka sayangi serta sebagai media untuk mereka bertahan jika menemukannya dalam diri mereka sendiri. [Paul Agusta]
* * *
Newer
Pemutaran Film Pendek Sesi Kompetisi <b>55 Asia-Afrika 55</b>
Older
/kliping:/ Kau Takkan Kurelakan Sendiri
Comment (1)
Bagaimana saya bisa mengakses film ini?
Thanks.