Short Films of Lucky Kuswandi
13 Juni 2009
Kineruku
Jl. Hegarmanah 52, Bandung
Pada pemutaran kali ini Kineruku mengundang teman spesial dari Jakarta, Lucky Kuswandi. Penulis dan sutradara lulusan Art Center College of Design Los Angeles kelahiran 29 Agustus 1980 ini sangat fokus pada prioritasnya menjadi pembuat film. Keterasingan, stigmatisasi, dan permasalahan identitas menjadi tema yang paling sering muncul dalam film-filmnya. Karya-karyanya sudah diputar di berbagai festival film internasional seperti Berlin, Rotterdam, dan Pusan Film Festival. Salah satu film pendeknya, Still, menjadi koleksi permanen di New York Public Library. Di tahun 2006 ia terpilih menjadi peserta dalam Berlinale Talent Campus. Di tahun 2009 ia dinominasikan untuk penghargaan Rolex Young Laureates Award.
Film-film Lucky Kuswandi yang diputar adalah:
Marie!
(Indonesia/USA, 2004, 8 minutes, Fiction)
Directed by Lucky Kuswandi
Written by Lucky Kuswandi & Jason Woo
Marie, seorang perempuan lugu dan terobsesi dengan cinta, namun tak pernah berani untuk merealisasikannya. Ia selalu hidup dalam dunia mimpi, sampai pada suatu hari ia bertemu dengan pangeran idamannya. Mampukah ia mengejar cintanya?
Black Cherry
(Indonesia/USA, 2005, 5 minutes, Experimental)
Written and directed by Lucky Kuswandi
Seorang perempuan terbangun sendirian dan tersesat tanpa memiliki kontrol atas tubuhnya. Sebagai seorang perawan, ia dibatasi oleh tuntutan sosial yang menghalanginya mengeksplorasi kenikmatan seksualnya.
Still
(Indonesia/USA, 2005, 15 minutes, Fiction)
Directed by Lucky Kuswandi
Written & Produced by Lucky Kuswandi & Jason Woo
Seorang pemuda menjalani hidupnya dengan ragu, dipenuhi keinginan untuk menyelesaikan masalah dengan ayahnya.
A Letter of Unprotected Memories
(bagian dari Antologi “9808: 10th Year of Indonesian Reform”)
(Indonesia, 2008, 9 minutes, Experimental)
Written & Directed by Lucky Kuswandi
Produced by Lucky Kuswandi & Prima Rusdi
Lucky Kuswandi mengajak kita ikut serta ke dalam sebuah perjalanan personal yang dialaminya ketika Imlek kini menjadi ‘tanggalan merah’. Perayaan hari istimewa itu senantiasa membawanya kembali ke masa kecilnya, saat perayaan Imlek masih dilarang. Beragam keunikan perayaan Imlek di kalangan terdekatnya, baik dulu maupun sekarang, serta pertanyaan besar yang terus diajukannya tiap kali Imlek tiba.
*) Selama 33 tahun, perayaan Imlek dilarang di Indonesia berdasarkan Inpres No. 14/1967, yang baru dicabut melalui Keppres No.6/2000 di masa kepresidenan Gus Dur dan diperkuat dengan Keppres No. 19/2002 di masa kepresidenan Megawati yang meresmikan perayaan Imlek sebagai salah satu hari libur nasional.
Nona Nyonya?
(bagian dari antologi dokumenter “Pertaruhan”)
(Indonesia, 2008, 26 minutes, Documentary)
Written & Directed by Lucky Kuswandi
Produced by Nia Dinata
Di Indonesia, persepsi perempuan lajang adalah mereka yang tidak berhubungan seksual. Status “tidak menikah” ini menjadi kendala ketika mereka berusaha memeriksakan kesehatan reproduksinya. Mereka kerap kali terbentur dengan persepsi moral yang dituduhkan oleh pihak obstetri dan ginekologi/SpOG (Kebidanan dan Kandungan). Dengan mengikuti usaha para “Nona” dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan, “NONA NYONYA?” mempertanyakan pentingnya kesehatan versus penilaian moral.
Sampai Besok
(Indonesia, 2009, 25 minutes, Fiction)
Written & Directed by Lucky Kuswandi & Naya
Sepasang kekasih menghabiskan hari terakhir mereka bersama.
Newer
<b>The Trees and The Wild</b> - Rasuk (2009)
Older
<b>Spacemen 3</b>: First Ever Recording Session, 1984
Comment (1)
aih lutuna….
sayang ku tak turut serta jadi groupie oom lucky.
hiks