Namanya makanan, jika enak, maka bakalan cepat habisnya. Berbeda dengan cerita tentang makanan enak yang seolah tidak habis-habis. Mungkin begitu karena bumbu yang menyedapkan makanan tidak pernah garam dan gula saja, tapi juga pengalaman yang kita lalui ketika menyantap makanan. Nasi goreng pinggir jalan terasa jauh lebih enak apabila pindah ke perut saat kita sedang bersama orang kesayangan; roti kesukaan malah akan biasa saja kalau keseringan dimakan hingga kita terlalu ingat rasanya; semua makanan terasa enak kalau dimakan ketika lapar berat; dan masakan paling kacau dan tak karuan bisa terasa comfortingly familiar jika resepnya berasal dari rumah kita sendiri.
Pada zine Domestic Notes 01: Home, Food, Nuraini Juliastuti (peneliti, co-founder Kunci Cultural Studies) menulis apa yang dia pikirkan tentang makanan ketika dia juga sedang memikirkan rumahnya. Dia bercerita tentang isi kulkas di rumah tempat dia dibesarkan, pengalamannya jajan di luar, juga tentang arisan, di mana sudah jadi kebiasaan bahwa pemilik rumah tempat arisan diselenggarakan mesti menyediakan beraneka penganan. Hmm, apa terkadang kita menyuapi raga supaya jiwa kita merasa kenyang?
__
Zine Domestic Notes 01: Home Food seharga Rp50.000,- bisa dibeli di webstore Kineruku pada tautan ini.