Laut Bercermin (The Mirror Never Lies, Kamila Andini, 2011) bercerita tentang kehidupan Pakis dan orang-orang di sekitarnya. Mereka tinggal di Wakatobi yang dikenal karena keindahan lautnya. Pakis adalah anak perempuan yang kehilangan ayahnya. Semasa mereka masih bersama, ayah Pakis sering mendongeng untuk anaknya. Salah satu dongengnya tentang cermin yang dapat menemukan hal yang hilang. Pakis lantas menggunakan cermin untuk mencari sang bapak. Sementara itu, orang-orang di sekitarnya menghadapi kehilangan tersebut dengan cara yang berbeda-beda.
Meskipun ceritanya kedengaran menarik, Laut Bercermin tayang sebentar saja di bioskop Indonesia. Dyna Herlina S, peneliti film, menulis bahwa film tersebut sudah diturunkan dari bioskop pada hari keempat setelah hari pemutaran perdana. Hal itu telah diduga Dyna, yang beranggapan bahwa film ini tidak sesuai dengan selera pasar film Indonesia. “Saya yakin sutradara akan mendapat tuduhan memproduksi film yang tak dimengerti penonton. Saya pikir ini terjadi karena pelibatan simbol-simbol dan jalinan cerita lambat yang membentuk struktur bahasa film yang baru.”
Meskipun begitu, rupanya, selanjutnya Laut Bercermin berkesempatan diputar di berbagai festival film internasional, bahkan memperoleh sejumlah penghargaan. Mengapa? Mengapa film ini bisa sampai diapresiasi meskipun relatif tidak menarik perhatian penonton di tanah air? Pertanyaan itu tentu tidak muncul sekali ini saja, sebelumnya ada banyak film yang mengalami nasib sama.
Sebagai upaya menjawab pertanyaan tersebut, Kamila Andini dan kawan-kawan lantas merilis Laut Bercermin tidak hanya dalam DVD, tapi juga dalam buku yang memuat berbagai cerita tentang film ini.
_
Buku + DVD Laut Bercermin (The Mirror Never Lies) bisa dibeli seharga Rp 150.000,- di Kineruku.
