-
CD Eross Candra – Forbidden Knowledge
CD, MUSIKLabel: 507 Records Tahun Rilis: 2016Tracklist:1. Perkara Jakarta 2. Forbidden Knowledge 3. Brave 4. Menyeruak 5. Baby Crunch 6. Pintu Kecemasan 7. The More You Change the Less You Feel 8. Bersenang-Senang Dengan Gitar Baru (Live)*Forbidden Knowledge adalah album solo perdana Eross Candra, dan berisi permainan terliar sang gitaris Sheila On 7 itu sejak era Pejantan Tangguh. Tapi seliar-liarnya sayatan gitar yang bersimbah efek pada "Menyeruak", naluri Eross sebagai pencipta lagu tetap mengutamakan melodi kuat. Cukup mudah membayangkan lagu seindah "Brave" dijadikan karya bersama Sheila On 7. Semoga album ini dapat semakin memberanikan Eross dan bandnya yang kini sudah independen itu untuk mengambil risiko dalam berkarya juga.- Hasief Ardiasyah, rollingstone.co.idRp 50.000,00 -
Pedang Tuan Muda Ketiga – Tjan ID.
BUKU, Cerita Silat, FiksiPenerbit: Wastu Lanas Grafika ISBN: 978-979-3743-66-2Kondisi: BaruSam Sauya (Tuan Muda Ketiga) dari keluarga Cia, Cia Siauhong, adalah jago pedang nomor satu di kolong langit.Tigabelas Jurus Pedang Perenggut Nyawa milik Yan Capsa terdiri dari 13 jurus, tapi 13 jurus itu masih belum cukup untuk mengalahkan Tuan Muda Ketiga dari keluarga Cia.Selama keduanya masih hidup, cepat atau lambat Cia Siauhong dan Yan Capsa pasti bertemu untuk menentukan, siapa jago pedang nomor satu.*"Seseorang di kala berada di saat menjelang kematiannya, apa yang biasanya dipikirkan?""Apa yang kau pikirkan ketika itu?""Jurus pedang itu, jurus pedang yang keempatbelas!"Seseorang apabila telah mengorbankan segenap kehidupannya untuk pedang, bagaimana mungkin di saat-saat menjelang kematiannya dapat memikirkan persoalan yang lain?*"Tigabelas Jurus Pedang Perenggut Nyawa itu sendiri tidak terlalu menakutkan, yang menakutkan justru jurus yang keempatbelas.""Aah, dari mana datangnya jurus yang keempatbelas?""Yang pasti jurus keempatbelas itu ada.""Maksudmu kecuali Tigabelas Jurus Ilmu Pedang Perenggut Nyawa-nya, masih terdapat pula jurus yang keempatbelas?"*Cia Ciangkwe menghela napas lebih berat lagi, katanya, "Ciongci menciptakan tulisan, setan dan malaikat menangis tersedu-sdu, kau menciptakan jurus pedang itu, setan dan malaikat pun seharusnya melelehkan pula air matanya!"Jurus pedang itu telah membocorkan rahasia langit dan kehilangan perintah langit.Perintah langit hanyalah kebajikan.Setelah terciptanya jurus pedang itu, semenjak detik itu, entah masih ada berapa banyak orang lagi yang bakal tewas di ujung pedang tersebut ...?*Benarkah Tuan Muda Ketiga dari keluarga Cia kalah oleh jurus ke-14 Yan Capsa? Atau ...?Rp 100.000,00 -
Wisang Geni 2 – John Halmahera
BUKU, Cerita Silat, FiksiPenerbit: Wastu Lanas Grafika Rating: 18+ ISBN: 978-402-8114-27-1Kondisi: Baru“Bagaimana matinya?” Tanya Arjapura.“Dia mati terhormat, tuan. Tarung satu lawan satu.”Arjapura memukul meja. Empat kaki meja amblas ke dalam tanah. Permukaan meja pecah berantakan. Tanda kemarahan luar biasa. Terdengar geramnya macam harimau raksasa terluka.Suami isteri murid Yudistira merunduk dengan tubuh gemetar ketakutan, berkata lirih. “Maaf, tuan. Kami tidak campur tangan, guru Yudistira dan keluarganya juga tidak campur tangan, itu pertarungan dua pendekar. Tuan Wasudeva tarung secara ksatria dengan pendekar tanah Jawa. Kami semua berharap kemenangan di pihak tuan Wasudewa, tetapi apa hendak dikata, karma dewata menentukan putra tuan mati dalam tarung.”“Siapa namanya, laki-laki yang membunuh putraku?”“Wisang Geni.”*25 tahun yang lalu, Wisang Geni kecil lolos dari pembunuhan. Pembunuhan yang meminta korban kedua orang tuanya, dan kehancuran perguruan silat Lemah Tulis.Setelah dewasa dan cukup tangguh, mulailah Wisang Geni mencari satu per satu musuh yang menghancurkan perguruan Lemah Tulis yang membunuh kedua orang tuanya.Dalam pengelanaannya, Wisang Geni mendapat berbagai penemuan dan pengalaman aneh, yang membuat dirinya semakin sakti, dan bertemu dengan wanita-wanita yang kelak menjadi istri-istrinya.Tidak semua pertualangannya berjalan mulus, beberapa kali Wisang Geni hampir kehilangan nyawanya, kisah cintanya pun berliku, karena salah satu wanita yang dicintainya adalah bibi gurunya. Bahkan dalam suatu kejadian, Wisang Geni kehilangan ...Rp 60.000,00 -
Wisang Geni 1 – John Halmahera
BUKU, Cerita Silat, FiksiPenerbit: Wastu Lanas Grafika Rating: 18 + ISBN: 978-602-8114-26-4Kondisi: Baru25 tahun yang lalu, Wisang Geni kecil lolos dari pembunuhan. Pembunuhan yang meminta korban kedua orang tuanya, dan kehancuran perguruan silat Lemah Tulis.Setelah dewasa dan cukup tangguh, mulailah Wisang Geni mencari satu per satu musuh yang menghancurkan perguruan Lemah Tulis, yang juga membunuh kedua orang tuanya.Dalam pengelanaannya, Wisang Geni mendapat berbagai penemuan dan pengalaman aneh, yang membuat dirinya semakin sakti, dan bertemu dengan wanita yang kelak menjadi istri-istrinya.Tidak semua petualangannya berjalan mulus, beberapa kali Wisang Geni hampir kehilangan nyawanya, kisah cintanya pun berliku, karena salah satu wanita yang dicintainya adalah bibi gurunya. Bahkan dalam suatu kejadian Wisang Geni kehilangan ....Rp 60.000,00 -
Kartu Pos Y.B. Mangunwijaya
MERCHANDISEMengenal seorang tokoh besar bisa dilakukan lewat karya-karyanya. Sepanjang hidupnya, selain sangat aktif dalam praksis, Y.B. Mangunwijaya, yang lebih akrab dikenal sebagai Romo Mangun, juga sangat produktif menulis di berbagai bidang: arsitektur, sastra, sosial-politik, teologi, pendidikan, dll. Pesan dalam tulisan-tulisannya yang jujur, berani dan — yang teramat penting — seturut dengan apa yang juga ia lakukan, akan sangat bermanfaat jika diresapi oleh mereka yang menginginkan dan ikut terlibat dalam perbaikan negeri ini. Dalam berbagai hal, dalam lingkup yang kecil ataupun besar.Sebagian besar tulisan Mangunwijaya sudah dibukukan dan diterbitkan (sebagian di antaranya sudah menjadi "buku-langka-yang-diburu-orang”). Sebagian lagi sedang diusahakan untuk didokumentasikan — jumlahnya cukup banyak, termasuk tulisan-tulisan yang belum pernah diterbitkan atau diketahui banyak orang — bersamaan dengan pekerjaan Dokumentasi Arsitektur Y. B. Mangunwijaya yang tengah dilakukan.Dukungan atas penyelesaian pekerjaan dokumentasi yang telah dimulai beberapa minggu setelah Romo Mangun meninggal dunia, yang dilakukan sepenuhnya dengan dana swadaya, bisa dilakukan antara lain dengan membeli kartu pos.Seri Kartu Pos Y.B. Mangunwijaya: 1. Adikarya 2. Bangunan Religius 3. Umum 4. DetailDetail Produksi: Art carton, laminated, 24 kartu/seri. Harga: Rp 22.500,-/seriJika Anda ingin membeli salah satu seri kartu pos, Anda bisa mencantumkan seri yang dipilih di catatan (note) pemesanan.Rp 22.500,00 -
Kejahatan dan Hukuman – Fyodor Dostoyevsky
BUKU, FiksiPengantar: Jakob Sumardjo Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tahun Terbit: 2016 Tebal: xxxii + 448 halaman ISBN: 978-979-461-988-9Kondisi: BaruKejahatan dan Hukuman adalah novel yang menelusuri pergumulan paling sengit di relung jiwa terdalam seorang anak manusia ... Kesepian hati ... Kepahitan hidup ... Keangkuhan ... Kemelaratan ... dan Cinta.Novel ini menceritakan pergulatan batin seorang mahasiswa yang kesepian dan penyendiri bernama Raskolnikov, yang coba menghibur diri dengan ilusi kekuasaan, dan meyakini dirinya boleh melakukan pembunuhan tanpa harus menanggung rasa bersalah dan sanksi hukum.*"Dostoyevsky menyusun ceritanya dalam struktur yang kokoh, dengan unsur-unsur bagiannya yang dijalin dalam ketegangan yang terjaga dan penuh kejutan."- Jakob SumardjoRp 100.000,00 -
Pemberontak – Albert Camus
BUKU, Esai, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: NARASI dan Pustaka Promethea Tebal: 578 halamanKondisi: Baru"Dengan bukunya ini, Albert Camus masuk dalam silsilah orang-orang terhormat yang dimulai dari Montaigne. Eseinya ini boleh disebut sebagai ziarah intelektual terhadap surga di Bumi. Sebuah biografi tentang pemberontakan Eropa yang pecah bersama Revolusi Prancis - dalam arti yang lebih mendalam merupakan sebuah autobiografi."- Manes Spenber, The New York Times"Buku ini adalah segugusan pemikiran dalam tradisi besar logika Prancis. Di sini, tak ditemukan jejak-jejak sentimentalitas, retorika, ataupun jargon-jargon yang hanya dipahami segelintir orang. Argumennya dihidupkan oleh gairah yang terjaga ketat dan sebuah gaya sastra yang bertabur dengan frase-frase yang berkelebat cemerlang serta aforisme-aforisme yang memukau. Namun di atas segalanya, yang menggembirakan dari esei Albert Camus adalah di sini kita dapat mendengar suara manusia yang teguh memegang nilai-nilai kesusilaan."- Charles J. Rolo, The AtlanticRp 110.000,00 -
Kitab Lupa dan Gelak Tawa – Milan Kundera
BUKU, FiksiPenerbit: NARASI dan Pustaka Promethea Tebal: 404 halamanKondisi: Baru"Sebuah buku yang sangat menarik dan sangat penting, yang mengajarkan pada kita bahwa jika kita mati, maka yang akan hilang dari kita bukanlah masa depan, tetapi masa lalu. Menurut saya, Kundera adalah salah satu penerus Gogol dan Kafka pada zaman modern."- Carlos Fuentes"Sebuah tarian indah dari sebuah buku …, Kundera adalah orang yang mengajui dirinya sebagai seorang hedonis dalam dunia yang dilingkupi persoalan-persoalan politik. Novelnya yang sangat mengagumkan ini membaurkan erotisme cinta kaum hedonis, fantasi dan lelucon penuh satir politik yang menusuk tajam. Sebuah masterpiece."- Salman RushdieRp 75.000,00 -
SUBVersi: Kolase Cerita Kecil & Jaringan Kota Surabaya (Dwibahasa: Indonesia dan Inggris)
BUKU, Esai, Fotografi, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainEditor: Anas Hidayat, Erlin Goentoro, kathleen azali Editor Inggris: Martine Randolphe, Will Glasscock, Noel Schroeder, Matthew Borden, Joseph Taylor Penerbit: Ayorek! berkolaborasi dengan Rujak Centre for Urban Studies Tahun terbit: 2013Bahasa: Indonesia dan InggrisKondisi: BaruThis book presents a variety of (hi)stories of Surabaya that you may not be familiar with. The story of the larung along the Bratang Tangkis riverside village. Some recurring fashion tendencies in some malls in Surabaya. The Gembong flea and wet market. The trails of the defunct-but-soon-to-be-revived trams of Surabaya, and its 90-years-old ex-driver. How the visually impaired students and teachers navigate their ways through this hot and congested city. The gold shop owner in the Pasar Atom observing the first "modern" shopping centre in Surabaya built in 1970s.Also in this book: wonderful routes for the adventurous to explore o foot. Short reviews of books about Surabaya. Delicious dishes you can find in the cit: iwak pe (stingray), pickled vegetable salad, and karak satay.They around us.Rp 70.000,00 -
Bahasa Indonesia Bahasa Kita – Sekumpulan Karangan – Ajip Rosidi
BUKU, Esai, Kajian Sastra / Bahasa, Non-FiksiPenerbit: Pustaka Jaya Tahun Terbit: 2001 Tebal: 140 halaman ISBN: 9794192880Kondisi: Baru"... sejak awal kemerdekaan, bangsa kita sudah mempunyai bahasa nasional, bahkan bahasa negara. Berlainan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Filipina, apalagi Indoa. Negara-negara itu bahkan sampai sekarang masih bergulat dalam usahanya untuk mempunyai satu bahasa nasional. Dalam pergulatan itu, di India bahkan sampai jatuh kurban manusia. Berlainan dengan banyak negara yang baru merdeka setelah perang dunia kedua, yang mengadopsi bahasa penjajahnya, kita punya bahasa sendiri. Bahasa Indonesia yang kita punyai cukup modern untuk dipakai menyampaikan pikiran yang betapa rumitnya, termasuk ilmu yang betapa tingginya, dan perasaan yang betapa halusnya sekalipun. Dengan begitu kita tidak terjebak dalam kerangkeng bahasa penjajah kita."- Ajip Rosidi, Bahasa Indonesia, Bahasa KitaRp 56.500,00 -
Merenungkan Gema – Perjumpaan Musikal Indonesia-Belanda
BUKU, Esai, Musik, Non-FiksiPenyunting: Bart Barendregt dan Els Bogaerts Penerjemah: Landung Simatupang Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tahun Terbit: 2016 Tebal: xvi + 403 hlm ISBN: 978-979-461-635-2Kondisi: BaruDari waktu ke waktu, hingga kini, komposer, pelaku pergelaran, dan sarjana musik saling mengilhami. Kehadiran orang Belanda di Hindia Belanda dan Indonesia serta keberadaan komunitas diaspora yang besar di negeri Belanda telah memberi kontribusi terhadap pertukaran timbal-balik dalam bidang musik: dari kelompok musik tiup militer, musik klasik dan liturgi sampai musik jazz, Indo rock, dan musik dunia sebagai yang lebih baru. Meskipun demikian, interaksi musikal seperti itu sering dibentuk oleh kekuatan kekuasaan yang tidak seimbang, apalagi dengan motif-motif yang sangat beragam pada awalnya. Merenungkan Gema menyajikan eksplorasi musikologis, historis, dan antropologis dalam perjumpaan musikal yang telah dibentuk dalam masa lalu dan masa sekarang. Hasilnya adalah warisan musik yang hingga kini dapat didengarkan.*Kontributor: Bart Barendregt, Els Bogaerts, Liesbeth Ouwehand, Gerard A. Persoon, Sumarsam, Miriam Brenner, R. Franki S. Notosudirdjo, Henk Mak van Dijk, Madelon Djajadiningrat, Clara Brinkgreve, Wim van Zanten, Matthew Cohen, Lutgard Mutsaers, Rein Spoorman, Annika Ockhorst, dan Fridus Steijlen.*Bart Barendregt adalah antropolog yang mengajar di Institut Studi Sosial dan Budaya, Universitas Leiden. Ia telah melakukan penerbitan dan membuat film tentang seni pertunjukan Asia Tenggara, media baru dan mobil, dan musik pop (Islami).Els Bogaerts berspesialisasi dalam bahasa-bahasa dan kebudayaan Asia Tenggara (Universitas Leiden) serta tari dan musik Jawa klasik (Yogyakarta). Ia menulis artikel tentang hasil perjumpaan kultural, seni pertunjukan, budaya dan dekolonisasi, dan menyunting beberapa buku. Ia juga sedang melakukan riset tentang representasi budaya-budaya Jawa di televisi Indonesia.Rp 100.000,00 -
Rindu Dendam – Jan Engelbert Tatengkeng
BUKU, PuisiPenerbit: Pustaka Jaya Tahun Terbit: 2016 Tebal: 48 halaman ISBN: 978-979-419-444-7Kondisi: Baru"Kumpulan sajak ini merupakan curahan perasaan rindu dendam penyair kepada Yang Satu, yang menguasai alam semesta dan hidupnya sendiri dalam bentuk pujian-pujaan terhadap keindahan-keindahan alam. Rindu dendam yang penuh kerelaan dan rasa syukur, serta kesadrahan menghanyutkan diri dalam irama alam yang baginya amat damai dan tentram."Dilihatnya pagi-pagi matahari naik, seolah-olah ada perintah yang mesti dipatuhi oleh sang surya. Dilihatnya pula pada sore hari matahari terbenam, seolah-olah seorang puteri melambai sang raja siang itu di sebelah barat. Kembang-kembang mengelopak, berseri indah. Burung-burung berterbangan, angin sepoi mengembus. Semua kelarasan itu menyebabkan bangkitnya perasaan rindu dendam dalam dada penyair."- Ajip Rosidi*Jan Engelbert (J.E.) Tatengkeng (lahir di Kalongan, Sangihe, Sulawesi Utara, Hindia Belanda, 19 Oktober 1907 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, 6 Maret 1968 pada umur 60 tahun) adalah penyair Indonesia dari era Pujangga BaruSelain sebagai penyair, J.E. Tatengkeng juga merupakan tokoh pendidikan dan negarawan. Sebagai tokoh pendidikan ia pernah menjadi guru bahasa Indonesia di Tahuna tahun 1932, Kepala Schakelschool di Pulau Siau, Kepala Sekolah HIS di Tahuna, Menteri Muda urusan Pengajaran tahun 1948, dan terakhir Kepala Jawatan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Kemendikbud perwakilan Sulawesi tahun 1951. Di Makassar, ia turut mengajar dan membidani lahirnya Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.Sebagai negarawan, J.E. Tatengkeng pernah menjabat sebagai Perdana menteri Negara Indonesia Timur pada rentang tahun 1949-1950.Rp 20.000,00 -
Perempuan di Titik Nol – Nawal el-Saadawi
BUKU, FiksiPenerjemah: Amir Sutaarga Pengantar: Mochtar Lubis Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tebal: xiv + 156 halaman ISBN: 9-789794-619677Kondisi: BaruDari balik sel penjara, Firdaus -- yang divonis gantung karena telah membunuh seorang germo -- mengisahkan liku-liku kehidupannya. Dari sejak masa kecilnya di desa, hingga ia menjadi pelacur kelas atas di Kota Kairo. Ia menyambut gembira hukuman gantung itu. Bahkan dengan tegas ia menolak grasi kepada presiden yang diusulkan oleh dokter penjara. Menurut Firdaus, vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati. Ironis.Lewat pelacur ini, kita justru bisa menguak keboborokan masyarakat yang didominasi kaum lelaki. Sebuah kritik sosial yang keras dan pedas!Novel ini didasari pada kisah nyata. Ditulis oleh Nawal el-Saadawi, seorang penulis feminis dari Mesir dengan reputasi Internasional.Rp 55.000,00 -
Lapar – Knut Hamsun
BUKU, FiksiPenerjemah: Marianne Katoppo Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tahun Terbit: 2013 Tebal: xxii+284 halaman ISBN: 9-789794-618509Kondisi: BaruLapar adalah salah satu karya terbesar dari pengarang peraih Hadiah Nobel Kesusastraan tahun 1920, Knut Hamsun, seorang novelis Norwegia yang terkenal. Karyanya telah terjual dari dua juta eksemplar.Tokoh “Aku” adalah seorang penulis dalam Lapar, yang menggambarkan bagaimana seseorang bertekad mempertahankan nilai hidup yang diyakininya, meskipun ditempa oleh pahit getirnya kehidupan yang dialaminya. Semangatnya yang tinggi untuk tetap menulis, mengingatkan kita pada “Aku” Chairil Anwar, yang menyepak, menerjang membawa luka, dan bisa berlari, serta mau hidup seribu tahun lagi.Membaca karya Knut Hamsun, Lapar, akan terkesan dengan gairah semangat hidupnya yang luar biasa, dan pembaca akan menyadari mengapa Hamsun memenangkan Hadiah Nobel Kesusastraan.“Lapar adalah novel yang pertama kali membuat saya ingin menulis ... Bercerita tentang penulis yang gagal.”- Eka Kurniawan, sebagaimana dikutip oleh CNN Indonesia.com.Rp 85.000,00 -
Ibu Pergi ke Surga – Kumpulan Cerpen Lengkap – Sitor Situmorang
BUKU, FiksiPenerbit: Komunitas Bambu Tebal: 248 halaman Tahun Terbit: 2011 ISBN: 979-3731-88-5Kondisi: Baru"... tak ada satu pun kalimat yang tak berwujud pengamatan yang cemerlang; dalam arti tertentu beberapa cerpen Sitor adalah sebuah masterpiece."- Denys Lombard dalam Histoires Courtes d'Indonésie"... dalam kesusastraan Indonesia modern, sejumlah cerpen Sitor tidak ada bandingannya ... pantas memperoleh tempat dalam sebuah antologi cerita pendek modern Barat."- A. Teeuw dalam Modern Indonesian Literature I"Salah seorang cerpenis Indonesia terpenting yang memungkinkan kita, dari cerpen-cerpennya, memperoleh nilai tambah pengetahuan latar belakang kebudayaan, di samping, kita juga bisa belajar dari pengalaman tokoh-tokohnya."- Harry Aveling dalam Rumah Sastra IndonesiaRp 100.000,00 -
CD Jason Ranti – Akibat Pergaulan Blues
CD, MUSIKGenre: Folk Label: Demajors Rilis: 2017Kondisi: BaruDaftar Lagu: 1. Stephanie Anak Senie 2. Lagu yang Problematik 3. Anggurman 4. Akibat Pergaulan Blues 5. Variasi Pink 6. Kau yang Cari 7. Bahaya Komunis 8. Kisah Tusuk Belakang dari Tegal Rotan 9. Pulang ke Rahim Ibunya 10. Suci Maksimal 11. Doa Sejuta Umat (Live)Rp 50.000,00 -
Kahlil Gibran di Indonesia
BUKU, Kajian Sastra / Bahasa, Non-FiksiEditor: Eka Budianto Penerbit: Ruas Tebal: xvi+176 hlm Tahun Terbit: 2011 Jenis Kertas: Bookpaper Jilid: Soft Cover ISBN: 979-25-1644-1Kondisi: BaruRp 50.000,00 -
Musik Indonesia 1997-2001 – Kebisingan & Keberagaman Aliran Lagu – Jeremy Wallach
BUKU, Musik, Non-FiksiPenerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2017 Tebal: xx + 322 hlm Jenis Kertas: Bookpaper Jilid: Soft Cover ISBN: 978-602-9402-75-9Kondisi: BaruApa yang terjadi dengan suara “lokal” ketika globalisasi menyingkap para musisi dan penikmat musik pada pengaruh budaya dari seluruh dunia?Jeremy Wallach menyelidikinya sebagaimana pertanyaan ini “dipermainkan” pada perkembangan eklektik dunia musik Indonesia pasca runtuhnya rezim Soeharto yang represif. Dilatarbelakangi transisi kaotis negara-bangsa Indonesia menuju demokrasi, Wallach membawa kita menjelajahi studio rekaman, toko musik, konser musik, kampus, perekaman video musik, dan lingkungan urban. Memadukan berbagai detail, buku ini merupakan riset etnografi yang “membumi” dengan ketajaman analisis yang berasal dari teori budaya kontemporer.Ia menunjukkan bahwa akses yang dimiliki negara-bangsa Indonesia atas musik dan teknologi yang bersirkulasi secara global tidak menyurutkan dan menyeragamkan pembuatan musik lokal di Indonesia. Nyatanya malah sebaliknya. Hal ini telah menyediakan kesempatan kreatif kaum muda Indonesia untuk mengeksplorasi identitas mereka di dalam sebuah bangsa ragam budaya yang mengalami perubahan dramatis dalam dunia yang makin saling berkaitan.Testimoni:“Buku yang penting ini memaparkan bagaimana musik (populer atau lainnya) membumi di dalam berbagai kemungkinan yang tersedia sekarang ini melalui orang-orang yang mendapat kenikmatan di dalamnya. Sudah sepatutnya jika buku ini dibaca oleh siapa pun yang tertarik pada media populer, Indonesia, antropologi, etnomusikologi, dan gagasan-gagasan globalisasi/lokalisasi.”René T. A. Lysloff, Universitas California, Riverside, asisten editor, Music and Technoculture.Rp 110.000,00 -
Korupsi dalam Silang Sejarah Indonesia – Peter Carey dan Suhardiyoto Haryadi
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPengantar: Rimawan Pradiptyo Epilog: Pujo Semedi Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2016 Jilid: Soft Cover Tebal: 262 halamanKondisi: BaruKorupsi menjadi isu abadi, isu yang selalu menghantui Tanah Air. Bahkan, sejak zaman Diponegoro (1785-1855)! Masalah korupsi juga menjadi pemicu utama Perang Jawa (1825-1830) meskipun tak pernah sekalipun dibahas dalam buku-buku sejarah di sekolah. Selama hampir 200 tahun sejak Diponegoro menampar patih di hadapan para kerabat sultan di Keraton Yogya, isu korupsi dan cara menghadapinya tidak banyak mengalami perubahan.Arus uang yang melimpah oleh kedatangan penyewa tanah dari Eropa setelah Agustus 1816 di Pulau Jawa—berbarengan dengan berakhirnya kekuasaan Raffles (1811-1816) dan Hindia Timur dikembalikan kepada Belanda—membuka jalan bagi para pejabat pribumi bertindak korup. Cara-cara yang dilakukan Danureja IV di Yogya untuk cepat memperkaya diri adalah contohnya. Tidak selesai sampai di situ. Korupsi terjadi saat Indonesia tumbuh menjadi bangsa, mengalami jatuh bangun, dan masih ada sampai sekarang. Sungguh riwayat yang suram.Buku ini membawa kita menilik kembali kompleksitas korupsi dengan mengurai budaya korupsi di Indonesia dari zaman Daendles (1808-1811) sampai masa Reformasi.Terlebih menarik, buku ini juga memberi perbandingan sejarah aktivitas korupsi dan cara pencegahannya di negeri-negeri Eropa, terutama Inggris selama abad ke-18 'yang panjang' (1660-1830). Melalui buku ini, sejarawan Peter Carey bersama mantan wartawan Suhardiyoto Haryadi membuktikan betapa seriusnya persoalan korupsi mengancam nasib hidup bangsa dan negara. Sebab korupsi di berbagai negara mengakibatkan hal yang sama. Semuanya sama-sama meruntuhkan sendi-sendi bangsa.Rp 145.000,00 -
FOVEA MAGAZINE #1
Film, Magazine, Non-FiksiA4. PERFECT BINDING. BLACK&WHITE. OFFSET PRINTED.Kondisi: New Old Stocks“Who are we and what is our quest?”“We are gourmets, guides, and knights.“We are gourmets because we like good cooks: people who can turn a few basic ingredients into something extraordinary for other’s delicate and often demanding palates. This first issue will deal with those excellent cooks that are independent filmmakers, having to deal with limited resources and confronted to high expectations. Just like your auntie preparing the best Nasi Goreng in the world.“We are guides because we have been traveling the ways of movies in many directions, hanging out in the dark rooms of local theaters, in the erudite spheres of the cinematheques, in the festivals for the most lucky of us, and let’s admit it, in front of computer’s screen waiting for the torrents to be downloaded. Hours after hours. We have seen it almost all and we like to share it with others. (Not the torrents, but the excitement!) Showing you the unnoticed details that make sense. You know, like the statues in ‘Angels and Demons’. (But rest assured, we don’t live in Vatican’.)“We are knights because, come on! We are starting a paper-only magazine in the age of internet, about independent cinema, without subventions and formal link to any film distributors. It is a work of resistance, of guerilla. Yeah! Once a masochist, always a masochist! Or on more positive perspective: the key to freedom, and the price to pay! And we didn’t forget that Mr. Wayne who reminded us that: with great power comes great responsibility.“Our quest: to find the Grail of course! That movie which speaks to our heads and hearts. (Admittedly, the other way around is fine as well.) That filmmakers who will not only make you learn to make movies, but also make you learn to think. Those people who organize alternative distribution networks and viewing opportunities. Those ideas that put back the thinking in the viewing, that help discerned gold from lead.”– The editor and its shadowFOVEA MAGAZINE #1HEADLINE: SINEMATEKDedikasi Untuk Sinematek IndonesiaMantan Kepala Sinematek, Adi Pranajaya :“Dibutuhkan Energi Yang Luar Biasa Untuk Mengurus Sinematek Indonesia”Lisabona Rahman (Kineforum) dan Lintang Gitomartoyo (Yayasan Konfiden)“Sinematek Lepas Dari Orbit”Essay Photo : Survive On A ShoestringKurator Sinematek Brussels, Nicola Mazzanti“The Key Is Politics”Essay Photo : Cinematek Certainly Is Not A Boring PlaceFESTIVALsBUSAN FILM FESTIVAL 2012Catatan Dari Busan Film Festival:Wajah Karya Wajah PemirsaBusan Film Festival : The ReviewsEssay : The Gardener and His QuestsA conversation with Ifa Isfansyah :On Style In Directing TreatmentsCATATAN Dari HONGKONG Film Festival:Hongkong dan Cinema Pada Suatu KetikaSEA SCREEN ACADEMYMakassar Belajar Dari Fukuoka?Selamat Datang Calon Sineas-Sineas Indonesia TimurRiri Riza :“Karena Kita Pergi Untuk Kembali”CATATAN Dari ASEACC (Association For Southeast Cinemas Conference):Merayakan Lagi Lewat Djam Malam dan Mengapa Matt Dower Penting Untuk Direstorasi TotalFILM INDONESIA di AKHIR TAHUNHabis The Raid, Terbitlah ...PROFILEKenji MizoguchiSejarah Jepang dan Wanita - WanitanyaJiang WenRealisme Sinis dan Manusia Cina KiniMeiske Taurisia :“Kepercayaan Adalah Investasi dan Pondasi”Ismail BasbethSiapakah Ismail Basbeth?KLASIKMilestones:Amerika Pada Suatu MasaFEATUREThe Haunted Works Of Apichatpong Weerasethakul : PrimitivePersonalized and Depersonalized Memory Of PlacesVampir Dalam Sinema : Monster, Pahlawan, dan KekasihFashion Dalam Film : Ketika Fashion Tidak Lagi Jadi HiasanHumanimals : How Close Are You, Insects?Travelogue : Surat Kecil Pencinta Film JepangREVIEWOnce Upon A Time in Anatolia:Perjalanan Melewati Buramnya Sifat ManusiaPrometheusDon't Shoot At The Ambulance !Ambilkan BulanBulan Untuk AmeliaDi Timur MatahariMenggali Makna Film Anak Bagi Penonton DewasaPerahu KertasRomantisme Yang terus Berlayar Sampai TersesatSoegijaMengungkap Hidup Dibalik KekakuanOBITUARIAndrew SarrisChris MarkerRp 70.000,00 -
FOVEA MAGAZINE #0
Film, Magazine, Non-Fiksi154 PAGES. A4. PERFECT BINDING. BLACK&WHITE. OFFSET PRINTED.Kondisi: New Old Stocks"Who are we and what is our quest?""We are gourmets, guides, and knights."We are gourmets because we like good cooks: people who can turn a few basic ingredients into something extraordinary for other's delicate and often demanding palates. This first issue will deal with those excellent cooks that are independent filmmakers, having to deal with limited resources and confronted to high expectations. Just like your auntie preparing the best Nasi Goreng in the world."We are guides because we have been traveling the ways of movies in many directions, hanging out in the dark rooms of local theaters, in the erudite spheres of the cinematheques, in the festivals for the most lucky of us, and let's admit it, in front of computer's screen waiting for the torrents to be downloaded. Hours after hours. We have seen it almost all and we like to share it with others. (Not the torrents, but the excitement!) Showing you the unnoticed details that make sense. You know, like the statues in 'Angels and Demons'. (But rest assured, we don't live in Vatican'.)"We are knights because, come on! We are starting a paper-only magazine in the age of internet, about independent cinema, without subventions and formal link to any film distributors. It is a work of resistance, of guerilla. Yeah! Once a masochist, always a masochist! Or on more positive perspective: the key to freedom, and the price to pay! And we didn't forget that Mr. Wayne who reminded us that: with great power comes great responsibility."Our quest: to find the Grail of course! That movie which speaks to our heads and hearts. (Admittedly, the other way around is fine as well.) That filmmakers who will not only make you learn to make movies, but also make you learn to think. Those people who organize alternative distribution networks and viewing opportunities. Those ideas that put back the thinking in the viewing, that help discerned gold from lead."- The editor and its shadowFOVEA MAGAZINE #0:HEADLINEsSensor - Sensor di Indonesia - Sensor di Kamboja - Wawancara dengan Mukhlis Paeni, Ketua Lembaga Sensor Film IndonesiaCrowdfunding - Solusi Baru Filmmaking? - Wawancara dengan Sammaria Simanjuntak, sutradara Demi UcokFESTIVALsBerlinale 2012- Ada Apa di Berlinale tahun ini? - Wawancara dengan Edwin - Wawancara dengan John Badalu - Wawancara dengan Marlon Rivera - Film-film Asia Tenggara Di Berlinale65 Festival De Cannes - Bertaburan Kritik dan Komentar Sosial - Dominasi Film-Film Amerika - Lewat Djam Malam di Cannes Classics - Kontroversi Filsuf Selebriti Bernard-Henri Levy - Film-Film politik - Para Generasi BaruFILM INDONESIA DI AWAL TAHUN SHORTSHARPSHOCKFilm Pendek, Kenapa Tidak?DOKUMENTERWawancara dengan Ucu AgustinTRACKING THE SOUNDOn David Julyan's Work with Christopher NolanPROFILEJohn Cassavettes George Méliès Paul Agusta Kamila AndiniFEATURETowards A Grey World: From Apollo 13 to Apollo 18 Freak Cinema: Memandang Yang (Tidak) SeadanyaARTIST's CORNERArie Asona Sheila Rooswitha Putri Gambar SelawREVIEWModus Anomali The Mirror Never Lies Le Havre Joven Y Alocada The Iron Lady Cesare Deve Morire We Need To Talk About KevinOBITUARIAlmarhum Misbach Yusa BiranRp 70.000,00 -
Identity Crisis – Reflections on Public & Private Life in Contemporary Javanese Photography – Brian Arnold
BUKU, Esai, Fotografi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainAfterhours, Jakarta, Indonesia, 2017. In English. 134 pp., 9¾x11".This limited-edition, serial-numbered book is the result of a three-year study of contemporary photography by Brian Arnold made across the island of Java.Working with a grant from the American Institute for Indonesian Studies, Brian traveled Java teaching and lecturing on photography at a variety of institutions and universities. In doing so, he engaged the developing ideas and patterns on photography emerging in the Javanese art schools and markets. The resulting book focuses on a group of artists and photographers addressing issues of personal or cultural identity, questioning or examining the forces that shape each of the individual photographers and the communities they represent, while also looking at the emergence and discourse of art photography in Java today.Featuring work by a number of important photographers and artists working around the island – including Krisna Murti, Wimo Ambala Bayang, Jim Allen Abel, Angki Purbandono, Dito Yuwono, Deden Durahman, Henrycus Napit Sunargo, Arum Tresnaningtyas Dayuputri, Amran Malik Hakim, and Tino Djumini – as well as historical photographs from the collections at the National Gallery of Art in Australia, the New York Public Library for the Performing Arts, and Cornell University, the book offers a unique perspective on the emerging trends of fine art photography across Java. Brian’s accompanying text offers historical and global contexts for understanding the uses of photography in Indonesia today, and includes some of his own pictures made while working in Java. An afterward by art historian and writer Aminudin TH Siregar provides further historical context for looking at photography in Indonesia.Rp 770.000,00 -
Goddess of Pantura – Arum Tresnaningtyas Dayuputri
BUKU, Fotografi, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaDesainer: Meicy Sitorus Editor Teks: Chabib Duta Hapsoro Sampul: Vitarlenology Detail Produksi: 28 double side 23x 40 cm, full colour, loose binding, Mate paper & Book paper Kondisi: BaruBuku Goddess of Pantura menangkap keseharian penyanyi dangdut Diana Sastra dengan sensasional. Sekalipun nama Diana Sastra asing bagi kita, gambaran ketenaran dalam buku itu akan terasa akrab bagi siapapun yang pernah menggandrungi seorang tokoh.Arum Tresnaningtyas Dayuputri tidak hanya memotret kemeriahan ketika Diana naik ke atas panggung, tapi juga pemandangan sebelum dan setelah konser. Sebagian besar fotonya dicetak memenuhi halaman, disusun seolah bertabrakan; tanpa ada ‘bingkai’ tanpa ada keterangan foto. Namun, karena binding buku tidak mengikat halaman-halamannya, cetakan foto itu bisa dilepas dari buku, sehingga kita bisa melihat pemandangan yang lebih luas lagi. Desain buku ini dikerjakan oleh Meicy Sitorus.Saat menyimak Goddess of Pantura, sulit menghindari gemerlap glitter menempel di tangan maupun bagian tubuh kita yang lain.Rp 170.000,00 -
DVD Mwathirika – Papermoon Puppet Theatre
DVD, FILMKondisi: Baru Durasi film: 57 Menit 30 Detik Bonus Feature: Behind the Scenes Video Artwork: Iwan Effendi Desain: Kotasis Kamar Desain 3x3x3 Tahun Produksi: 2012Mwathirika is based on the story of the missing family members of September 1965 tragedy in Indonesia, and any other tragedy in the world caused by political turmoil. Mwathirika is a non-verbal puppet play for teenager and adults, about the grey history of the nation ... about the lost of someone who loved ... about us.. about people's life ....What is Papermoon? Papermoon Puppet Theatre was founded in 2006. It is a contemporary puppet theater in Indonesia, which do experiments on art by using puppet theater as its media. Not only make performances in theater spaces, papermoon also do site-specific performances, make lots of workshops for all ages, and initiate International Biennale Puppet Festival in Yogyakarta since 2008.Rp 150.000,00