Keindonesiaan, Kerakyatan, dan Modernisme dalam Kritik Seni Lukis di Indonesia
Rp 150.000,00
Judul Lengkap:: Keindonesiaan, Kerakyatan dan Modernisme dalam Kritik Seni Lukis di Indonesia
Penerbit: Gang Kabel
Tebal: xxxii + 276 hlm
Cetakan pertama, Januari 2021
Sanento Yuliman mengkaji dengan cermat kritik seni lukis di Indonesia, antara masa 1930-an hingga akhir 1960-an. Ia mengamati isu-isu di dalam kritik, bentuk, sifat, dan cara menulis para kritikus. Penelitian semacam itu baginnya berguna untuk mendorong pandangan baru di dalam kritik, menyingkirkan prasangka dan menghindari lingkaran masalah yang “begitu-begitu juga”. Pendeknya ia menghendaki perbaikan dalam menulis kritik.
Tiga isu besar yang diperdebatkan dalam kritik seni lukis adalah soal keindonesiaan, kerakyatan, dan modernisme. Paham keindonesiaan tidak cuma satu, tapi beberapa. Akan tetapi, semua pandangan itu cenderung nnormatif. Isu kerakyatan timbul ketika fungsi sosial seni dipertanyakan, demi kepentingan sosio-politis. Adapun modernisme–dilandasi kebebasan, kreativitas serta nilai perorangan–dalam kenyataan segera berhadapan dengan berbagai kritik, yakni kritik kultural, kritik sosial, kritik politis, dan kritik sosiologis.
Selain itu, ada masalah mengenai penyebutan aliran-aliran seni lukis akibat persentuhan dengan seni lukis Barat. Survei Sanento di buku ini membuktikan bahwa penetapan aliran umumnya dilakukan kritikus sambil lalu, tanpa penelitian dan pembandingan, tidak jarang sekadar “impresionisme impulsif” dari para kritikus subjektivis. Bagi Sanento, pengindonesiaan istilah untuk isme-isme yang sesuai dengan konteks perkembangan seni lukis kita amat penting. Pemecahan masalah-masalah ini dapat membentuk pengetahuan kita tentang seni lukis Indonesia, melalui klasifikasi dan sistematisasi.
Survei ke dalam penulisan kritik inilah yang kemudian 'melahirkan' Sanento Yuliman sendiri sebagai kritikus seni rupa terkemuka di Indonesia.
Additional information
Weight | 400 kg |
---|---|
Dimensions | 18 x 26 x 2.5 cm |
Reviews(0)
There are no reviews yet.