Jiwa-Jiwa Mati – Nikolai Gogol
- Sorry, this product cannot be purchased.
Rp 85.000,00
Penulis: Nikolai Vasilievich Gogol
ISBN: 978-979-461-836-3
Dimensi: 13×18 cm
Jenis Cover: Softcover
Jenis Kertas: Book Paper
Berat: 400 gram
Jumlah Halaman: iv+550 halaman
Tahun Terbit: 2013
Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Jiwa-jiwa menggambarkan akal licik pegawai yang ambisius guna memperoleh keuntungan dari hasil manipulasi dan korupsi. Sindiran yang terbungkus rapi dalam humor, bagaikan pisau bedah yang menyayat borok nafsu tamak manusia serakah, tapi penyampaiannya mengundang bius senyum pembaca.
Additional information
Weight | 0.2 kg |
---|---|
Dimensions | 14 x 20 x 2 cm |
Setelah Boombox Usai Menyalak: Kumpulan Tulisan – Herry Sutresna
BUKU, Musik, Non-Fiksi
Kondisi: Baru
Penerbit: Elevation Books
"Read as a whole, Setelah Boombox Usai Menyalak provides readers with the same insight into the author that he gives them about his many subjects. It is a private tour of an artist's archives that reveals the forces that shaped him and his creations. A must-read for Indonesian hip-hop heads, pop-culture pundits, punks and especially Homicide fans."
- The Jakarta Post
"Buku ini merupakan buah dari pengalaman Herry sebagai pendengar musik yang rakus dan serius, bahkan terlibat di dalamnya. Berisi opini, membahas band, resensi, obituari, sampai desainer cover album. Kita bisa membayangkan bagaimana musik menyertainya ketika terancam mati saat ikut demonstrasi di aman reformasi, apa lagu atau album yang pantas direkomendasikan, bagaimna album menjadi penting dan sebuah genre bisa lahir."
- Anwar Holid
"Kendati sejak awal dikatakan bahwa musik menjadi tema utama buku ini, kita akan bisa menemukan banyak sisipan--jika bukan yang utama--topik selainnya. Salah satu yang menjadi ciri khas Ucok sebagai seorang 'penulis musik' adalah, ia tidak pernah membiarkan musik berdiri sendiri dan terisolasi dari konteks sosial yang melahirkannya."
- serunai.co
Rp 100.000,00
Lokasi Tidak Ditemukan – Taufiq Rahman
BUKU, Musik, Non-Fiksi
Kondisi: Baru
Penerbit: Elevation Books
Tidak ada hal yang lebih menyedihkan dibandingkan terlalu mencintai musik pop dan kemudian pergi melakukan ziarah ke tempat-tempat yang pernah menjadi latar bagi perjalanan musik. Lokasi-lokasi itu tentu saja adalah CBCG, Rock and Roll Hall of Fame, Height Ashbury atau Cafe Sin-E tempat Jeff Buckley pernah manggung. Mengunjungi tempat-tempat tersebut menyedihkan karena Anda sudah membiarkan diri Anda menjadi bagian dari sebuah agama sekular yang menuntut Anda untuk juga melakukan ritual ziarah layaknya yang diperintahkan oleh sebuah kepercayaan yang sudah mapan. Ini tragis karena agama, bahkan yang sekular pun, selalu akan meminta pengikutnya untuk taklid dan menjadi jumud. Untuk orang yang selalu mencari dan mencintai hal baru, ketundukan itu begitu menakutkan. Jim Morrison sudah mati hampir 40 tahun yang lalu dan kita masih tetap menziarahi makamnya.
Di pertengahan tahun 2007, Taufiq Rahman dikutuk untuk melakukan perziarahan itu, meski bukan secara sengaja. Dia harus tinggal di Amerika Serikat, sebuah bangsa yang tidak memiliki kebudayaan adiluhung selain budaya massa yang telah berhasil dicekokkan ke seluruh benak anak muda di dunia yang pernah sendiri di kamar, mendengarkan REM, sambil kemudian membayangkan berkendara di pedalaman Midwest.
Selama dua tahun, Taufiq mengalami mimpi itu dan hanya terbangun ketika tugas berat kuliah harus segera dikerjakan. Dan ketika tugas berat itu bisa ditinggalkan, perjalanan ziarah itu kadang dilanjutkan. Tentu saja dia tidak pernah menemukannya.
"Taufiq Rahman adalah penulis yang biasa-biasa saja. Yang membedakan adalah independensinya." -Harlan Bin, Musisi Indie Jakarta, Majalah Cobra.
"Sumbangan buku ini sangat kecil pada dunia tulis-menulis Indonesia." -Philips J. Vermonte, Kepala Departemen Politik dan Hubungan Internasional Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan co-founder jakartabeat.net.
"Membaca tulisan Taufiq Rahman seperti membaca karya Chuck Klasterman tapi tanpa humor." -The Jakarta Post.
Rp 90.000,00
Kota-Kota di Sumatra : Enam Kisah Kewarganegaraan dan Demokrasi – Hikmat Budiman
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya
Penulis: Sudiarto, Indriani Widiastuti, Radjimo Sastro Wijono, Muhammad Subhi, Kristina Viri, Firdaus
Editor: Hikmat Budiman
Penerbit: The Interseksi Foundation dan Hivos
Tahun Terbit: 2012
Tebal: 536 halaman
ISBN: 978-979-9999-23-8
Kondisi: Old Stock
Buku ini adalah seri pertama dari rangkaian narasi-narasi kecil yang ditulis setelah para sarjana yang dikirimkan oleh the Interseksi Foundation kembali dari lapangan, dalam program "sarjana Indonesia menulis Indonesia". Dalam jangka panjang Interseksi membayangkan yang akan terbit bukan hanya naskah-naskah yang berpretensi akademis, tapi juga prosa-prosa atau tuturan visual yang mampu menghadirkan kisah-kisah yang lebih punya jiwa dan punya tenaga. Untuk kepentingan pengelolaan program, Interseksi menetapkan pembilahan zona yang sangat sederhana, yakni membagi geografi Indonesia ke dalam 6 (enam) area kerja: Sumatra, Jawa-Madura, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan Maluku-Papua. Pada tahap pertama Interseksi memulainya dari beberapa kota kecil di Sumatra,
Keenam kota yang menjadi lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pada beberapa patokan sederhana pula: pertama, ia bukan kota besar atau ibukota provinsi; kedua, secara kumulatif keenam kota yang dipilih harus merupakan kombinasi antara kota yang sekaligus mewakili bentuk administratif pemerintahan dan kota dalam pengertian kawasan urban yang kebetulan menjadi ibukota sebuah kabupaten; ketiga, ukuran fisik kota adalah justru yang secara tepat tergambarkan dalam istilah yang sekarang sudah tidak dipakai lagi, yakni kotamadya, yang berarti kota berukuran menengah.
Secara umum tema yang didiskusikan semua tulisan dalam buku ini adalah tentang dinamik kehidupan kolektif warga di masing-masing kota selama era demokratisasi dan otonomi daerah setelah kita lepas dari belenggu otoritarianisme. Terminologi yang digunakan adalah kewarganegaraan (citizenship), tapi ia tidak hanya dipahami dalam pengertian kewarganegaraan formal, dan bukan pula soal administrasi kependudukan belaka, melainkan lebih pada persoalan bagaimana kelompok-kelompok sosial yang ada pada satu konteks spasial tertentu secara bersama-sama mengembangkan dan memelihara kehidupan kolektif di dalam sebuah ruang yang mau atau tidak mau harus dibagi (shared space) antar-sesama warga di luar puak, nagari, agama, dan etnisnya masing-masing.
Rp 130.000,00
Sang Putri Dan Sang Presiden – Valery Giscard d’ Estaing
BUKU, Fiksi
Kondisi: Baru
ISBN: 978-979-461-933-9
Dimensi: 13 x 18 cm
Jenis Cover: Softcover
Jenis Kertas: Book paper
Berat: 200 gram
Jumlah Halaman: vi + 270 halaman
Tahun Terbit: 2015
Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Siapa pun pernah mengalami hal yang sama dan mungkin bertanya-tanya, bagaimana jika tokoh terkenal yang ditemui itu masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Selaku Presiden Prancis, Valery Giscard d'Estaing (VGE), sang penulis, pernah atau sering bertemu dengan Lady Diana, istri putera mahkota Inggris yang sangat terkenal karena kecantikan dan keanggunannya.
Adalah hal yang normal jika VGE selaku seorang pria membayangkan bagaimana jika wanita cantik itu menjadi istrinya, lalu dia tuangkan imajinasinya itu dalam Sang Putri dan Sang Presiden. Agar berakhir happy-end maka kejadiannya dibuat bertolak belakang dengan kenyataaan yang meninggal bukan Lady Di, melainkan Ratu Elizabeth dan puteranya, Pangeran Charles, suami Lady Di, sehingga terbukalah jalan bagi Sang Presiden Prancis untuk menikahi Sang Princesse.
Yang unik dari karya VGE adalah mengenai pencitraan dan penampilan tulisan. Pencitraaannya menggunakan dua sudut pandang: sudut pandang Sang Presiden dan sudut pandang Sekertaris Pribadi Presiden Prancis. Jika yang bercerita tokoh "aku" Presiden, tulisan dengan huruf tegak, dan untuk "aku" Sekretaris Pribadi, tulisan menjadi huruf miring. Hal ini membantu pembaca untuk mengetahui bahwa tokoh yang bercerita berbeda.
Rp 85.000,00