Please select a page for the Contact Slideout in Theme Options > Header Options

Non-Fiksi

Filters

Showing 97-120 of 368 products

View 24/48/All

Filter by price

97-120 of 368 products

  • Buku - Biografi Pendek Sitor Situmorang
    Buku - Biografi Pendek Sitor Situmorang

    Sitor Situmorang: Biografi Pendek 1924-2014 – JJ Rizal

    , ,
    Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2014 Tebal: x + 186 halaman ISBN: 978-602-9402-64-3 kondisi: Baru Sitor Situmorang (1924-2014) adalah tokoh yang kompleks. Ia salah satu penyair Indonesia terkuat, penulis cerpen yang karyanya harus diperhitungkan bagi siapa saja yang hendak membuat kumpulan cerpen terbaik duia, tokoh film (karena darinya lahir cerita film Darah dan Doa yang jadi tonggak pertama film Indonesia), dan eseis kebudayaan yang buah pikirannya memberikan sumbangan penting bagi pencerahan serta pembaruan dalam alam kebudayaan Indonesia. Selain itu, ia juga seorang penulis naskah drama, jurnalis, penerjemah, sejarawan sekaligus antropolog Batak.
    Rp 100.000,00
  • Buku - Menguak Duniaku
    Buku - Menguak Duniaku

    Menguak Duniaku: Kisah Sejati Transseksual – R. Prie Prawirakusumah & Ramadhan KH

    , ,
    Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2005 Tebal: v + 605 halaman ISBN: 979-3731-04-4 Kondisi: Baru Bagaimana rasanya menjadi seorang lelaki yang terjebak di dalam tubuh perempuan? Lantas bagaimana masyarakat meresponsnya? Kisah ini mengungkap pengalaman langsung dari seorang trans beserta cara dia menghadapi norma dan nilai di masyarakat yang telah mapan.
    Rp 55.000,00
  • Buku - Julia's Jihad
    Buku - Julia's Jihad

    Julia’s Jihad – Julia Suryakusuma

    , , ,
    Pengantar: Meidyatama Suryodiningrat, Endy Bayuni Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit:2013 Tebal: xxxviii + 526 halaman Bahasa: Inggris ISBN: 978-602-9402-27-8 Kondisi: Baru Does the proliferation of jilbabs (headscarves) in Indonesia since 1998 mean the nation has gone hardline? How did democracy happen in Indonesia, which has the largest population of Muslims in the world, and will it stick? Is the term ‘Muslim feminist’ an oxymoron? Do Muslims even like sex? Julia’s Jihad provides the answer to these questions and much, much more: how the nation struggles to maintain the ‘unity in diversity’ of its 300 ethnic groups; how it practices ‘political cannibalism’ to deal with to its human rights problems; how environmentally we ‘burn our own house down’, and a whole lot of the other weird and wacky things that make Indonesia the fascinating bundle of contradictions it is. * "Buku ini merupakan kumpulan esai pemikiran Julia selama 8 tahun yang pernah dimuat di The Jakarta Post dan majalah Tempo edisi bahasa Inggris. Tulisan Julia terasa tajam dan segar saat mengupas kompleksitas permasalahan di negeri ini. Mulai dari identitas wanita muslim, gerakan sosial, kebijakan publik, tradisi, kapitalisasi agama, hingga hak asasi manusia. Anda juga akan tersenyum-senyum sendiri saat menemukan selipan humor yang satir di dalam bahasan yang serius. Pas untuk Anda yang mencari bacaan alternatif dan menawarkan sudut pandang berbeda." – Femina.co.id "Julia is not just a critical feminist, but also a true humanist. She moves us to sincerely respect our fellow human beings and the plurality of culture and religion as certainties, and even sources of peace." – Musdah Mulia "Julia’s Jihad is jihad in fourth gear in the struggle for openness, rationality, humanity and, naturally, woman—all spiced with a big dose of humor and wit that shakes up the reader. Reading Julia, you keep on laughing until you suddenly realize that what she is writing about is not funny but very, very serious." – Frans Magnis Suseno
    Rp 125.000,00
  • Buku - Ego dan Id
    Buku - Ego dan Id

    Ego dan Id – Sigmund Freud

    , ,
    Penerbit: Tanda Baca Tahun Terbit: 2018 Tebal: 104 halaman ISBN: 978-602-52260-1-4 Kondisi: Baru Pada tahun 1923, dalam buku ini, Freud menyusun implikasi-implikasi penting dari teori struktural pikiran yang pertama kali dia ketengahkan tiga tahun sebelumnya dalam Beyond the Pleasure Principle. Ego dan Id memiliki kedudukan penting dalam karya Freud setelahnya. Buku ini menyoroti Ego sebagai bagian esensial dari manusia dan bagaimana ia dipengaruhi oleh Id, Super-ego, dan dunia luar.
    Rp 65.000,00
  • Buku - Kenang-kenangan Hidup
    Buku - Kenang-kenangan Hidup

    Kenang-kenangan Hidup – HAMKA (Buku I & II)

    , ,
    Penerbit: Balai Pustaka ISBN Buku I: 978-602-2600-50-3 ISBN Buku II: 978-602-2600-51-0 Kondisi: Baru Buku I membabarkan serangkaian panjang kisah masa kanak-kanak yang penuh kenakalan dan petualangan khas di tengah keelokan alam dan budaya Minangkabau, kehidupan anak-anak di surau penuh gurau di sela dan setelah mengaji Alquran dan Alhadits serta berbagai kitab atau berlagu barzanzi, juga riwayat persentuhannya dengan sastra serta berbagai bacaan dari Eropa semasa remaja. Penjelajahannya ke tanah Jawa dalam rangka mencari ilmu turut andil dalam pembentukan pengetahuan dan karakternya, hingga kemudian bertolak ke tanah suci Mekkah dalam masa pendewasaannya, kemudian sekelumit peristiwa menuju upacara pernikahannya yang dilangsungkan pada 1929. Buku II mengisahkan kiprah HAMKA sejak mula masuk ke lingkungan sastra Indonesia dengan menjadi pengarang. Baginya jalan seni merupakan hal penting yang tidak dapat diabaikan di dalam kehidupan, "Kebangunan seni dengan sendirinya bertali dengan kebangunan budi."
    Rp 97.000,00
  • Buku - Esai Tentang Pembebasan
    Buku - Esai Tentang Pembebasan

    Esai Tentang Pembebasan – Herbert Marcuse

    , ,
    Penerjemah: Praksi Pradipta Penerbit: Tanda Baca Tahun Terbit: 2019 Tebal: 133 halaman Kondisi: Baru Dalam masyarakat makmur, kapitalisme datang dengan sendirinya. Dua dorongan utama dinamikanya--eskalasi produksi komoditas dan eksplotasi yang produktif--menyertai dan menyerap ke dalam semua dimensi ruang publik dan privat. Sumber daya material dan intelektual yang tersedia (potensi pembebasan) telah berkembang jauh melebihi Penguasa yang ada, sehingga hanyalah peningkatan sistematis dalam pembuangan, penghancuran, dan pengaturan yang mampu menjaga sistem tetap berjalan.
    Rp 60.000,00
  • Buku - Bandung Pop Darlings
    Buku - Bandung Pop Darlings

    Bandung Pop Darlings: Catatan Dua Dekade Skena Indie Pop Bandung (1995-2015) – Irfanpopish

    , , ,
    Penerbit: EA Books Tahun Terbit: 2019 Tebal: 434 halaman ISBN: 978-623-91089-1-5 Kondisi: Baru Indies dengan pengaruh besar Britpop menemui surut setelah pasang sejak 1995 sampai 1999. Memasuki milenium ketiga, indie pop menjadi salah satu referensi baru di kancah musik. Masuk melalui internet dan orang-orang yang pernah tinggal di luar negeri, indie pop menjadi pilihan lain bagi mereka yang berniat mencari jejak Britpop. Indie pop juga menghadirkan episode baru dari perkembangan skena indie di Bandung. Bandung Pop Darlings bercerita tentang dinamika yang mengikuti kelahiran dan perkembangan skena indie pop di Bandung. Tentang kutub A dan B yang sejatinya harus tetap ada, berjalan beriringan meski kadang menimbulkan gesekan. Menciptakan harmoni agar skena tetap berkembang dengan ragam pilihan.
    Rp 125.000,00
  • Buku - Gayo
    Buku - Gayo

    Gayo: Masyarakat dan Kebudayaannya Awal Abad ke-20 – C. Snouck Hurgronje

    , ,
    Penerjemah: Hatta Hasan Aman Asnah Penerbit: Balai Pustaka Tahun Terbit: 1996 Tebal: xxiv + 294 halaman ISBN: 979-407-988-x Kondisi: New Old Stock Sampai masa terakhir ini, data tentang Tanah Gayo masih sangat sedikit dan itu pun belumlah dapat dipercaya. Sebenarnya banyak kesempatan terluang, di mana-mana di daerah pesisir Aceh bisa kita jumpai orang-orang Gayo, dan pasti apabila diberikan sedikit imbalan uang, mereka akan bersedia memberikan keterangan tentang daerahnya. Mengapa hal ini tidak dilakukan, alasannya karena adanya tekanan-tekanan yang sejak 1986 dan akhirnya pada 1898 barulah politik bertahan ini ditinggalkan. Dalam semester kedua tahun 1900, di Desa Purumeue di dekat Meulaboh, saya berjumpa dengan seorang Gayo berasal dari Isak bernama Nyak Putih; potretnya kita cantumkan di halaman buku ini. Anak muda ini berintelijensi tinggi, cukup mengenal dan mengetahui sebagian besar dari Tanah Gayo, bahkan dapat menuturkan dengan baik keadaan lingkungannya. Ajudan Gubernur Aceh, Kapten P.J. Spruijt memindahkannya ke dalam satu bentuk peta darurat, dan selanjutnya dari Nyak Putih yang mahir berbahasa Aceh inilah saya banyak mendapat keterangan dan penjelasan yang amat berharga tentang bahasa dan penduduk Tanah Gayo sendiri. Sesudah itu, selama saya berada di daerah Blang Pidie, saya selalu mengambil kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang Gayo dari Gayo Lues untuk mempelajari banyak hal tentang Tanah Gayo. Sejak itu pulalah selama saya berada di sekitar pesisir Aceh, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menemui orang-orang Gayo, yang datang dari berbagai pelosok Tanah Gayo, yang kadang-kadang di antaranya sampai beberapa hari saya wawacarai guna menambah wawasan saya mengenai penduduk negeri ini.
    Rp 88.000,00
  • Buku - Kepulauan Nusantara (II)
    Buku - Kepulauan Nusantara (II)

    Kepulauan Nusantara: Kisah Perjalanan, Kajian Manusia dan Alam – Alfred Russel Wallace

    , , ,
    Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2019 Tebal: xiii + 524 halaman ISBN: 978-602-9402-99-5 Kondisi: Baru Alfred Russel Wallace, Bapak Biogeografi Evolusi, lahir 8 Januari 1923 di Usk, Wales, Inggris. Ia dikenal sebagai seorang naturalis, penjelajah, pengembara, ahli antropologi dan biologi. Ia adalah salah satu penemu teori seleksi alam. Penjelajahannya di Nusantara menghasilkan sebuah garis imajiner pembagi flora dan fauna Indonesia, yang dikenal dengan nama Garis Wallacea. Selain itu, ia juga dikenal dengan “Efek Wallace”, sebuah kesimpulan tentang bagaimana seleksi alam dapat memberikan kontribusi pada keanekaragaman fauna. Wallace meninggal pada 7 November 1913 di Dorset, Inggris. * “Luar biasa sekali Anda kembali dalam keadaan selamat setelah berbagai risiko penyakit dan pelayaran jauh, terutama pelayaran ke dan dari Waigou yang begitu menarik. Dari semua kesan yang saya dapat dari buku Anda, yang begitu kuat membekas bagi saya adalah ketekunan Anda dalam ilmu pengetahuan. Sangat heroik. Dan saya begitu iri pada Anda, menemukan berbagai jenis kupu-kupu cantik, membuat saya merasa muda kembali ….— Charles Darwin, penulis The Origin of SpeciesAlfred Russel Wallace adalah nama besar dalam jagat ilmu pengetahuan dunia. Tetapi melalui bukti-bukti, peninggalan Wallace dapat dengan nyata teraba dan dengan mudah teridentifikasi bahwa dia adalah bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Sayangnya, Wallace dan karya besarnya The Malay Archipelago di Indonesia masih terlupakan. Di Ternate—tempat ia lama bekerja dan tempat sesungguhnya teori akbar mengenai evolusi lahir—sampai tahun lalu sama sekali bersih dari tanda-tanda yang mengingatkan adanya penemuan paling besar pada abad ke-19 itu. Sayang sekali.” — Sangkot Marzuki, Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Ketua Dewan Pengurus Yayasan Wallacea IndonesiaSeandainya Wallace bersama dalam pelayaran kami, ia tidak akan terkejut dengan jalanan yang padat atau hutan-hutan ini. Tapi ia akan sangat tercengang ketika melihat dari bibir perahu kecil kami ketika berlayar ke pelabuhan Ambon. Taman terumbu karang bawah laut yang digambarkannya begitu elok, kini hilang dan takkan kembali. Betapa Wallace akan sangat terpukul.” — Tim Severin, penulis The Spice Islands Voyage.
    Rp 180.000,00
  • Buku - Batavia
    Buku - Batavia

    Batavia: Masyarakat Kolonial Abad XVII – Hendrik E. Niemeijer

    , ,
    Penerbit: Masup Jakarta Tahun Terbit: 2012 Tebal: xiv + 450 halaman ISBN: 978-602-96256-8-4 Kondisi: Baru Bagaimana kota Batavia dibangun dan gaya hidup serta perilaku kehidupan masyarakat di dalam, serta di sekitarnya, pada abad ke-17? Ditulis oleh sejarawan Hendrik E. Niemeijer yang bertahun-tahun berkecimpung dalam lautan arsip VOC, buku ini adalah sebuah perkisahan yang luas juga terperinci tentang bagaimana orang-orang Belanda dalam waktu panjang secara gigih mengelola ragam etnis bangsa dengan aneka agama dan kepercayaan, serta perilaku dan gaya hidup penghuni Batavia dengan suatu sistem pengendalian sosial. Pergundikan, minuman keras, pelacuran, anak-anak terlantar, fakir miskin adalah beberapa masalah yang dianggap perlu dikendalikan, malah tak jarang untuk memaksakannya digunakan kekerasan, seperti pemaksaan mengikuti kursus agama kristen, hukuman rantai, penyambukan, dan gantung. Namun, isi buku ini tak melulu merupakan riwayat praktik sadis Kompeni menangani aneka pelanggaran dan melukiskan berbagai norma beserta penyimpangannya, melainkan terurai pula kisah derai tawa keceriaan di serambi rumah-rumah, di warung-warung minum atau selama berpiknik dengan perahu di sepanjang kanal-kanal dan menikmati pertunjukan seni di Batavia. Ini adalah buku suka duka dunia Batavia abad ke-17, sebuah gambaran lincah tentang kehidupan rakyat jelata di dalam kota lama yang sohor disebut Oud Batavia dan lama sudah dilupakan.
    Rp 180.000,00
  • Buku - Bordering on Freedom
    Buku - Bordering on Freedom

    Borderline of Freedom – Jovana Semiz

    ,
    Penerbit: Kamboja Press Tahun Terbit: 2019 Bahasa: Inggris Spesifikasi: Printed with black soy-based ink on certified paper. Edition of 100 Kondisi: Baru Novi Sad, my hometown and the second largest city in Serbia, is actually a great place for young people who want to improve themselves. The creative scene is not too big, so it is relatively easy for young artists to climb up the career ladder. Sadly, there have been less and less cultural happenings recently and people are not noticing. People in Novi Sad has slowly lost interest on the arts, and they adapt to the "art-less" state without even noticing. Maybe the cultural stuff gets more life in Belgrade, the largest city in Serbia, where people's life is more colorful and diverse. But life had been grayer anywhere in Serbia every day, I think. Everyday people take the street and protest. Everyone is burdened by a shared dissatisfaction after the political turmoil surrounding the split between Serbia and Montenegro. The students make the biggest chunk of angry people, planning to revolt and all of that. Many become obsessed with the idea of revolution and they dissed school and family to fight against the government. However, I, also a student, feel a strange detachment from the idea despite sharing the same dissatisfaction. Becoming an activists occupy a lot of time and money which I cannot afford. My family work hard to earn money and put me in college, and I have to live everyday without knowing if I can afford my daily bread tomorrow. In this circumstance I choose to survive with what I have although it does not even guarantee my security in the long run. If I look at my parents's old photos, I always think that they seem much happier in the past. Freedom was something they take for granted, freedom was not a rarity they had to look for, because they were content with the situation. If I listen to old people's stories of their younger days, I always think that the quality of life were so much better back then, and the people were more excited to face the day. "On the young, the world remains," was a line I often heard said by old people when I grew up. As a young adult, now I know what it means. The youth of today are constantly fighting for the better future while trying their best to enjoy living in the moment. Everyone fights for the unpredictable future, lost in the path forward, not knowing the direction of where we're going, while overcoming the overwhelming feeling that the world is going to run us over. Maybe we grow up faster than our parents did, but I am not sure if being mature earlier in life is the goal we are looking for. This loop of thinking has occupied my mind for too long and burn it crisp with boredom. Maybe the best solution is leaving Serbia. Serbia has a future, I am sure of it, but surviving here is not easy, and it saddens me ti feel that things won't change to the better in the near future.
    Rp 120.000,00
  • Buku - Mannequin
    Buku - Mannequin

    Mannequin – Agam Dwi Nurcahyo

    ,
    Penerbit: Kamboja Press Tahun Terbit: 2019 Book design & layout: Irfan Hendrian Bahasa: Inggris Kondisi: Baru Agam Dwi Nurcahyo, or usually known as Magafaka (read his short bio in the last page to know why people call him that), has contributed an alternative style in the photography scene through his controversial works over the years, regardless it being possibly interpreted as impressive, shocking, progressive, or even vulgar. In observing his photos, it leads audiences to unconsciously think that Agam is exploiting the body of his subjects. Agam's exploration in photography started from a long yet organic process. Agam graduated from the Fine Arts Department of Jakarta Art Institute and then challenged himself in a new and glamorous environment as a visual merchandiser for international brands and stayed in Bali. At that time, he began to discover photography, familiarised himself with property, make up, lighting, composition, angle, and talent. The fashion photography (or portrait, or even snapshot, depends on how you classify genres of photography if it exists) that he takes can be considered a complicated technique that tells stories as well as reflects life styles and contradicts moods through manipulation of photography on subject, location, and property. His conscience does not fully agree with the standardized rules. He still obsesses to deconstruct the border between fashion, art, and surprising values. Agam's experiment in photography become more intense when he came back to Jakarta and focused on his clothing line that he established in 2014. At that moment, Agam worked worked with talents, both female and male, as the models for his products. Instagram is the platform he chooses to sell his products and his photo gallery as well. In general, his motive is commercial, but Agam elaborates fashion photography into more fun. He does not become attached with regulated composition in photography. Sometimes he spontaneously uses properties available at the location. Photos taken by Agam look natural, effortless, and improvised. He is able to take photos in bedrooms, living rooms, backyards, kitchens, and even bathrooms. The most important thing for Agam is conversations between him and his subjects. Instead of directing his subjects, Agam puts himself as a good listener. Agam is interested in exploring the body. That started when he learned anatomy painting techniques when he was in art school. Distorted body is his main concern in elaborating anatomy. Through the body, he highlights figures, which according to him, tells a lot of stories. In short, the body tells the stories.
    Rp 150.000,00
  • Majalah - Stephen Hawking
    Majalah - Stephen Hawking

    Majalah “Stephen Hawking: A Mind Without Limit”

    , ,
    Penerbit: Mizan Tebal: 96 halaman Bahasa: Indonesia ISBN: 978-602-441-101-5 Kondisi: Baru Pada usia 21 tahun, Hawking menghadapi vonis mati. Kendati dia tentu merasa putus asa, dia tidak pernah menyerah. Sikap positif Hawking dalam menjalani kehidupan adalah cerminan keunggulan semangat manusia menghadapi rintangan yang seolah-olah mustahil dilewati. Hawking seorang perfeksionis. Walaupun membutuhkan upaya sangat besar, dia ingin setiap kata dieja dengan sempurna, dan setiap tanda baca digunakan dengan benar. Alam Semesta pada awal Big Bang lebih kecil daripada sebuah atom, dan teori yang menjelaskan tentang itu adalah teori kuantum. * Stephen Hawking dengan kata-katanya sendiri:Bukan Alam Semesta namanya, kalau ia tak menjadi rumah bagi orang-orang yang kau cintai.” “Tujuanku sederhana; sepenuhnya memahami Alam Semesta, mengapa ia ada dan apa hakikat keberadaannya.” “Aku ingin menunjukkan bahwa cacat fisik tidak menjadi penghalang asalkan manusia tidak cacat dalam semangat hidup.” “Ketika kau dihadapkan pada kemungkinan ajal yang kian dekat, kau menyadari bahwa hidup layak dijalani dan banyak hal yang masih ingin kau lakukan.”
    Rp 119.000,00
  • Buku - Jakarta 1960-an
    Buku - Jakarta 1960-an

    Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa – Firman Lubis

    , , ,
    Penerbit: Masup Jakarta Tahun Terbit: 2008 Tebal: 334 halaman ISBN: 978-979-3731-46-9 Kondisi: Baru Setelah sukses dengan Jakarta 1950-an, melalui buku ini Firman Lubis kembali mengisahkan kesaksiannya ihwal Jakarta 1960-an. Ia menyajikan keadaan dan komposisi penduduk yang makin beragam dengan rasisme yang muncul juga hilangnya penduduk ras kulit putih. Termasuk suasana lalu lintas dan alat transportasi lama, maupun yang baru, perubahan fisik kota oleh masifnya pembangunan jalan, gedung dan monumen serta perubahan gaya hidup remaja juga orang tua kota besar Jakarta. Seperti umumnya mereka yang menulis periode 1960-an, ia juga membeberkan kisah zaman yang mendidih oleh api revolusi dan antineokolonialis, serta intrik-aksi politik zaman Demokrasi Terpimpin. Namun, perkisahan ini menjadi menarik karena ditampilkan sebagai sebuah kesaksian personal Firman sebagai pelaku sejarah yang saat itu adalah mahasiswa FKUI, disertai cerita kehidupan dunia pendidikan dan mahasiswa saat itu. Sebagaimana kehidupan anak SMA, mahasiswa memiliki kebiasaan dan kesenangannya: perpeloncoan, perkuliahan, mode pakaian, tempat jajan-makan, hiburan, rekreasi, film, musik, olahraga, dll; lengkap dengan foto sezaman yang akan memancing imajinasi historis setiap pembaca.
    Rp 60.000,00
  • Buku - Profil Etnik Jakarta
    Buku - Profil Etnik Jakarta

    Profil Etnik Jakarta – Lance Castles

    , ,
    Pengantar: Bondan Kanumoyoso Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2017 Tebal: xxxii + 112 halaman ISBN: 978-979-2572-94-0 Kondisi: Baru Di antara berbagai karya ilmiah sejarah kota Jakarta karya Lance Castles ini berposisi istimewa. Artikel ini seringkali mendapat kritik dari masyarakat Betawi yang menjadi salah satu pokok bahasannya. Mereka mengkritik karena Castles menyatakan bahwa unsur utama yang membentuk etnis Betawi adalah para budak. Argumen Castles itu sendiri tidaklah akurat. Castles mendasarkan analisisnya pada data jumlah budak yang menetap di kota Batavia. Memang benar bahwa sampai dengan abad ke-18 jumlah budak di dalam kota Batavia lebih banyak daripada jumlah penduduk bebas. Namun, jika kita mengalihkan perhatian ke wilayah di luar tembok kota yang disebut Ommelanden akan didapat gambaran yang berbeda. Fakta-fakta dari Ommelanden membawa kita pada kesimpulan bahwa sangat mungkin orang Betawi telah muncul lebih cepat daripada yang diperkirakan Castles. Namun, karya Castles ini tetap menarik, terutama ihwal Jakarta dan proses "terjadinya orang Indonesia". la mengungkap dalam lingkup geografis yang saling berdekatan dan kontak sosial yang intensif telah mendorong penduduk Jakarta meninggalkan identitas etnis mereka dan membentuk identitas komunal yang baru. Penduduk Jakarta dengan identitas baru merupakan representasi dari orang Indonesia dalam arti yang sebenar- benarnya. "Di Jakarta," kata Castles, "Tuhan sedang membuat orang Indonesia!"
    Rp 60.000,00
  • Buku - The Leader Who Had No Title
    Buku - The Leader Who Had No Title

    The Leader Who Had No Title: Seni Memimpin Tanpa Jabatan – Robin Sharma

    , ,
    Penerbit: Bentang Pustaka Tebal: 276 halaman ISBN 978-602-291-506-5 Kondisi: Baru Berbeda dengan buku kepemimpinan pada umumnya, Sharma membius kita semua melalui cerita seorang penjaga toko buku bernama Blake Davis yang merasa hidupnya kering dan datar. Baginya, pekerjaan hanya jalan untuk membayar tagihan daripada sarana untuk unjuk kemampuan terbaik. Hingga suatu hari, muncul keajaiban pada rutinitas hariannya yang luar biasa membosankan. Ia mendapatkan teman kerja baru berusia 77 tahun yang telah berkali-kali menyandang gelar Employee of the Year. Selama 50 tahun masa kerjanya, pria tua ini menolak berbagai promosi jabatan yang ditawarkan kepadanya. Posisi Vice President sekali pun!
    Rp 79.000,00
  • Buku - Kaca Benggala
    Buku - Kaca Benggala

    Kaca Benggala: Perkembangan Habitat Manusia di Indonesia – Tjuk Kuswartojo

    , , ,
    Penerbit: Ukara Lawang Buana Tahun Terbit: 2019 Tebal: xiv + 250 halaman ISBN: 978-602-53834-0-3 Kondisi: Baru "Kaca Benggala adalah cermin besar, yang dalam kisah Ramayana dimiliki oleh Rahwana yang digunakan oleh putera Hanoman untuk memantulkan kembali sorotan mata mematikan anak Dasamuka yang menjadi musuhnya. Kaca Benggala menjadi tameng sekaligus menjadi alat untuk menyerang balik lawannya sehingga lawannya gugur oleh pantulan sorot matanya sendiri. Dalam Babad Mataram, Kaca Benggala diartikan cermin keburukan oleh pembuat cerita, yaitu kelakuan, perbuatan, kejadian yang tidak boleh ditiru atau diulang kembali. Sedang Kaca Benggala yang dimaksud di sini adalah alat untuk membantu telaah, untuk melihat paras, tubuh bahkan gerak yang tidak bisa dilihat oleh diri sendiri dengan cara biasa. Dengan berkaca dapat dikenali apa yang harus dikoreksi atau diperbaiki. Walaupun demikian perlu juga dipahami bahwa gambaran cermin bukan keadaan sebenarnya. Karena meskipun cermin memperlihatkan kondisi dan situasi dengan jelas, tetapi pasti ada distorsi dan ada yang tidak tampak. "Distorsi itu terjadi karena apa yang tampak di kiri sebetulnya di kanan, dan cermin tidak dapat memperlihatkan apa yang ada di belakang. Bagaimanapun apa yang tampak di cermin dapat digunakan untuk melakukan suatu perbaikan sendiri. Artinya Kaca Benggala adalah juga alat untuk introspeksi. Dapat digunakan untuk memperbaiki rias, pemasangan aksesoris sampai hal yang lebih mendasar seperti gerak tubuh. Bahkan juga dapat digunakan untuk mewaspadai keadaan yang di belakang, seperti telaah yang dilakukan melalui kaca spion. Kajian ini diumpamakan Kaca Benggala dengan maksud dapat merefleksikan kondisi dan situasi lebih jauh dan lebih luas daripada kaca spion atau cermin rias. Diharapkan telaah ini dapat menjadi inspirasi dan menghantar pada pemahaman yang jauh lebih mendalam. Selanjutnya setiap bagian yang ditelaah dapat diperiksa dengan surya kanta, sehingga dapat memberi pemahaman yang lebih baik lagi atas habitat Indonesia. "Apa yang akan ditelaah dalam buku ini adalah perkembangan permukiman dan perkotaan dari sejak hadirnya permukiman di wilayah yang sekarang, di Indonesia. Melalui Kaca Benggala ini dicoba ditelaah bagaimana permukiman dengan batu besar hadir pada masa sebelum ada catatan sejarah dan masih bisa bertahan sampai saat ini, sampai pada kota yang didominasi bangunan menara pada abad ke-21. Artinya, suatu gambaran dengan jangkauan waktu lebih dari 2000 tahun. Tidak semua hal dapat digambarkan dalam Kaca Benggala ini, dan karenanya buku ini harus dianggap sebagai penghantar. Meskipun demikian, diharapkan muatan pengetahuan yang dikandungnya dapat memberi inspirasi bagi pembangunan pranata negara yang lebih utuh dan lebih kokoh untuk menata habitat Indonesia." - Tjuk Kuswartojo
    Rp 250.000,00
  • Buku - Memancing
    Buku - Memancing

    Memancing: Sepilihan Karya Jurnalistik Ernest Hemingway

    , ,
    Penerjemah: An Ismanto Penerbit: Circa Tahun Terbit: 2018 Tebal: 86 halaman ISBN: 978-602-5264-51-1 Kondisi: Baru Saat tidak menulis novel, Ernest Hemingway mengisi waktu dengan petualangan. Ia berburu hewan berukuran besar di Afrika, adu banteng di Spanyol, dan memancing di laut dalam di sekitar Florida dan Kuba. Buku ini adalah kumpulan laporan tentang salah satu hobinya, yaitu pengalaman memancing di beberapa tempat di dunia, mulai dari pedalaman Kanada di Amerika dan pedesaan Austria di Eropa hingga perairan laut dalam di sekitar Kuba. Walaupun ditulis sebagai laporan jurnalistik, pembaca dapat merasakan gaya bahasa efektif dan efisien yang biasa dijumpai dalam karya-karya prosa fiksi Hemingway.
    Rp 55.000,00
  • Buku - Hannah Arendt
    Buku - Hannah Arendt

    Hannah Arendt: Hidup sebagai Sebuah Narasi – Julia Kristeva

    , ,
    Penerbit: Circa Tahun Terbit: 2019 Tebal: 108 halaman ISBN: 978-602-90087-5-8 Kondisi: Baru Arendt jelas salah satu di antara bintang-bintang intelektual paling gemilang abad 20. Dengan menulis buku berjudul The Human Condition dan Eichmann in Jerusalem, dia membabar filsafatnya dengan memusatkan perhatian pada kisah dan refleksi pribadi yang disemangati oleh kehidupan pribadinya yang luar biasa. Di sepanjang biografi ini, Kristeva membentangkan karya Arendt, menggunakan kehidupan Arendt untuk menerangi pemikiran Arendt. Selanjutnya Kristeva memeriksa bagaimana Arendt menggunakan narasi, bagaimana ia merenungkan Keyahudian dan anti-Semitisme, dan menguraikan filsafat politiknya. Kecerdasan Kristeva di buku ini ikut juga memastikan tempatnya di kanon perempuan genius itu bersama Arendt.
    Rp 50.000,00
  • Buku - Humor Jurnalistik
    Buku - Humor Jurnalistik

    Humor Jurnalistik – Mahbub Djunaidi

    , ,
    Penerbit: Ircisod Tahun Terbit: 2018 Tebal: 432 halaman ISBN: 978-602-7696-65-5 Kondisi: Baru Ibarat suatu pertunjukan, suasana segar dalam buku ini senantiasa terjaga dari satu adegan ke adegan berikutnya. Gaya khas Mahbub yang tajam sekaligus kocak menyemburatkan warna tersendiri dalam dunia jurnalistik Indonesia. Dalam buku ini, Mahbub meramu aneka masalah yang pahit dan serba muram-buram menjadi semacam bahan olok-olok. Mahbub memang kaya gagasan, dan itu telah berhasil diapungkannya ke atas melalui canda dan humor. Membaca buku ini, bibir kita pasti akan terus-menerus menyunggingkan senyum. Sementara itu, mata kita tak akan rela beranjak melepaskan halaman demi halaman. Pendek kata, buku yang semula merupakan rangkuman tulisan Mahbub di pelbagai media massa terkemuka di Indonesia ini menjanjikan suatu pesona yang akan memperkaya cakrawala batin kita. Tabik! * "Itulah Mahbub, yang dengan gaya tulisannya mampu mengubah tragedi menjadi komedi." — Fariz Alniezar
    Rp 90.000,00
  • Buku - Imajinasi Intelektual
    Buku - Imajinasi Intelektual

    Imajinasi Intelektual – Edward Said

    , ,
    Penerjemah: Nanda Akbar Ariefianto Penerbit: Circa Tahun Terbit: 2019 Tebal: viii+160 ISBN: 978-602-52645-7-3 Kondisi: Baru Tulisan yang terhimpun dalam buku ini diikat oleh satu benang merah yang sama: semuanya mendedah tentang intelektual eksil. Mahmoud Darwish, penyair Palestina yang menjadi eksil 'pengembara'; Adorno, pemikir Frankfurt yang menjadi eksil di Oxford, New York, Los Angeles; Salman Rusdhie, penulis India yang menjadi eksil di Inggris. Selain itu, Said juga berbicara tentang dirinya sendiri, karena bahkan ketika dia berbicara tentang para intelektual eksil itu, dia pada dasarnya berbicara tentang dirinya. Maka tak mengherankan jika dia merasa kecewa terhadap Jean-Paul Sartre. Said diundang oleh Simone de Beauvoir dan Sartre ke seminar tentang perdamaian Timur Tengah yang diadakan di Paris, dia datang dengan penuh semangat, tapi lalu kecewa karena Simone 'meninggalkan tempat pertemuan begitu saja setelah berceloteh mengutarakan pandangan yang tendensius tentang islam dan wanita berhijab' dan Sartre hanya ikut berbicara setelah 'dituntut' olehnya, itu pun dengan ... 'paparan yang hambar dan teramat dangkal'. Satu esei panjang Said tentang Foucault juga dimuat dalam buku ini; suatu telaah yang menyingkap basis pemikiran Foucault sebagai seorang posmodernis. Enam esei dalam buku ini menunjukkan Said adalah perpaduan langka antara intelektual yang dahsyat dan aktivis yang tajam.
    Rp 65.000,00
  • Buku - Dari Sergai ke Kefa
    Buku - Dari Sergai ke Kefa

    Dari Sergai ke Kefa: Kumpulan Reportase Geliat Hidup Rakyat

    , , ,
    Penulis: Linda Fitria, Joffie DB, Annas Chairunnisa Latifah, Indri Moniaga, Maflahah, Haris Prabowo, Irene Aprilya Meok, Filisianus Richardus Vitor, Laras Olivia, Yepuni 'Jeffry' Giyai Penerbit: Perkumpulan Terasmitra Kondisi: Baru Menulis cerita sudut-sudut wilayah Indonesia yang kaya budaya dan beragam kepada khalayak bukan perkara gampang. Tantangannya tidak sedikit. Prosesnya tentu panjang, dan melelahkan. Seseorang yang berniat menulis tentang sebuah tempat di Indonesia, setidaknya mesti melakukan perjalanan; berbincang dan tertawa bersama masyarakat di sana. Mendengarkan pengalaman warga menangkap perjuangan dan kepahitan hidup. Merasakan alam lingkungan di sekelilingnya. Lalu, tentu saja, menuliskannya dengan gaya bercerita. Mengalur seperti menyaksikan film. Mengalir seperti Anda mendengar penutur dongeng.
    Rp 80.000,00
  • Buku - Kang Mbok
    Buku - Kang Mbok

    Kang Mbok: Sketsa Kehidupan Sri Teddy Rusdy – Sujiwo Tejo

    , , ,
    Penerbit: Yayasan Kertagama Tahun Terbit: 2013 Tebal: 202 halaman ISBN: 978-602-1995-43-3 Kondisi: Baru Sebetulnya seperti apakah hubungan saya dengan Kang Mbok kok bisa-bisanya menulis tentang tokoh ini? Mestinya pertanyaan itu sudah muncul sejak awal, namun anehnya baru menyeruak setelah saya tulis bab demi bab tentang Kang Mbok. "Kamu kok lancang berani-beraninya nulis tentang Sri Teddy Rusdy, menulis bab-bab yang belum tentu bisa persis menggambarkan keseluruhan perempuan itu, emangnya kamu siapa?" kira-kira begitu pertanyaan tahu diri saya. Saya baru bisa menjawabnya beberapa hari kemudian. Begini, hubungan saya dengan Kang Mbok adalah bahwa saya selalu "hadir" baginya. Dan sebaliknya "hadir" tidak berarti harus berupa kedatangan ragawi. "Hadir" di sini saya pinjam dari filsuf Prancis, Gabriel Marcel. Maknanya "ada bersama walau tak mesti di dalam ruang maupun waktu yang sama". Kang Mbok bisa "manjing, makahanan". Bisa hadir di segala ruang dan waktu bersama banyak pihak. Selain kesan kebersahajaan, Kang Mbok bisa "manjing, makahanan" karena kepedulian. Kepedulian adalah hal paling penting yang perlu dilakukan pada orang paling penting pada saat paling penting. Orang paling penting adalah orang yang sedang hadir bersama kita. Kang Mbok adalah orang penting dalam kehadiran saya. Kang Mbok adalah pengertian saya tentang seluruh perpaduan tradisi dan kekinian. Inilah perempuan yang akan sampeyan jumpai pada bab-bab buku ini.
    Rp 60.000,00
  • Buku - Batavia Kala Malam
    Buku - Batavia Kala Malam

    Batavia Kala Malam: Polisi, Bandit, dan Senjata Api – Margreet van Till

    , ,
    Penerbit: Masup Jakarta dan Nederlands letterenfonds dutch foundation for literature Tahun Terbit: 2018 Tebal: 312 halaman ISBN: 978-602-72003-7-3 Kondisi: Baru Batavia pada akhir abad ke-19 merupakan masa yang diwarnai kriminalitas, terutama perampokan, tetapi ada yang unik pada masa ini. Perampok yang disebut bandit atau dalam beberapa kasus disebut jago ternyata begitu dikagumi masyarakat. Mereka layaknya selebritas yang kehadirannya ditunggu tunggu. Sebut saja jago bernama Gantang, Tjonat, dan tentu yang paling kita kenal adalah si Pitung. Para jago ini begitu terkenal di kalangan masyarakat kita dan membuat kepolisian kolonial Belanda begitu kesulitan menangkap mereka. Perihal si Pitung, jago ini begitu melegenda, bahkan kisahnya sampai difilmkan dua kali. la begitu kontroversial sekaligus memesona untuk dibicarakan. Begitu banyak versi kisahnya yang beredar, beberapa mengatakan bahwa ia tak bisa mati Bahkan kepolisian kolonial sampai menjaga kuburannya beberapa hari takut kalau kalau ia bangkit lagi. Lebih lebih kuburannya dibongkar lagi untuk memastikannya. Dalam hal ini pihak kolonial Belanda seperti dibodoh-bodohi, bahkan oleh jago yang sudah mati. Di buku ini Margreet van Till mencoba mengulasnya guna mendapat gambaran penyebab mereka mendapat perlakuan istimewa seperti itu. Ulasannya cukup ringkas dan dibungkus dengan penyampaian yang mengalir perlahan, tetapi jelas. Hal-hal yang tidak masuk akal seperti jimat juga mendapat porsi tersendiri dan menjadi cukup penting di sini.
    Rp 180.000,00
Subscribe