-
Subversi Simbolis: Heteronormativitas dan Estetika Gairah (Studi Komparatif Indonesia dan India)
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenulis: Abha Bhaiya, Nursyahbani Katjasungkana, Saskia E. Wieringa Penerjemah: Suara Kita, Catharina Indirastuti, Irwan Hinayana Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2021 Tebal: xii + 276 hlm ISBN: 978-623-7357-21-6 Kondisi: Baru Buku ini membahas lintasan kehidupan di antara tiga kategori perempuan yang hidup di luar batas heteronormativitas di Jakarta dan Delhi, dua kota besar dengan nilai-nilai agama dan sosial yang sangat berbeda: perempuan yang kehilangan suaminya, baik karena perceraian atau kematian; pekerja seks; dan kaum perempuan muda urban dalam relasi sesama jenis. Sebagai ideologi dan praktik, heteronormativitas melampaui heteroseksualitas, batas negara, dan merasuki semua institusi sosial, seperti pendidikan, hukum, agama, dan media. Mereka yang menyeragamkan diri dengan pola hegemoniknya adalah manusia normal, sementara mereka yang berada di luar itu, atau yang menempatkan diri di luar batas-batasnya, adalah mereka yang tidak normal, penuh nista. Kajian ini terletak di dalam kerangka studi-studi antropologis feminis pascamodern dan fokusnya adalah pada seluruh perbandingan intra-Asia mengenai relasi gender serta seksual yang mana masa lalu kolonial disajikan lebih banyak sebagai sebuah aspek konteks sejarah.Rp 190.000,00 -
Loan Words in Indonesian and Malay – General Editor: Russell Jones
BUKU, Kajian Sastra / Bahasa, Non-FiksiPenerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan KITLV-Jakarta Tahun Terbit: 2008 Tebal: 400 halaman Bahasa: Inggris ISBN: 978-979-461-701-4 Kondisi: Old Stock This impressive book is the result of decades of meticulous scholarly work by various specialists with an intimate knowledge of Indonesian, Malay and the foreign languages that provided so many loan-words for Indonesian and Malay. For about 20,000 words the original donor language is given, such us Sanskrit, Arabic, Persian, Chinese, Portuguese, Dutch and English. For all lovers or Indonesian and Malay this book is essential reading that will continue to amaze and enrich you. Loan-words in Indonesian and Malay contains a tremendous wealth of information and is admirable as a consolidated reference work compiled with great precision, and indispensable for anyone interested in the subject.Rp 150.000,00 -
Anak Asuh Bernama Indonesia – Emha Ainun Nadjib
BUKU, Esai, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Bentang Pustaka Tebal: 412 halaman ISBN: 978-602-291-397-9 Kondisi: Baru Aku dititipi perjuangan bersama engkau semua, anak-anak dan cucu-cucuku. Perjuangan yang meskipun engkau dikepung oleh kegelapan, tapi engkau tetap sanggup menerbitkan cahaya dari dalam dirimu. Meskipun terbata-bata di jalanan yang sangat terjal, engkau tetap mampu menata kuda-kuda langkahmu sehingga keterjalan jalan itu bergabung ke dalam harmoni tangguhnya langkah-langkahmu. Bahkan, sekalipun engkau ditimpa, ditindih, dihajar, dan seakan-akan dihancurkan oleh beribu beban dan permasalahan, engkau justru menjadi anak-anak cucu-cucuku yang mengubah jalanan itu menjadi rata bagi semua orang. Melalui buku ini, kutitipkan hutan belantara pemikiranku kepadamu.Rp 79.000,00 -
Dari Pojok Sejarah – Emha Ainun Nadjib
BUKU, Esai, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Majelis Masyarakat Maiyah dan Mizan Tebal: 508 halaman ISBN 978-602-441-042-1 Kondisi: Baru “Dil, Saudaraku, inilah surat-suratku: menirukan suara-suara liar dari jalanan, gang-gang kampung, sudut-sudut desa, napas dan bau keringat berjuta orang yang dibelakangi oleh perkembangan ... inilah surat, dari pojok-pojok sejarah, dari pinggiran tandus ladang-ladang yang disebut kemajuan ....” Emha Ainun Nadjib, banyak sebutan untuknya: budayawan, penulis, seniman, bahkan ada yang menyebutnya “Kiai Mbeling”. Tapi, dia tak pernah peduli terhadap semua sebutan tersebut. Dia adalah Cak Nun, pengembara spiritual yang mencari makna cinta sejati melalui perjalanan kemanusiaan. Pengembaraan yang membawanya ke dalam pusaran peristiwa-peristiwa penting bangsa, termasuk turunnya Soeharto dan mulainya era Reformasi. Buku ini diberi judul Dari Pojok Sejarah, renungan seorang Emha Ainun Nadjib terhadap perjalanan sekelompok manusia dan wilayah yang menisbahkan diri sebagai bangsa yang bernama Indonesia. “Apabila yang kuomongkan ini sesat (demikian doa sila kelima ini kutiru dari ayat-Nya), maka kesesatan itu berasal dari diriku sendiri. Tetapi apabila tulisan liar ini ternyata ada benarnya, maka, tak lain, kebenaran itu bersumber dari rahasia Allah yang entah bagaimana: nongol begitu saja.”Rp 125.000,00 -
Markesot Bertutur – Emha Ainun Nadjib
BUKU, Esai, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Mizan dan Majelis Masyarakat Maiyah Tebal: 472 halaman ISBN: 978-602-441-114-5 Kondisi: Baru Markesot adalah sosok lugu nan cerdas, mbeling, terkadang misterius. Dalam kesehariannya dengan sahabat-sahabatnya, Markembloh, Markasan, Markemon, dan lain-lain—yang tergabung dalam Konsorsium Para Mbambung (KPMb)—Markesot memperbincangkan seabrek problem masyarakat kita. Dari konflik politik internasional sampai soal celana. Dari tasawuf hingga filosofi urap. Dalam gaya bertutur khas Jawa Timuran yang penuh canda dan sindiran, Markesot mengajak kita meneropong kehidupan secara arif dan menemukan hakikat di balik nilai-nilai semu yang merajalela. Markesot Bertutur adalah salah satu karya emas dalam perjalanan kepengarangan Emha Ainun Nadjib. Setelah lama “absen”, buku ini hadir kembali menyapa pembaca. Dan terbukti, apa yang diperbincangkannya masih terus relevan dengan kondisi Indonesia.Rp 99.000,00 -
Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus – Albertine Minderop
BUKU, Kajian Sastra / Bahasa, Non-FiksiPenerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tahun Terbit: 2011 Tebal: 335 halaman ISBN: 978-979-461-759-5 Kondisi: Baru Sebuah karya sastra merupakan kisahan yang senantiasa bergumul dengan para tokoh fiksional yang diciptakan oleh si pengarang. Agar ceritera lebih menarik, si pengarang kerap kali menampilkan perilaku para tokoh dengan kepribadian yang tidak lazim, aneh, atau abnormal, sehingga menimbulkan berbagai perasaan bagi para pembaca. Tidak jarang para pembaca bertanya-tanya, mengapa si tokoh berperilaku demikian, apa yang terjadi pada dirinya, apa penyebabnya, dan apa pula akibat dari semua ini. Bahwasanya masalah perilaku mungkin saja terkait dengan masalah kejiwaan, maka kisahan semacam ini dapat merupakan masalah psikologis. Oleh karena itu, dalam buku yang merupakan hasil penelitian tentang karya-karya sastra Inggris dan Amerika yang bermutu ini, penulis menampilkan beberapa kasus para tokoh fiksional yang mencerminkan konsep-konsep yang terdapat dalam Psikologi Sastra. Para tokoh dimaksud terdapat dalam karya-karya sastra Inggris dan Amerika ciptaan Nathaniel Hawthorne, Eugene O'Neil, Theodore Dreiser, dan D.H. Lawrence. dalam buku ini dibahas pula para tokoh yang mencerminkan beberapa konsep yang terdapat dalam Psikologi Sastra, misalnya konsep-konsep: Oedipus Complex, Electra Complex, Naluri Kematian, rasa Bersalah, Agresivitas, Halusinasi, Konflik Batin, rasa Malu, dan sebagainya. Selain itu, dibahas pula pencerminan Teori Kebutuhan Bertingkat dari Abraham Maslow yang mencakup kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa memiliki dan dicintai, rasa harga diri, dan aktualisasi diri. Selama ini telaah karya sastra melalui pendekatan Psikologi Sastra sering diperdebatkan karena kerap kali hakikat sastra menjadi hilang, telaah sastra seakan-akan menjadi telaah Psikologi. Oleh karena itu, agar telaah sastra psikologis tidak meninggalkan hakikat analisis suatu karya sastra, maka pencerminan berbagai konsep psikologi di atas perlu disampaikan melalui metode perwatakan yang biasa digunakan dalam telaah sastra. Metode-metode tersebut misalnya, telling (langsung), showing (tidak langsung), gaya bahasa bahasa (figurative language): simile, matafor, personifikasi, , dan sudut pandang (point of view). Pembahasan dalam buku ini dapat dijadikan bahan acuan bagi para peneliti, karena paparannya cukup jelas dan terperinci, sehingga buku ini akan bermanfaat bagi para peneliti yang berminat menganalisis suatu karya sastra dalam bahasa apapun.Rp 130.000,00 -
Backpacking Hemat ke Australia – Elok Dyah Messwati
BUKU, Non-Fiksi, TravelingPenerbit: Backpacker Dunia Tahun Terbit: 2009 Tebal: xii + 208 halaman ISBN: 978-602-9572-50-6 Kondisi: New Old Stock BACKPACKING KE AUSTRALIA MAHAL!!! Begitulah sebagian besar pendapat backpackers di Indonesia. Ya, seperti negara-negara maju pada umumnya, maka Australia tidak bisa disebut sebagai negara murah untuk didatangi. Namun, ada cara untuk berhemat, untuk lebih memperkaya pengalaman, mewarnai perjalanan, yakni tinggal di rumah masyarakat lokal. Dengan demikian kita bisa berhemat biaya akomodasi, mulai dari belasan hingga puluhan juta rupiah tergantung pada lamanya kita tinggal atau berkeliling Australia. Caranya? Hospitality exchange. Sebuah kabar baik untuk backpacker Indonesia yang ingin menjelajah dunia.Rp 50.000,00 -
Oligarki: Teori dan Kritik – Editor: Abdil Mughis Mudhoffir dan Coen Husain Pontoh
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenulis: Abdil Mughis Mudhoffir, Arianto Sangadji, Coen Husain Pontoh, Geger Riyanto, Intan Suwandi, Johannes Danang Widoyoko, Made Supriatma, Muhammad Ridha, Robertus Robet Penerbit: Marjin Kiri bekerjasama dengan IndoProgress Tahun Terbit: 2020 Tebal: xxiv + 291 halaman ISBN: 978-979-1260-95-4 Kondisi: Baru “Buku ini memuat sejumlah tulisan kritis mengenai politik oligarki dan perkembangan kapitalisme. Hampir setiap artikel menyajikan telaah berguna yang diadaptasi dengan kondisi spesifik Indonesia. Telaah tersebut dikembangkan lewat pergulatan dengan berbagai perdebatan teoretis yang mendasar, tetapi dibarengi pemahaman empiris dan historis yang mendalam. Setuju atau tidak dengan tesis oligarki dan kapitalisme, buku ini mengingatkan kita bahwa analisis tentang banyak masalah kontemporer di negeri ini masih agak sulit mengabaikan berbagai temuan yang dihasilkan lewat tesis tersebut.” — Vedi R. Hadiz, The University of Melbourne, penulis Localising Power in Post-Authoritarian Indonesia “This book is an important contribution to our debates about oligarchs and oligarchy. The authors present new interpretations that are relevant for Indonesians trying to understand how it is possible that their political system can be both democratic and oligarchic at the same time.” — Jeffrey A. Winters, Northwestern University, penulis Oligarchy “Buku ini menawarkan tinjauan, interpretasi, dan refleksi teoretis untuk memahami kelindan demokrasi dan ekonomi pasar dengan unsur-unsur predatorial yang turut menopang kapitalisme. Kita diingatkan bahwa pembahasan bermakna tentang demokrasi Indonesia tidak akan efektif tanpa pengakuan bahwa oligarki, seperti kapitalisme, tidaklah statis.” — Inaya Rakhmani, Universitas Indonesia, penulis Mainstreaming Islam in Indonesia “An extremely important contribution to the analysis of political power and transformation in Indonesia. It comes at a time when it is increasingly important to understand and explain the rapidly shifting forces and ideas that now confront Indonesia’s democracy.” — Richard Robison, penulis Indonesia: The Rise of Capital “In this new volume, some of Indonesia’s most serious social and political analysts extend and challenge the oligarchy framework, re-examining both its theoretical underpinnings and its empirical implications. This book is a much needed examination of the power of capital in contemporary Indonesia.” — Edward Aspinall, Australian National UniversityRp 89.000,00 -
Menalar Tuhan – Franz Magnis-Suseno
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Kanisius Tahun Terbit: 2006 Tebal: 224 halaman ISBN: 978-979-21-1043-2 Kondisi: Baru Menalar Tuhan, itulah yang sejak permulaannya menjadi obsesi filsafat. Menggapai Tuhan melalui pikiran menjadi hasrat tertinggi filsafat sampai 200 tahun lalu. Di permulaan abad 21, pertanyaan tentang Tuhan masih tetap berada di pusat pemikiran para filsuf. Kemudian, di panggung filsafat muncul paham ateisme di mana Tuhan berada di luar batas-batas wacana rasional. Situasi ini menghadapkan manusia intelektual yang tetap percaya pada Tuhan dengan pertanyaan: Apakah imannya lebih dari sekadar warisan indah tradisi yang sudah berumur ribuan tahun? Apakah ia dapat mempertanggungjawabkan kepercayaan pada Allah secara rasional? Apakah masuk akal masih percaya kepada Tuhan? Buku ini ditulis bagi mereka yang percaya kepada Tuhan dan juga bagi mereka yang tidak lagi percaya kepada Tuhan, tetapi dalam kejujuran intelektual ingin mendalami pertanyaan tentang dasar-dasar rasional kepercayaan akan Tuhan. Buku ini bukan mengenai agama, melainkan mengenai Tuhan. Buku ini termasuk filsafat. Sebagai filsafat, buku ini tidak mendasarkan diri pada keyakinan salah satu agama, melainkan semata-mata pada pertimbangan nalar. Buku ini tidak mau "membuktikan" adanya Tuhan, melainkan menunjukkan bahwa di abad 21 pun manusia tetap dapat percaya kepada Tuhan tanpa harus menyangkal kejujuran intelektualnya.Rp 80.000,00 -
Pijar-pijar Filsafat – Franz Magnis-Suseno
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Kanisius Tahun Terbit: 2004 Tebal: 304 halaman ISBN: 978-979-21-0331-1 Kondisi: Baru Dalam buku ini dikumpulkan delapan belas karangan dari bidang wilayah filsafat. Masalah yang dibahas adalah agama dan rasionalitas, teknoligi dan paham jawa tentang sangkan paran, aliran seperti Teori Kritis Mazhab Frankfurt, komunitarisme, postmodernisme dan konsepsi etika baru yang dirintis oleh filosof-filosof perempuan. Juga dibahas beberapa pokok pemikiran tokoh-tokoh filsafat seperti Adam Müller, Hegel, Marx, Sutan Takdir Alisjahbana, Habermas dan Spaemann.Rp 80.000,00 -
Big Bang – Nadine Hanisya dan Ratta Bill
BUKU, FotografiPenerbit: Kamboja Press Tahun Terbit: 2019 Spesifikasi: Blue and fluorescent pink risograph inks on certified paper Kondisi: Baru Fun thoughts of Nadine Hanisya and Ratta Bill about the correlation between sex and internet and how it affects the way we make things these days.Rp 100.000,00 -
Bond and Bend – Tasia Sugiyanto
BUKU, FotografiPenerbit: Kamboja Press Tahun Terbit: 2019 Spesifikasi: Black and blue risograph inks on certified paper Kondisi: Baru In Bond and Bend, Tasia Sugiyanto tried to journal her adjustments thorough through pictures she took in a more chaotic surrounding in art school to a more chaotic time of finding the right wave, whilst adulting. Despite taking pictures of eventful victories to keep it as a memory, she documented the smaller, scattered parts of adulting.Rp 150.000,00 -
Adopt/Adapt – Vira Hutami Sukowati
BUKU, FotografiPenerbit: Kamboja Press Tahun Terbit: 2019 Tebal: 36 halaman Spesifikasi: Black and red risograph inks on certified paper Kondisi: Baru the idea of consuming images were built as we live in the age where we didn't have the responsibility to worry about the complex issues of the humanity, or the urge to set the majority's independence anymore. when we started to feel selfish-that ourselves are also in the lack of independence itself. so we started to become apathetic to the external world and instead, we reach out the things that will babysit us and build us internally and also there's this tv in the living room with their own fictionalized characters that we felt like, they represent us in certain ways, also mom's gadget where we can discover all these free spirited people with their own characters which we feel a bit of ourselves were rooted in the way they solved their problems, the way they speak. I feel like, they were free enough to translate their mind and their imaginary form of self into their physics, it was like those hard shells you construct to make yourself safe, or at least to make the impression from the others to see you in certain ways you desire.Rp 120.000,00 -
Déjà Vu – Leandro Quintero
BUKU, FotografiPenerbit: Kamboja Press Tahun Terbit: 2019 Tebal: 36 halaman Spesifikasi: Blue and red risograph inks on certified paper Kondisi: Baru What's it like being bule in Indo? Specifically, being a bule photographer in Indo? Alienated by everything. Inspired by decay and its beauty. Perversely terrifying. What caught your eye when you first arrived in this country? Or tangled your heart, or feelings? The high level of inequality; the beauty of the archipelago and its people (not all of them); the shadiness of its history; the warm heart of the bottom down from pyramid ... the not so lucky ones; the high level of hypocrisy from the upper class; the tackiness of the new rich; the hierarchy in every family; the oppressive sense of society; the youth being fenced; the lack of transformative culture; the love for a woman ... among many others.Rp 150.000,00 -
Ziarah Arsitektural Katedral St. Petrus Bandung
Arsitektur, BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan Desain, TravelingEditor: Abang Wirnawan dan Johannes Widodo Tim Kreatif & Editorial: Budi Aksana, Ira Indrawati, Nani Lestari, Rijen Tjandra, Yenny Gunawan Penerbit: Bhumi Preanger Studio Tahun Terbit: 2001 Tebal: 57 halaman ISBN: 979-96191-0-6 Kondisi: New Old Stock Buku ini adalah langkah awal dari sekumpulan insan yang berlatar-belakang pendidikan arsitektur untuk memulai tradisi penulisan tentang berbagai karya arsitektur yang telah kita kenal selama ini. Dengan menggunakan judul 'ziarah arsitektural' buku ini memang tidak berambisi menjadi buku ilmiah tentang arsitektur melainkan sekedar upaya penyampaian pengalaman dan pengetahuan tentang karya arsitektur sejauh informasi yang dapat dijangkau. Dengan demikian buku ini akan selalu terbuka terhadap berbagai informasi baru yang belum terungkap, dan siap untuk dilengkapi di masa mendatang. Melalui ziarah arsitektural yang ringkas tentang Katedral St. Petrus Bandung ini, diharapkan dapat memperkaya apresiasi kita perihal objek tersebut. Dalam jangka waktu yang relatif singkat, kami telah memperoleh pengalaman yang tak ternilai, yang kami yakini sudah pantas untuk disampaikan kepada masyarakat luas. Kami percaya bahwa ungkapan yang kami sampaikan baru sebagian kecil dari peluang ziarah yang lebih luas, dan langkah berikutnya terbuka bagi siapapun yang ingin masuk ke dalam penjelajahan ini. Selamat berziarah.Rp 45.000,00 -
Arsitektur dalam Bingkai Kebudayaan – Kusnaka Adimihardja & Purnama Salura
Arsitektur, BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Foris Publishing Tahun Terbit: 2004 Tebal: 80 halaman ISBN: 979965266-9 Kondisi: New Old Stock Salah satu sudut pandang yang relatif baru digunakan dalam kajian ber-arsitektur adalah kajian Antropologi. Manusia sebagai makhluk kreatif baik secara individu maupun kelompok membangun peradabannya di mana tercermin dalam artefak arsitekturnya. Kajian ini diyakini dapat membantu arsitektur menelusuri dimensi terdalamnya. Kajian kreatif tentang beberapa teori antropologi yang berhubungan dengan kajian arsitektur ini, berawal dari catatan kuliah program S2 Arsitektur Institut Teknologi Bandung. Melalui suatu proses diskusi yang panjang, gagasan tulisan ini diperkaya para mahasiswa dari berbagai angkatan yang mengikuti mata kuliah Arsitektur Antropologi. Tulisan yang masih jauh dari sempurna ini tidak terlepas dari sumbangan pikiran mereka di atas. Upaya penerbitan ini diharapkan dapat membantu seluruh pihak yang ingin memperkaya wacana arsitektur dalam bingkai budaya.Rp 40.000,00 -
Revolusi Sebatang Jerami – Masanobu Fukuoka
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tahun Terbit: 2019 ISBN 978-602-433-807-7 Kondisi: Baru Akibat keprihatinan terhadap terjadinya degenerasi tanah dan masyarakat Jepang, di mana orang-orang Jepang meniru secara langsung model pembangunan ekonomi dan industri Amerika. Masanobu Fukuoka bertekad untuk tidak meninggalkan bertani secara tradisional. Malahan ia memperhalus kembali, sehingga metode bertani alamiahnya memerlukan tenaga kerja dan kerusakan alam yang lebih sedikit daripada metode lain mana pun, sedangkan hasilnya per acre dipertahankan sama. Buku ini banyak berisi anjuran-anjuran yang merangsang, penuh dengan uraian tentang cara-cara praktis menanam padi dan biji-bijian musim dingin, buah jeruk dan sayur-mayur kebun di ladang orang Jepang. Ia beranggapan bahwa bertani secara alami berawal dari kesehatan spriritual pribadi orangnya. Buku ini juga bertujuan mengubah sikap terhadap alam, bertani, makanan dan kesehatan jiwa dan raga manusia. Oleh karena itu, buku ini praktis sekaligus filosofis, karena memberi inspirasi dan tidak sekedar berisi tentang pertanian saja.Rp 70.000,00 -
Meretas Batas Ilmu: Perjalanan Intelektual Guru Besar Sosial Humaniora
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenyunting: Yunita T. Winarto , Rahayu S. Hidayat, dan Melani Budianta Prakata: Rosari Saleh, Herkirstuti Harkrisnowo Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tahun Terbit: 2019 Tebal: 337 halaman ISBN: 978-602-433-815-2 Kondisi: Baru Buku ini merupakan himpunan dari kisah sepuluh Guru Besar bidang Ilmu Sosial-Humaniora Universitas Indonesia dalam mengawali, menumbuhkembangkan, menggumuli, dan menghasilkan karya-karya ilmiahnya. Rentang perjalanan yang panjang dari setiap Guru Besar itu tidaklah berlangsung secara linear, mulus, dan sederhana. Tidak pula seluruhnya berawal dari rintisan karier yang sejalan dengan minat dan pilihan nuraninya. Namun, sekalipun para Guru Besar itu merintis karier dalam disiplin ilmu dengan landasan teoretis, konseptual, dan metodologis yang ditumbuhkembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan manca negara, mereka ternyata mampu memadukan pengetahuan itu dengan fenomena empiris sosial-budaya yang terwujud di bumi Indonesia. Meretas batas disiplin ilmu pun dilakukan agar dapat menyumbangkan karya ilmiahnya secara lebih optimal bagi pengembangan ilmu dan kemaslahatan bangsa dan negara Indonesia. Pergulatan dan perjuangan yang dialami mereka melalui dialektika beragam teori, konsep, metodologi dengan kehidupan nyata masyarakat dan budaya Indonesia, melahirkan karya-karya ilmiah yang unggul menuju lahir dan tumbuhnya “Ilmu Sosial-Humaniora”.Rp 125.000,00 -
Mempunyai atau Mengada? – Erich Fromm
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerjemah : Aquarina Kharisma Sari Penerbit: IRCiSoD Tahun Terbit: 2019 Tebal: 312 halaman ISBN : 9786237378099 Kondisi: Baru Buku ini merupakan karya orisinal Erich Fromm, yang mengembangkan penelitiannya dalam bidang psikoanalisis radikal-humanis, dan berfokus pada analisis persoalan egoisme dan altruisme sebagai dua orientasi karakter dasar manusia. Dengan kajiannya yang amat mendalam terhadap modus eksistensi “mempunyai” dan “mengada”, Fromm hendak menunjukkan kepada kita tentang krisis akut yang diderita oleh masyarakat kontemporer, baik yang kita sadari ataupun tidak, serta potensi solusinya yang mungkin dilakukan. Dua ideologi besar, komunisme dan kapitalisme, dikritik habis oleh Fromm secara jernih dan tak terduga. Sebaliknya, ia menawarkan suatu gambaran masyarakat baru yang “tak dikenal” oleh “otak kontemporer” kita, sebuah sistem sosial yang mampu melahirkan—sekaligus dilahirkan—oleh individu-individu baru dengan cara pandang baru terhadap realitas, agama, kebudayaan, dan biosfer tempat kita hidup. Ia menamai sistem masyarakat barunya itu sebagai Kota Mengada, sebuah sintesis dari visi masyarakat Abad Pertengahan, Kota Tuhan, dan visi masyarakat modern, Kota Duniawi.Rp 80.000,00 -
Rasio sebagai Pedoman, Rasa Sebagai Acuan: Konseptualisasi dan Aktualisasi Filsafat Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenulis: Afthonul Afif, Bandung Mawardi, Marcel Bonneff, M. Endy Saputro, Nanik Prihartanti, Nilam Widyarini, Ryan Sugiarto, Selu Margaretha Kushendrawati, Someya Yoshimichi, Sri Teddy Rusdy Penerbit: Basa Basi Tahun Terbit: 2019 Tebal: 334 halaman ISBN: 9786237290032 Kondisi: Baru Tulisan-tulisan dalam buku ini membantu untuk menghidupkan kembali kehidupan dan filosofi Ki Ageng Suryomentaram. Ki Ageng Suryomentaram merupakan salah satu dari sejumlah sosok tersohor dalam kehidupan pemikiran dan religius Jawa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ia dilahirkan di lingkungan yang berporos pada keraton, sebagaimana Ahmad Dahlan, namun bertolak dari perpaduan antara kebudayaan keraton dan empirisme filosofis untuk menghadapi persoalan dan pertanyaan modernitas serta kondisi kolonial yang dialami oleh apa yang dulu disebut Hindia Belanda dan sekarang dikenal sebagai Indonesia. Sebagaimana yang terlihat pada semua tulisan dalam buku ini, Ki Ageng Suryomentaram adalah sosok yang unik dan istimewa. Pada masa di mana rasionalitas menjadi salah satu ciri dari Renaisans Jawa, ini menjadi karakteristik penentu dari pemikiran Ki Ageng Suryomentaram. Kendati ia jelas-jelas merupakan seorang Jawa Muslim, tulisan-tulisannya dapat dipahami sebagai filsafat rasionalis tentang diri, akal budi, dan masyarakat. Ia tidak terlalu terlibat dengan modernisme Muslim atau mistisisme kebatinan modern.Rp 100.000,00 -
Seni Berbahagia – Epicurus
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerjemah: Carissa Fadina Permata Penerbit: Basa Basi Tahun Terbit: 2019 Tebal: 252 halaman ISBN: 978-602-9552-82-9 Kondisi: Baru Di Athena, pada Abad Ketiga Sebelum Masehi, kesadaran dalam berkehidupan mencapai titik tertinggi. Benak para penduduknya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan: Bagaimana cara kerja alam semesta? Apa yang nyata? Bagaimana bisa manusia ada di tengah kosmos? Kehidupan yang baik itu apa? Apa itu kehidupan yang berbahagia? Apakah kedua hal itu – “baik” dan “bahagia” – saling berselaras atau bertentangan? Apa peran para dewa dalam semua ini? Di meja Taman Epikuros, kaum wanita dan pria mendengarkan Sang Master dengan saksama. Mereka semua sepakat bahwa Epikuros adalah guru terbaik yang pernah ada. Dia telah memikirkan filsafatnya masak-masak, fokus pada diskusinya dengan sesama. Dia menyambut pertanyaan para muridnya, sabar dengan kesalahpahaman mereka, dan menolerir pandangan yang berbeda. Terlepas dari fisiknya yang jelas tampak lemah, kebahagiaannya menjalani hidup tercermin dan menular. Orang lain merasa bersukacita hanya karena berada di dekatnya. Singkatnya, Epikuros memiliki segala hal yang pada zaman sekarang kita pertimbangkan sebagai karakter seorang guru motivator diri yang berkarisma. Untuk sesaat, manusia Abad Ke-21 mungkin menolak adanya seorang pria yang menganggap dirinya guru, dan mengajari murid-muridnya, termasuk kita, tentang cara untuk menjalani hidup. Namun, saya berpegang pada satu alasan bahwa Epikuros mungkin saja memang benar. — Daniel KleinnRp 70.000,00 -
Seandainya Aku Bisa Menanam Angin – Fawaz
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Buku Mojok Tahun Terbit: 2019 Tebal: 196 halaman ISBN: 978-602-1318-95-9 Kondisi: Baru “Ah Sese, ko jangan pintar dolo, biar kita sama-sama bodoh dolo, pintar nanti juga sama-sama. Sa jangan ditinggal begitu, tidak bole itu. Tidak baik,” kata Tadius Bisaka, anak ajaib dari Asmat, Papua. Seandainya Aku Bisa Menanam Angin adalah rangkuman kisah, perpaduan tawa bahagia dan tangis sendu. Kisah yang tak pernah sudah tentang hubungan manusia paling jernih: saling percaya, menerima perbedaan, hingga mengikhlaskan. Mengajar bersama anak-anak Suku Anak Dalam Jambi, Asmat Papua, Gunung Argopuro Jember, dan anak-anak di sejumlah tempat yang lain bukan perkara hitung-hitungan dan tata bahasa bagi Fawaz. Ia mengajar, sekaligus diajari tentang sesama, alam raya, dan tentu saja cara berbahagia.Rp 78.000,00 -
Dari Balik Layar Perak: Film di Hindia Belanda 1926-1942 – M. Abduh Aziz
BUKU, Film, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPengantar: Budi Irawanto Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2019 Tebal: xxii + 106 halaman ISBN: 978-623-7357-07-0 Kondisi: Baru Buku ini mengkaji perihal proses perkembangan film di Hindia Belanda dalam kurun waktu 1926-1942. M. Abduh Aziz menggambarkan bagaimana rupa dan serba-serbi dunia kesenian film semasa kolonial. Ia memulainya dengan membahas lanskap sosial politik masyarakat Hindia Belanda jelang abad ke-20 dan perubahan wajah kota yang mulai menuju modernitas. Selain itu dibahas pula keberlangsungan kesenian tradisional di tengah mulai masuknya bentuk seni terkini juga film-film impor. Sebagai sarana penunjang perfilman, geliat bisnis bioskop juga tak luput dari pembahasan. Jika sebelumnya mereka menjadi pengimpor film dan pengusaha bioskop, mulai akhir 1920-an mereka terlibat langsung di balik layar sebagai produser. Pesatnya perkembangan dunia perfilman tanah air juga mendorong dibuatnya aturan-aturan dari pemerintah kolonial terkait penayangan film-film, juga tentu terhadap pajak dan cukainya. * “Terbitnya buku ini bisa menjadi pengingat bahwa film merupakan anak kandung kehidupan modern. Sejarah film di Indonesia tak bisa diceraikan dari proses urbanisasi yang juga diwarnai oleh regulasi yang hendak menepis ‘efek buruk’ sinema. Tak aneh, hari ini bioskop di Indonesia hadir di tengah pusat perbelanjaan dan impuls untuk menyensor film tak pernah sirna. Setidaknya, buku ini telah menunjukkan akarnya di masa lalu.” - Budi Irawanto, Presiden Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) dan pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada.Rp 70.000,00 -
Rosa Luxemburg: Sosialisme dan Demokrasi (Buku 1) – Dede Mulyanto
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPengantar: Ted Sprague Penerbit: Marjin Kiri Tebal: xx + 253 halaman ISBN: 978-979-1260-93-0 Kondisi: Baru Menggabungkan metode penulisan riwayat diri dengan telaah pemikiran, buku ini menyajikan Rosa Luxemburg sebagai pejuang Demokrasi Sosial dalam gaya naratif yang mudah dicerna dan dinikmati. Buku pertama dari rencana dua jilid buku ini mengkhususkan diri pada pembahasan isu-isu seputar demokrasi dan sosialisme yang relevan dengan perkembangan dunia saat ini, saat ide-ide sosialisme kembali dipeluk anak-anak muda sedunia di tengah kebangkrutan tatanan yang ada. Akan kita temukan pemikiran Rosa Luxemburg mengenai Demokrasi Sosial sebagai leburan antara sosialisme dengan gerakan kelas pekerja, termasuk uraiannya tentang kapan persisnya aksi-aksi demonstrasi dan pemogokan bisa digunakan secara tepat; bagaimana seharusnya sosialisme menyikapi agama, baik umat maupun pemukanya; sikapnya yang anti terorisme politik; beserta kecenderungan internasionalisnya dalam perjuangan demokrasi.Rp 80.000,00 -
Tiga Venus dan tentang Seni yang Enggan Selesai – Stanislaus Yangni
BUKU, Esai, Non-Fiksi, Seni dan DesainPenerbit: Nyala Tahun Terbit: 2019 ISBN: 978-602-52504-7-7 Kondisi: Baru Saya dan Tiga Venus bukan masa lalu maupun masa depan. Ia juga bukan nostalgia, bukan ingatan, dan bukan kisah atas yang lampau. Ia adalah masa kini. Bagi saya, painting harus “maju,” tidak sekadar takjub pada narasi di baliknya. Sebab, jika itu terjadi, Saya dan Tiga Venus selesai. Ia berhenti pada catatan sejarah ‘masa lalu,’ terjebak representasi. Karena itu, kalau pun ia tak semegah “Lima Jurus Gebrakan” GSRB, ia juga tidak bicara hal-hal besar seperti tumbangnya Orde Baru, namun dalam diamnya; ia seperti sedang “meneror” kita, terutama para seniman. Ia – selain “menjadi-Sudjojono-nafiri-yang-sepi” - juga tengah “menjadi-kita.” -Stanislaus YangniRp 50.000,00 -
Selat Malaka: Sejarah Perdagangan dan Etnisitas – Leonard Y. Andaya
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerjemah: Aditya Pratama Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2019 Tebal: xxxviii+ 342 halaman ISBN: 978-623-7357-04-9 Kondisi: Baru Buku ini menyajikan proses pembentukan etnik dengan menyoroti pergeseran persepsi etnik Melayu di era prakolonial dan peran etnik Melayu dalam merangsang proses etnisisasi (penciptaan etnik baru) komunitas lain. Satu hal yang pokok dalam pembahasan itu adalah gagasan etnisisasi, yakni keputusan politik yang secara sadar dibuat oleh suatu kelompok untuk mengadopsi suatu identitas etnik demi meraih keuntungan. Setiap bahasan di dalam buku ini bersandar pada narasi sejarah perdagangan yang dapat menjelaskan mengapa, kapan, dan di mana aneka kelompok serta kategori etnik terbentuk atau dibentuk ulang di masa lalu, baik masa lalu yang sudah terlewat jauh maupun yang baru saja berlalu. Kelompok-kelompok tersebut adalah yang dianggap sebagai penduduk “purba”, mereka menghuni daratan dan lautan yang berbatasan dengan Selat Malaka. Dengan menyelami etnisitas, sejarawan dapat menawarkan pandangan yang lebih bernuansa tentang hubungan etnik di suatu kawasan yang bertakhtakan keberagaman bahasa dan budaya. Kreatif dan menantang, buku ini menyingkap banyak pertanyaan-pertanyaan baru yang semestinya menghidupkan kembali dan mengubah arah historiografi Asia Tenggara. * “Karya Andaya ini mengingatkan kita bahwa dengan memahami masa lalu, kita bisa belajar banyak mengenai hari ini. Buku ini menjadi sumbangsih yang penting dan tepat waktu terhadap pembahasan-pembahasan mengenai sejarah etnik yang juga berakibat terhadap politik etnik kiwari. Ditulis dengan cukup ringan, karya ini merupakan contoh yang luar biasa terkait bagaimana studi sejarah bisa menyebar dan menjangkau khalayak yang lebih luas.” – Rusaslina Idrus, Pengajar Studi Gender di Faculty of Arts and Social Sciences, University of Malaya.Rp 155.000,00 -
Kapankah Kesusasteraan Indonésia Lahir – Ajip Rosidi
BUKU, Kajian Sastra / Bahasa, Non-FiksiPenerbit: Pustaka Jaya Tahun Terbit: 2019 Tebal: 220 halaman ISBN: 978-979-419-635-9 Kondisi: Baru Kendatipun karangan-karangan ini ditulis dalam waktu yang berbeda-beda dan untuk keperluan yang berlainan pula, namun di dalamnya ada garis-garis pokok yang senantiasa dipertahankan, yaitu keinginan yang keras untuk menyaksikan perkembangan sastera Indonesia yang tumbuh dalam iklim kesadaran kebangsaan yang berpedoman kepada Bhinneka Tunggal Ika. Semoga akan ada juga manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan kesusasteraan, kesenian dan kebudayaan Indonesia.Rp 70.000,00 -
Semiotik & Dinamika Sosial Budaya – Benny H. Hoed
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPengantar: Haryatmoko Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2014 Tebal: xxxi + 352 halaman ISBN: 978-602-9402-44-5 Kondisi: Baru “Di era Reformasi ini kita kebanjiran tanda dalam bentuk pesan politis, iklan, dan ikon yang sarat makna. Penjelasan buku ini mampu mengungkap tabir maknanya. Sebab itu, kehadiran buku ini pantas disambut masyarakat akademik dan mereka yang mengikuti perkembangan pesan yang beredar di berbagai media. Mata dan hati pembaca akan terbuka oleh suguhan yang menerangkan bagaimana tanda yang hadir melalui pesan menjadi makna yang senantiasa melintasi ruang dan waktu pengalaman penerimanya. Apalagi sebagai diskursus akademik yang rumit disampaikan dengan sederhana disertai contoh-contoh yang mudah diasosiasikan dengan pengalaman sehari-hari.” - Prof. Dr. Gunawan Tjahjono, Guru Besar Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia “Kita menemukan semiotik dalam mitos-mitos baru, tubuh, busana, etika ekonomi dalam kehidupan modern, iklan, dan totemisme, dan lainnya lagi, sebagai arena makna. Telaah semiotik pun dapat pula diterapkan dalam upaya pencarian makna dari hasil kebudayaan masyarakat masa silam. Contoh penerapan semiotik dalam buku ini memperkaya telaah makna tanda dalam kebudayaan. Semiotik terasa mudah, menyenangkan, serius, cair, dan kadang-kadang menemukan juga makna yang kocak.” - Prof. Dr. Agus Aris Munandar, Guru Besar Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia “Buku ini penting di tengah prediksi akan menyusutnya kekayaan sumber daya alam Indonesia dalam 20 tahun-an mendatang yang akan digantikan oleh ekonomi berbasis industri kreatif/Ekonomi kreatif karena dapat menjadi inpirasi proses kreatif. Memahami semiotik bukan saja menjadi penting sebagai unsur utama dalam proses kreatif dan desain, tetapi juga membuat hasil desain menjadi baik objek ekonomi maupun pengutamaan untuk peningkatan makna bagi kehidupan manusia.” - Irvan A. Noe’man, M.ID, BD+A Design, Strategy, Space and Branding Consultants, Alumni Arsitektur Interior, Institut Teknologi Bandung, Industrial Design, Rhode Island School of Design USA
-
Masalah Angkatan dan Périodisasi Sejarah Sastera Indonésia – Ajip Rosidi
BUKU, Kajian Sastra / Bahasa, Non-FiksiPenerbit: Pustaka Jaya Tahun Terbit: 2019 Tebal: 52 halaman ISBN: 978-979-419-636-6 Kondisi: Baru Kumpulan tulisan dalam buku ini merupakan tanggapan Ajip Rosidi mengenai berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan sastera Indonésia, termasuk terhadap karya-karya telaah maupun karya-karya kréatif. Daripadanya akan nampak, beberapa hal mungkin sudah menjadi sejarah namun mungkin ada pula yang tetap aktual. Dengan menerbitkan karangan-karangan ini dalam sebuah kumpulan, mudah-mudahan sumbangan pikiran Ajip Rosidi akan mendapat perhatian yang lebih luas. Juga dengan dikumpulkan menjadi satu, mudah-mudahan meréka yang selama ini mengikutinya tersérak-sérak di mana-mana akan lebih mudah memperolehnya, sehingga dapat melihat suatu keutuhan sikap dan tanggapan yang menyeluruh.Rp 47.500,00 -
Citizenship in Indonesia: Perjuangan atas Hak, Identitas, dan Partisipasi – Penyunting: Ward Berenschot & Gerry van Klinken
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tahun Terbit: 2019 Tebal: vi + 434 halaman ISBN: 978-602-433-739-1 Kondisi: Baru Kewarganegaraan hadir kembali di Indonesia. Dalam buku ini, kami tidak akan melakukan 'pendidikan kewarganegaraan'. Alih-alih, kami ingin melihat bagaimana orang Indonesia biasa mempraktikkan kewarganegaraan dalam keseharian. Apa yang mereka lakukan? Apa yang mereka yakini? Berfokus pada kewarganegaraan adalah suatu perubahan dari menyalahkan atau memuji kaum elite untuk semua hal yang terjadi di negara ini. Pada kenyataannya, jika demokrasi berjalan dengan baik, maka hal itu terjadi karena warga negara-lah yang membuatnya berhasil. Sebaliknya, jika demokrasi memburuk, hal itu bisa terjadi warga negara tidak berbuat cukup untuk memprotes keegoisan para elite. Kami meyakini bahwa kewarganegaraan adalah cara yang bermanfaat untuk membahas tentang politik Indonesia pasca tahun 1998. Kewarganegaraan menyangkut cara-cara warga negara berinteraksi dengan lembaga-lembaga negara. Perlu dikaji secara empiris, tetapi pada sisi yang lain juga membuat kita berpikir tentang cita-cita bersama. Buku ini memperkenalkan suatu konsep kewarganegaraan yang disesuaikan, tanpa muatan asosiasi dunia Barat, untuk diterapkan di Indonesia. Buku Citizenship in Indonesia: Perjuangan atas Hak, Identitas, dan Partisipasi disusun berdasarkan tiga fitur kewarganegaraan, yaitu hak, identitas sosial, dan keikutsertaan politik.Rp 110.000,00 -
Kejatuhan Sriwijaya Kebangkitan Malaka – O. W. Wolters
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2019 ISBN: 978-623-7357-02-5 Kondisi: Baru Kajian mendalam mengenai beberapa ciri khas masyarakat maritim Melayu dalam sebuah upaya untuk mendefinisikan arti penting sejarah Melayu. Sejarah yang berlangsung selama 30 tahun sepanjang abad ke-14. Saat itu kerajaan Sriwijaya—yang memiliki asal-muasal sebagai sebuah kerajaan kuno dari abad ke-7—diduga mulai runtuh. Pada tahun-tahun yang sama, Malaka, Ibukota Melayu abad ke-15 yang tersohor mulai membentuk pondasinya. * "Dalam sebuah penjelasan singkat, kebenaran tidak bisa dilakukan dengan pengetahuan imajinatif dan ketelitian guna merekonstruksi sejarah perdagangan awal Indonesia. Karya Ini adalah studi yang paling menyeluruh mengenai topik penting tersebut. Kajian ini mungkin akan tetap menjadi karya otoritatif selama bertahun-tahun mendatang." – Journal of Asian History "Penulis buku ini, O.W. Wolters, selain mempelajari keruntuhan Sriwijaya yang dihubungkan dengan bagian awal sejarah Melayu, yaitu Malaka, sekaligus dengan demikian ia menghasilkan sebuah studi masa awal kemaharajaan maritim tersebut. Sebuah karya yang sangat berharga dari seorang pionir sekaligus ahli sejarah utama Sriwijaya." – Adrian B. Lapian, Nakhoda Sejarawan Maritim Asia TenggaraRp 195.000,00 -
Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Gembira: Renungan dan Candaan – Iqbal Aji Daryono
BUKU, Kajian Sastra / Bahasa, Non-FiksiPenerbit: Diva Press Tahun Terbit: 2019 Tebal: 296 halaman ISBN: 978-602-391-766-2 Kondisi: Baru Ini bukan buku sekolahan. Ini buku untuk semua penutur bahasa Indonesia. Sebagian besar tulisan pendek di buku ini tidak berangkat dari teori akademis kebahasaan ataupun aturan ketertiban penulisan ejaan, melainkan dari ekspresi-ekspresi kebahasaan yang sering muncul dalam keseharian kita. Mulai dari obrolan, hingga aneka tulisan di media. Di bangku sekolah, kita melulu diingatkan untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Malangnya, nyaris tidak ada penekanan bahwa aktivitas berbahasa Indonesia juga harus dijalankan secara logis, masuk akal, dan memenuhi tuntutan nalar. Maka, jangan heran bila di belakang hari sering terjadi konflik sosial gara-gara minimnya pahaman publik atas logika bahasa, sekaligus minimnya pemahaman atas cara kerja bahasa. . Buku ini jadi semacam ajakan agar kita secara pelan-pelan menata lagi itu semua. Tentu saja sambil tetap bergembira.Rp 70.000,00 -
Gemar Membaca Terampil Menulis: Transformasi Gerakan Komunitas Literasi di Indonesia – Lukman Solihin
BUKU, Kajian Sastra / Bahasa, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: Tanda Baca Tahun Terbit: 2019 Tebal: xxvi + 231 halaman ISBN: 9786239062446 Kondisi: Baru Buku ini berusaha mendedah apa yang terjadi pada gerakan literasi yang ditaja oleh komunitas di Indonesia. Komunitas Indonesia Boekoe dan Pustakaloka Rumah Dunia merupakan dua contoh dari sekian banyak komunitas literasi di Indonesia. Dari dua komunitas tersebut, kita tahu bahwa komunitas literasi tidak hanya menyediakan bahan bacaan, melainkan turut serta melahirkan penulis baru sebagai produsen bacaan. Oleh karena itu, konteks buku ini—seperti judulnya—adalah ingin menyatakan bahwa laku membaca akan purna jika dibarengi oleh laku menulis. * "Gemar Membaca, Terampil Menulis menorehkan catatan penting bagi Kajian Literasi Baru (new literacy study) karena menyajikan rekam jejak literasi ideologis." - Sofie Dewayani, Pegiat Literasi dan Ketua Yayasan Litara "Gemar Membaca, Terampil Menulis mengundang kita ke resepsi “pernikahan” membaca dan menulis, kecakapan olah pikir dengan kecerdasan merunut kata dan meletakkan tanda baca dengan tepat." - Maman Suherman, Penulis, Penggerak dan Sahabat Literasi "Buku ini dinanti oleh para penggiat literasi, cendekiawan, dan akademisi untuk memastikan bahwa gerakan literasi secara evolutif telah mengarah pada tatanan baru keindonesiaan kita." - Firman Venayaksa, Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Pusat "Membaca buku ini, kita diajak memasuki sebuah jaring dunia kreatif yang riuh, terutama buku. Ia menuntun kita dengan sabar dan hangat. Jalinan narasi yang dianyam penulis membuat kita nyaris tak berjarak." - Muhidin M. Dahlan, Penulis, Arsiparis, Pendiri Warung ArsipRp 80.000,00 -
Mitos dari Lebak: Telaah Kritis Peran Revolusioner Multatuli – Rob Nieuwenhuys
BUKU, Kajian Sastra / Bahasa, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerjemah: Sitor Situmorang Pengantar: JJ Rizal, Emma Keizer & Tico Onderwater Penerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2019 Tebal: 140 halaman ISBN: 978-623-7357-03-2 Kondisi: Baru Mitos dari Lebak merupakan sebuah telaah kritis tentang pandangan hidup Douwes Dekker, asisten residen di Lebak pada abad ke-19, dalam kasus yang terkenal karena tuduhannya terhadap bupati Lebak, dan permintaan berhenti sebagai asisten residen yang diajukannya kepada Gubernur Jenderal Belanda. Tanpa berbasa-basi dan dengan diksi-diksi tajam yang “menusuk”, Rob Nieuwenhuys berhasil menguliti habis-habisan peristiwa bersejarah yang terjadi di Lebak, Banten, hampir dua abad lalu. Melalui studi sejarah, ia menguak peran Douwes Dekker alias Multatuli alias Max Havelaar sewaktu jadi asisten residen di Lebak yang kemudian menjadi latar masalah dalam mahakaryanya, Max Havelaar. Karyanya ini penting karena menjadi semacam pengisi kekosongan yang mungkin terlewatkan oleh mereka para kritikus sastra dan sejarawan ketika berbincang mengenai andil Dekker sewaktu kolonialisme Indonesia. Mitos dari Lebak juga bisa dipandang sebagai kritik atas romantisme sejarah terhadap baik Dekker sendiri maupun karya besarnya Max Havelaar. Alih-alih revolusioner, tindakan Lebaknya ternyata sebuah usaha pencaplokan politik.Rp 70.000,00 -
Rebel Without Applause – Lemn Sissay
Biografi, BUKU, PuisiPenerbit: Canon Gate Bahasa: Inggris ISBN: 9781841950013 Kondisi: Bekas THE BLACK MOON Some people say there was no moon If it was black, because it can't be seen with the naked eye, like there is a naked eye unattached to the brain. I would say take a closer look, here use the telescope point it towards the star. Yes the white and bright one can you relate to that, right, now move it to the left ... up a little An outline, a circular shape that's the one, yeah! Yes that's the black moon. A circular magnificence reveals and breathes itself into another mind, free again. The music of knowing. Taking his eye away quizzically, mockingly he said Yeah but what do I want to know that for. All that investigation all that proof For what?Rp 55.000,00 -
Surabaya 1945: Sakral Tanahku – Frank Palmos
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerjemah: Johannes Nugroho Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tahun Terbit: 2016 Tebal: xviii + 461 halaman ISBN: 978-979-461-638-3 Kondisi: Baru Surabaya 1945: Sakral Tanahku mengungkap sejarah lengkap tegak berdirinya RI di tahun 1945 melalui kesaksian para pelaku sejarah, detil-detil perjuangan, pengorbanan para pejuang dan taktik mereka dalam mempertahankan kemerdekaan. Nyawa merenggang dan kekerasan mewarnai masa awal RI antara Agustus dan Desember 1945. Dengan berani, pejuang di Surabaya mencapai tiga capaian: menaklukkan pasukan Jepang dan melucuti senjatanya, melawan dan menggagalkan kekuatan Belanda yang hendak mengambil kembali bekas jajahannya, dan menantang tentara gabungan Inggris-India dengan misi mereka memulangkan pasukan Jepang yang telah kalah perang dan membantu Belanda berkuasa kembali di Hindia Timur (Indonesia). Yang tak banyak diketahui adalah bahwa setelah proklamasi kemerdekaan, pasukan Inggris dan Jepang dengan cepat mampu menguasai Jakarta dan secara brutal menumpas tuntutan merdeka di Bandung, Bogor, Cirebon, dan Semarang. Pada bulan Oktober 1945 pasukan Inggris mendarat di Surabaya dengan tujuan untuk menaklukkannya, namun mereka gagal. Hanya di Surabaya, pejuang RI mampu memberikan perlawanan yang berarti bagi pasukan Jepang dan Inggris-India. Para Arek Suroboyo, di bawah arahan jitu para tokoh nasionalis lokal, melucuti senjata tentara Jepang, menggagalkan usaha Belanda menundukkan Surabaya dan akhirnya menggempur pasukan Inggris-India di bulan Oktober 1945. Wilayah RI pertama yang secara riil merdeka adalah kota Surabaya, dan karena itu penduduknya adalah WNI pertama yang mengecap kemerdekaan. Buku karya sejarawan Dr Frank Palmos menyajikan kisah-kisah 99 hari heroik yang bergolak di Surabaya dari tanggal 22 Agustus hingga 30 November 1945, sebuah rangkaian peristiwa yang memutuskan harapan Belanda dan Inggris untuk berkuasa kembali.Rp 140.000,00 -
Buku Lanjuran “AWAS! Recent Art from Indonesia”
BUKU, Seni dan DesainPenerbit: Cemeti Art Foundation & Walter Spies Society, published in conjuction with the exhibition AWAS! Recent Art from Indonesia Tahun Terbit: 2000 Tebal: 160 halaman ISBN: 979-95909-2-7 Kondisi: Old Stock The word 'awas' is basically a neutral word meaning 'take care' or 'remember'. But in the context of power, the meaning of this word is not simply to warn someone to take care, but also connotes a deliberate threat by someone whose pretensions to power are greater than another's. Under these cirumstances, the word 'awas' becomes a part of the language used to keep a tight reign on people's political behavior in the interests of asserting power. In this way, the word 'awas' is commonly used by a repressive regime to project an image of itself as a democratic regime. The political practices of the New Order regime effectively demonstrated that the word 'awas' was used to oppress the wishes of the people to take political action that conflicted with the interests of the regime. 'Awas' not only become a dogma aimed at eroding subversive elements in sections of society that tried to oppose the regime; the word also infiltrated 'political education' right from elementary school. It is not surprising then that 'awas' fashioned uniformity, 'awas' forged the commando system, 'awas' demanded absolute obedience, and last but not least 'awas' negated any plurality of political aspirations. This was the political aesthetic of the New Order regime. But 'awas' had a weak side. Besides being a tool of oppression, apart of 'awas' is also the fear that this power will be lost. It is the side that has been continually gnawed at by the few people who wish to express their opposition over the three decades the New Order regime was in power. Among those are the artists involved in this exhibition, The Cemeti Art Foundation is proud to present their expressions, which swell the voice of opposition to a repressive regime. The 'AWAS! Recent Art from Indonesia' exhibition truly shows the two sides of the repressive political coin. On the one hand it presents a portrait of anti-democratic political practice; but on the other hand it reveals the collective sins of the people who allowed this authority to continue for many years.Rp 25.000,00 -
Bandung Digambar Euy! Sejarah Singkat Bandung dalam 100 Sketsa Full-Colour
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainIlustrasi: M. Ichsan H., Arinaka T., M. Avrilany, R. Satryaji Fotografer: Indrayudha A. Teks: Medina Desianti, M. Ichsan H. Penerbit: Art Paper Publishing House Tahun Terbit: 2006 Tebal: 32 halaman ISBN: 979-996-323-0 Kondisi: New Old Stock Bandung adalah sebuah kota dengan warisan sejarah dan budaya yang luar biasa. Semenjak pengembangannya pada awal abad ke-19, para preangerplanters (pengusaha perkebunan) menggemari Bandung karena iklimnya yang sejuk dan pemandangannya yang indah. Di awal abad ke-20, Bandung menjadi kiblat gaya hidup dan mode di Hindia Belanda. Mobil-mobil terbaru, pakaian terbaru, bahkan gaya arsitektur terbaru yang muncul di Eropa, khususnya Paris, bisa segera ditemukan di kota ini. Sebagai hasil dari perkembangan kota selama dua abad, ratusan bangunan bernilai sejarah dan arsitektur tinggi bertebaran di Kota Bandung, mulai dari bangunan pendopo kabupaten gaya Mataram dari abad ke-18, hingga bank bergaya Art-Deco tahun 40-an. Buku kecil ini mencoba mengisahkan sekilas perkembangan Kota Bandung selama dua abad dengan cara yang unik, melalui sketsa dengan media cat air! Sekitar 100-an sketsa yang ditampilkan di sini mampu membuat bangunan tua yang terabaikan dalam kehidupan kita sehari-hari mengalami transformasi menjadi sesuatu yang indah dan romantis. Buku ini layak untuk dimiliki oleh mereka yang peduli akan keindahan Kota Bandung, atau untuk dipersembahkan kepada tamu-tamu istimewa Anda yang sedang berkunjung ke kota kita tercinta ini.Rp 45.000,00 -
Arsipelago: Kerja Arsip & Pengarsipan Seni Budaya di Indonesia
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainPenulis: Anna Mariana, Erie Setiawan, Galatia Puspa Sani Nugroho, Gde Putra, Hafiz Rancajale, Helly Minarti, Joned Suryoatmoko, Kathleen Azali, Muhidin M Dahlan, Rachmi Diyah Larasati Penyunting: Farah Wardani & Yoshi Fajar Kresno Murti Penerbit: IVAA, in colaboration with Ford Foundation & Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2014 Bahasa: Indonesia Tebal: xx + 198 halaman ISBN: 978-602-70013-3-6 Kondisi: Baru DAFTAR ISI: - PENGANTAR: DAUR ULANG! KERJA ARSIP DAN PENGARSIPAN SENI BUDAYA DI INDONESIA - PRAKTIK KLIPING & DAYA BUDI KULTURAL - MENGINGAT TUBUH: TUBUH TARI SEBAGAI ARSIP - ARSIPTEKTUR MUSIK SENI INDONESIA MASA KINI (IDEOLOGI & KRITIK) - PAK MISBACH: SANG ARSIP - DI BALIK REKAMAN "ANAK SABIRAN: DI BALIK CAHAYA GEMERLAPAN" - "MENGHIDUPKAN ARSIP", MENCIPTA WACANA: PENTINGNYA ARSIP UNTUK GERAKAN SOSIAL - POSTER AKSI TOLAK REKLAMASI DI TELUK BENOA, DAN MEREBUT MASA DEPAN BALI - PENGARSIPAN DAN SEJARAH NASIONAL: MEDAYU AGUNG DAN OEI HIEM HWIE - ARSIP BERGERAK: MENGARSIPKAN SENI TRADISI, MENGOLAH INTERAKSI - MEMBUKA KATALOG, MENGUNGKAP IDEOLOGI - MEMBACA KOTA: REPORTASE SINGKAT KERJA ARSIP DAN PENGARSIPAN SENI BUDAYA - MENEORIKAN ARSIPRp 85.000,00 -
Arsipelago: Archival Work & Archiving Art & Culture in Indonesia
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainPenulis: Anna Mariana, Erie Setiawan, Galatia Puspa Sani Nugroho, Gde Putra, Hafiz Rancajale, Helly Minarti, Joned Suryoatmoko, Kathleen Azali, Muhidin M Dahlan, Rachmi Diyah Larasati Penerjemah: Elly Kent, Idaman Andarmosoko, Rani Elsanti Editor: Farah Wardani & Yoshi Fajar Kresno Murti Penerbit: IVAA, in colaboration with Ford Foundation & Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2014 Bahasa: Inggris Tebal: xx + 198 halaman ISBN: 978-602-70013-5-0 Kondisi: Baru CONTENTS: - INTRODUCTION: RECYCLING! ARCHIVAL WORK & ARCHIVING ART & CULTURE IN INDONESIA - THE PRACTICE OF CLIPPING AS FUEL FOR CULTURAL INTELLIGENCE - REMEMBERING THE BODY: THE DANCING BODY AS AN ARCHIVE - THE ARCHI(VE)TECTURE OF ART MUSIC IN INDONESIA IN OUR TIME (IDEOLOGY & CRITICISM) - PAK MISBACH: THE ARCHIVE BEHIND THE RECORDINGS OF "ANAK SABIRAN: BEHIND THE GLOW OF THE GLITTER" - INVIGORATING THE ARCHIVE, CREATING DISCOURSE: THE IMPORTANCE OF THE ARCHIVE FOR SOCIAL MOVEMENTS - ACTION POSTERS REJECT RECLAMATION IN TELUK BENOA AND FIGHT FOR BALI'S FUTURE - (PERSONAL) ARCHIVING AND HISTORY: MEDAYU AGUNG AND OEI HIEM HWIE - DYNAMIC ARCHIVES: ARCHIVING TRADITIONAL ART, MANAGING INTERACTION - OPENING CATALOGUES, REVEALING IDEOLOGIES - READING THE CITY: CONCISE ARTICLES, ARCHIVAL WORK AND ARCHIVING ARTS AND CULTURE - THEORIZING THE ARCHIVE: CORPOREALNESS, DECOLONIZATION OF THINKING AND TACTICS, AND PLAYFULNESS OF MEMORYRp 85.000,00 -
[Buku+CD] Interkultur: Pengolahan Gagasan dan Ekspresi Seni Visual Serta Media Alternatif dalam Konteks Keberagaman (1935-2011)
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainPenerbit: IVAA, didukung Hivos Tahun Terbit: 2012 Tebal: 136 halaman ISBN: 978-979-99045-4-6 Kondisi: Baru Seri Buku Katalog Data IVAA merupakan terbitan buku saku yang dilengkapi CD bersifat interaktif, dan mempunyai tautan langsung ke situs atau online archive IVAA. Seri tersebut dimaksudkan pertama-tama lebih sebagai buku saku yang diharapkan dapat memancing inspirasi pembacanya - tidak saja untuk mengeksplorasinya lebih lanjut berkaitan dengan tema-tema yang diangkat, juga melengkapinya pelan-pelan. Buku katalog data IVAA ini menggelar data yang dirangkai dan dikumpulkan dari peristiwa-peristiwa seni visual di Indonesi. Dikurasi dari database IVAA sebagai produk pengetahuan dari kerja dokumentasi IVAA selama ini untuk pengembangan wacana pengetahuan masyarakat kontemporer. Buku saku ini dimaksudkan untuk ikut membangun bahan, medium, dan wacana seni rupa dan perkembangan masyarakat bagi dunia pendidikan dan eksperimentasi praktik seni rupa di masa yang akan datang. Arsip seni visual dipahami sebagai media membaca dan alat pembacaan perkembangan masyarakat. Perjalanan dan perkembangan dunia seni rupa (kontemporer) Indonesia sesungguhnya telah melahirkan berbagai produksi pengetahuan yang dihasilkan dari perputaran dan pergulatan karya seni rupa maupun proses berkarya, jalan hidup seniman maupun komunitas seni, ruang peristiwa seni maupun ruang kehidupan sehari-hari. Perkembangan dunia seni visual Indonesia - "sekecil apapun peranan"nya dalam kehidupan bersama - tidak bisa dikatakan lahir dan berada dalam ruang kosong. Karya seni, proses berkarya, seniman, komunitas seni, peristiwa seni dan pengalaman seni selalu berada dalam konteks masyarakatnya. Dan karena itu, sesungguhnya estetika - sebuah kata kunci yang menjadi jantung dari keberadaan seni visual - sebuah kata kunci yang menjadi jantung dari keberadaan seni visual - selalu berada dalam ruang sosialnya. Penilaian karya, peristiwa maupun proses seni rupa yang didasarkan pada dikotomi baik buruk, mahal murah, berhasil gagal, indah jelek, ataupun penilaian seperti politik-apolitis, dan lain sebagainya akan selalu hadir berbareng dengan pengabaian atas penilaian tersebut. Estetika merupakan kelenturan yang bisa hadir dari mana saja, hadir dari situasi ataupun konteks yang beraneka ragam. Katalog kecil ini bukan berangkat dari perdebatan estetika beserta penilaian-penilaiannya, tetapi dari bagaimana pernyataan, strategi dan eksperimentasi (estetik) dipraktikkan. Tujuannya lebih pada urgensi untuk menemukan strategi visual yang dengan tepat menggambarkan keterlibatan dan posisi seni visual dalam keadaan sekarang dan sebagai inspirasi masa yang akan datang. - Yoshi Fajar Kresno Murti * DAFTAR ISI: PENGANTAR IVAA I PERBEDAAN (IDENTITAS), SENI RUPA DAN KEBERAGAMAN a. Identitas yang Bergerak b. Ketegangan Identitas c. Identitas dalam Medium II. DIRI, YANG LAIN DAN IMAJINASI KERAGAMAN DALAM NEGARA BANGSA YANG BARU III. BHINNEKA TUNGGAL IKA: MEMPERSATUKAN PENYERAGAMAN IDENTITAS (NASIONAL a. Identitas Kota: (seolah) Representasi Ideologi dan Aliran b. Seni Rupa dan Identitas Agama: Dari Buraq Hingga Sadali (Seni Rupa dan Akar Otokrasi Agama) c. Identitas (Kelas) Konsumsi dan Budaya Pop IV. PERAYAAN KEBERAGAMAN V. RUANG KOMUNIKASI (KEBERAGAMAN)Rp 120.000,00 -
Buku Lanjuran “Fixing The Bridge: An International Workshop on Artists Initiatives”
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainPenerbit: Cemeti Art Foundation Tahun Terbit: 2004 Bahasa: Indonesia dan Inggris Tebal: 187 halaman ISBN: 979-95909-9-X Kondisi: Old Stock Fuck you! Bagi sebagian orang di belahan Barat bola dunia, bisa saja kata ini berarti sesuatu yang kotor dan menjijikkan. Dalam bahasa Indonesia "gaya Jakarta", kata itu kurang lebih bisa diartikan dengan "ngentot lu!". Dalam kenyataannya sehari-hari satu kalimat atau kata yang sama persis susunan huruf-hurufnya, tidak berarti kemudian mempunyai arti sama di lain tempat. Fuck you di Jawa (salah satu pulau terpadat di Indonesia) berarti kurang lebih: umpatan halus yang menunjukkan bahwa sang pengumpat cukup terdidik, menggemari film-film Barat terutama Amerika, sekuler, dan terbiaa untuk berbicara dalam bahasa asing. Oleh karena itulah maka dalam film-film televisi Amerika yang diputar di Indonesia, "fuck you" tidak pernah disensor. Kata itu mungkin dianggap sama dengan kalimat "Have a nice day!" atau "Good morning!" Hal yang kurang lebih sama, terjadi di workshop dan seminar "Fixing The Bridge" yang diadakan Yayasan Seni Cemeti di Kedai Kebun Forum Yogyakarta. Partisipan Korea berulangkali menyebut, "Kami menolak karya seni yang dikaitkan dengan humanisme," ini menarik, karena humanisme (di Barat, humanisme adalah semacam bensinnya ilmu pengetahuan) a la Korea, saya yakin sekali berbeda dengan humanisme a la finger (Frankfurt) atau CASCO (Utrecht). Perdebatan ini juga mengingatkan saya pada pertemuan pertama "Community and Art" di Seoul pada musim panas 2002. Ketika itu ada perdebatan yang cukup tajam antara peserta dari Asia dan Eropa. Peserta dari Asia menganggap globalisme itu iblis dari neraka jahanam, sedangkan peserta dari Eropa menganggap globalisme adalah bidadari cantik dari surga. Selain perbedaan atas satu hal, seminar ini juga ditandai dengan banyaknya persamaan. Persamaan itu muncul terutama pada aspek pendekatan, penggunaan medium, dan hasil akhir. Persamaan itu bisa jadi sama sekali tidak disengaja, dan itu kemudian menyiratkan adanya sebuah dunia yang kurang lebih "satu". Sehingga hal itu menyebabkan seniman dari Tulungagung (di Jawa Timur, Indonesia) menghadapi persoalan yang kurang lebih sama dengan seniman dari Denmark, sebagaimana seniman dari Seoul berhaapan dengan masalah yang sama dengan seniman yang bekerja di pelosok hutan di Jawa Barat. Dunia itu satu. Saya menyikapi itu dengan perasaan ambigu. Lalu di mana perang peradaban a la Huntington? Mungkinkah persamaan itu disebabkan karena pada dasarnya mereka menghadapi musuh bersama? Moelyono dengan berang menyebut sang "musuh bersama" adalah neoliberalisme. Saya tidak tahu pasti apakah seniman-seniman yang berasal dari kota-kota besar dunia "pertama" juga sepakat dengan Moelyono untuk hal itu. Akan tetapi forum "Fixing The Bridge" nampak benar menyiratkan spirit anti neoliberalisme itu. Semoga saja saya benar. - Agung Kurniawan, Project OfficerRp 25.000,00 -
[Buku+CD] Reka Alam: Praktik Seni Visual dan Isu Lingkungan di Indonesia (Dari Mooi Indië Hingga Reformasi)
BUKU, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainPenerbit: IVAA, didukung Hivos Tahun Terbit: 2011 Tebal: 144 halaman ISBN: 978-979-99045-4-6 Kondisi: Baru Seri Buku Katalog Data IVAA merupakan terbitan buku saku yang dilengkapi CD bersifat interaktif, dan mempunyai tautan langsung ke situs atau online archive IVAA. Seri tersebut dimaksudkan pertama-tama lebih sebagai buku saku yang diharapkan dapat memancing inspirasi pembacanya – tidak saja untuk mengeksplorasinya lebih lanjut berkaitan dengan tema-tema yang diangkat, juga melengkapinya pelan-pelan. Buku katalog data IVAA ini menggelar data yang dirangkai dan dikumpulkan dari peristiwa-peristiwa seni visual di Indonesi. Dikurasi dari database IVAA sebagai produk pengetahuan dari kerja dokumentasi IVAA selama ini untuk pengembangan wacana pengetahuan masyarakat kontemporer. Buku saku ini dimaksudkan untuk ikut membangun bahan, medium, dan wacana seni rupa dan perkembangan masyarakat bagi dunia pendidikan dan eksperimentasi praktik seni rupa di masa yang akan datang. Arsip seni visual dipahami sebagai media membaca dan alat pembacaan perkembangan masyarakat. Perjalanan dan perkembangan dunia seni rupa (kontemporer) Indonesia sesungguhnya telah melahirkan berbagai produksi pengetahuan yang dihasilkan dari perputaran dan pergulatan karya seni rupa maupun proses berkarya, jalan hidup seniman maupun komunitas seni, ruang peristiwa seni maupun ruang kehidupan sehari-hari. Perkembangan dunia seni visual Indonesia – “sekecil apapun peranan”nya dalam kehidupan bersama – tidak bisa dikatakan lahir dan berada dalam ruang kosong. Karya seni, proses berkarya, seniman, komunitas seni, peristiwa seni dan pengalaman seni selalu berada dalam konteks masyarakatnya. Dan karena itu, sesungguhnya estetika – sebuah kata kunci yang menjadi jantung dari keberadaan seni visual – sebuah kata kunci yang menjadi jantung dari keberadaan seni visual – selalu berada dalam ruang sosialnya. Penilaian karya, peristiwa maupun proses seni rupa yang didasarkan pada dikotomi baik buruk, mahal murah, berhasil gagal, indah jelek, ataupun penilaian seperti politik-apolitis, dan lain sebagainya akan selalu hadir berbareng dengan pengabaian atas penilaian tersebut. Estetika merupakan kelenturan yang bisa hadir dari mana saja, hadir dari situasi ataupun konteks yang beraneka ragam. Katalog kecil ini bukan berangkat dari perdebatan estetika beserta penilaian-penilaiannya, tetapi dari bagaimana pernyataan, strategi dan eksperimentasi (estetik) dipraktikkan. Tujuannya lebih pada urgensi untuk menemukan strategi visual yang dengan tepat menggambarkan keterlibatan dan posisi seni visual dalam keadaan sekarang dan sebagai inspirasi masa yang akan datang. – Yoshi Fajar Kresno Murti * DAFTAR ISI: PENGANTAR IVAA I. LINGKUNGAN: CARA PANDANG, ALAM DAN VISUALISASI II. POLITICS OF SEEING: MEMANDANG BANGSA, MEMBANGSAKAN LINGKUNGAN a. Mooi Indië b. Persagi c. Realisme Sosial: Kemerdekaan (Revolusi 1945) Belum Selesai III. BERSIH LINGKUNGAN. LINGKUNGAN BERSIH ORDE BARU a. Militerisme Lingkungan b. Suara-suara (Penyadaran) Lingkungan MEMBACA JEJAK LANGKAH SENIRUPAWAN MENUJU LINGKUNGAN IV. TRANSNASIONALISME DAN LINGKUNGAN a. Kamuflase Hijau b. Peringatan Hari Lingkungan Hidup V. URBANISASI: LINGKUNGAN URBAN a. Kota dalam Lukisan b. Bekerja dengan Kota MEMBAYANGKAN JAKARTA VI. ISU LINGKUNGAN SEBAGAI KERJA BERSAMA DAN KOMUNITAS SENI RUPA DAN MUATAN LINGKUNGANRp 120.000,00 -
[Buku+CD] Kolektif Kreatif: Dinamika Seni Rupa dalam Perkembangan Kerja Bersama Gagasan dan Ekonomi (Kreatif), (1938-2011)
BUKU, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainPenerbit: IVAA, didukung Hivos Tahun Terbit: 2012 Tebal: 136 halaman ISBN: 978-979-99045-4-6 Kondisi: Baru Seri Buku Katalog Data IVAA merupakan terbitan buku saku yang dilengkapi CD bersifat interaktif, dan mempunyai tautan langsung ke situs atau online archive IVAA. Seri tersebut dimaksudkan pertama-tama lebih sebagai buku saku yang diharapkan dapat memancing inspirasi pembacanya – tidak saja untuk mengeksplorasinya lebih lanjut berkaitan dengan tema-tema yang diangkat, juga melengkapinya pelan-pelan. Buku katalog data IVAA ini menggelar data yang dirangkai dan dikumpulkan dari peristiwa-peristiwa seni visual di Indonesi. Dikurasi dari database IVAA sebagai produk pengetahuan dari kerja dokumentasi IVAA selama ini untuk pengembangan wacana pengetahuan masyarakat kontemporer. Buku saku ini dimaksudkan untuk ikut membangun bahan, medium, dan wacana seni rupa dan perkembangan masyarakat bagi dunia pendidikan dan eksperimentasi praktik seni rupa di masa yang akan datang. Arsip seni visual dipahami sebagai media membaca dan alat pembacaan perkembangan masyarakat. Perjalanan dan perkembangan dunia seni rupa (kontemporer) Indonesia sesungguhnya telah melahirkan berbagai produksi pengetahuan yang dihasilkan dari perputaran dan pergulatan karya seni rupa maupun proses berkarya, jalan hidup seniman maupun komunitas seni, ruang peristiwa seni maupun ruang kehidupan sehari-hari. Perkembangan dunia seni visual Indonesia – “sekecil apapun peranan”nya dalam kehidupan bersama – tidak bisa dikatakan lahir dan berada dalam ruang kosong. Karya seni, proses berkarya, seniman, komunitas seni, peristiwa seni dan pengalaman seni selalu berada dalam konteks masyarakatnya. Dan karena itu, sesungguhnya estetika – sebuah kata kunci yang menjadi jantung dari keberadaan seni visual – sebuah kata kunci yang menjadi jantung dari keberadaan seni visual – selalu berada dalam ruang sosialnya. Penilaian karya, peristiwa maupun proses seni rupa yang didasarkan pada dikotomi baik buruk, mahal murah, berhasil gagal, indah jelek, ataupun penilaian seperti politik-apolitis, dan lain sebagainya akan selalu hadir berbareng dengan pengabaian atas penilaian tersebut. Estetika merupakan kelenturan yang bisa hadir dari mana saja, hadir dari situasi ataupun konteks yang beraneka ragam. Katalog kecil ini bukan berangkat dari perdebatan estetika beserta penilaian-penilaiannya, tetapi dari bagaimana pernyataan, strategi dan eksperimentasi (estetik) dipraktikkan. Tujuannya lebih pada urgensi untuk menemukan strategi visual yang dengan tepat menggambarkan keterlibatan dan posisi seni visual dalam keadaan sekarang dan sebagai inspirasi masa yang akan datang. – Yoshi Fajar Kresno Murti * DAFTAR ISI: I. SENI RUPA, KERJA BERSAMA DAN PERJUANGAN POSISI a. Dalam Gelora Lingkaran Pemimpin Nasional(isme) b. Dalam Keluarga Sanggar Institusi Nasional(isme) II. AKADEMI SENI DAN KOMODITI KARYA SENI a. Dalam Arus Pendidikan (Formal) Seni Rupa b. Dalam Jaringan Pasar III. RUANG ALTERNATIF - Politik dan Puitik Ruang Seni: Sebuah Sejarah Singkat IV. (TEKNOLOGI) MEDIA, DESAIN DAN JARINGAN - Design It Yourself, SurabayaRp 120.000,00 -
Jean-Michel Basquiat: Raja Seni Jalanan – Drajat T. Jatmiko
Biografi, BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainPenerbit: Phosphene Art Book Tahun Terbit: 2019 Tebal: 233 halaman ISBN: 978-602-5374-62-3 Kondisi: Baru Jean-Michel Basquiat (1960-1988) mengawali kariernya sebagai seniman jalanan kota New York. Di usia remaja, dia telah berhasil menguasai pasar seni global, sekaligus menjadi salah satu legenda gerakan neo-ekspresionisme di negeri Abang Sam. Kiprah kesenimanannya menempuh lika-liku yang cukup panjang. Dia tumbuh ketika perbudakan dan rasisme diolok-olok. Hingga kemudian menjadi sosok yang cukup populer di kalangan seniman jalanan, hingga para elit dan kurator seni papan atas. Namun tragis, hidupnya berakhir di usia 27 tahun karena overdosis heroin. Basquiat berasal dari keluarga keturunan Haiti-Puerto Rico. Sejak kanak-kanak, bakat melukisnya sudah mulai terlihat. Karyanya banyak memuat kritik mengenai isu perbudakan, ketimpangan sosial, dan diskriminasi terhadap ras kulit hitam. Berkat kepiawaiannya dalam bergaul, dia berteman akrab dengan sejumlah seniman kenamaan Amerika seperti Keith Haring, Kenny Schraf, hingga kampiun pop art, Andy Warhol. Hampir separuh usia Basquiat digunakan untuk melukis, maka tak heran jika sepanjang hidupnya, dia telah menghasilkan lebih dari seribu karya. Buku ini menceritakan perjalanan hidup Jean-Michel Basquiat. Mulai dari silsilah keluarga, kehidupan pribadinya, perjuangannya untuk bertahan hidup di jalanan, hingga transformasinya menjadi seorang superstar. Obsesinya untuk dikenal banyak orang telah menempatkan Jean-Michel Basquiat menjadi salah satu seniman penting kelas dunia.Rp 65.000,00 -
Folders: 10 Tahun Dokumentasi Yayasan Seni Cemeti (Dwibahasa: Indonesia dan Inggris)
BUKU, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainPenulis: Nuraini Juliastuti dan Yuli Andari Merdikaningtyas Penerbit: IVAA dan Hivos Tahun Terbit: 2007 Tebal: 160 halaman ISBN: 978-979-99045-3-9 Kondisi: New Old Stock Yayasan Seni Cemeti berfungsi sebagai mediator antara masa lalu dan situasi kontemporer, sebagai upaya kritis terhadap mistifikasi masa lalu dan pengharapan berlebihan pada masa depan. Ide pendirian Yayasan Seni Cemeti terbentuk di teras rumah bergaya Jawa kolonial di salah satu sudut benteng Kraton Yogyakarta. Saya ingat waktu itu sore hari, tujuh orang berkumpul rata-rata masih berusia tiga puluhan-untuk membentuk sebuah lembaga yang bertujuan melakukan pengumpulan data dan aktivitas seni di Indonesia. Saya tidak tahu apakah karena terlalu banyak teh dan kopi yang kami minum pada saat itu, atau karena sebab lain, pertemuan singkat itu berujung pada kesepakatan segera membentuk sebuah lembaga. Sebuah lembaga yang berfungsi untuk melakukan kerja pengumpulan data dan penyebaran informasi tentang situasi seni di Indonesia, dan di Yogyakarta khususnya. - Agung KurniawanRp 60.000,00 -
Jejak: Seni dan Pernak-Pernik Dunia Nyata – Kumpulan Esai Peserta Lokakarya Penulisan dan Pengarsipan Seni Rupa IVAA 2017
BUKU, Esai, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainPenerbit: IVAA ISBN: 978-602-70003-6-7 Kondisi: Baru Sebagian besar esai di buku ini menghadirkan kemewahan akademik tanpa mengurangi ketajaman berpikir. Tebaran teori dihadirkan sebagai penuntun sekaligus pembatas agar pembahasan tidak melebar. Artinya, para penulis lebih memilih menggali lebih dalam. Sebagian besar esai di buku ini tak terpengaruh pada hiruk pikuk seni rupa dengan kebesaran-kebesaran peristiwa yang melingkupinya. Justru masuk lebih intim dalam karya dan personal seniman. Sebab peristiwa hanyalah efek dari keduanya. Itulah dua alasan yang saya ajukan untuk menjawab pertanyaan anda, "Kenapa saya harus membaca buku ini?" - Fairuzul MumtazRp 75.000,00 -
Semesta Perayaan: Jogja Kemrungsung – Kumpulan Esai Peserta Lokakarya #2 Penulisan dan Pengarsipan IVAA
BUKU, Esai, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, Budaya, Seni dan DesainPenulis: Aik Vela Pratisca, Ajeng Anggrahita, Anne Shakka, Istifadah Nur Rahma, Nadia Maya Ardiani, Nurina Susanti, Rendra Agusta Penerbit: IVAA dan Ford Foundation ISBN: 978-602-70013-9-8 Kondisi: Baru Tulisan yang terhimpun di buku ini cukup menunjukkan bahwa masing-masing dari kita telah merasakan kehadiran rezim percepatan pembangunan yang muncul di keseharian kita. Dari titik ini, sesungguhnya kita bisa melanjutkan pembahasan di sekitar asumsi bahwa ritme batin manusia, yang juga merupakan ritme sosial masyarakat, merupakan elemen yang juga politis. Harapannya, catatan dan asumsi awal yang terhimpun di buku ini bisa dilanjutkan melalui penelitian yang memperkuat argumentasi kita, bahwa Jogja yang selow adalah mitos!Rp 35.000,00