-
Nice Boys Don’t Write Rock N Roll: Obsesi Busuk Menulis Musik – Nuran Wibisono
BUKU, Esai, Musik, Non-Fiksi, Sejarah, Filsafat, BudayaPenerbit: EA Books Tahun Terbit: 2017 Tebal: 581 halaman ISBN: 978-602-50222-0-2Kondisi: Baru"Usia belasan menjadi kala awal mengenal musik. Membeli kaset pertama, jatuh cinta dengan Mötley Crüe dan hair metal, hingga menghamburkan uang jajan untuk membeli kaset. Setelah benar-benar terhisap dalam musik, maka cita-cita pun dicanangkan: jadi anak band. Tapi sebagai remaja yang sadar diri dengan skill bermusik yang terbatas, maka menjadi jurnalis musik menjadi pilihan cita-cita utama. Apalagi setelah melihat Almost Famous dan menyadari betapa terlihat menyenangkannya menjadi jurnalis musik."(SIDE A 18 And Life*)*“Membaca buku ini Anda akan setuju dengan saya bahwa Nuran adalah penulis musik sangat berbakat. Rajutan data, pemahamannya akan ekosistem industri, dan referensinya terhadap band-band terhormat serta album-album musik bermartabat sangat luas dan dalam. Nuran sudah masuk dalam barisan dan menambah jumlah penulis musik independen, melebihi mereka yang bekerja di penerbitan/majalah musik. Rock on!”– Phillips J. VermonteRp 125.000,00 -
Nick Drake: Sebuah Biografi – Patrick Humphries
Biografi, BUKU, Musik, Non-FiksiPenerbit: Yayasan Jungkir Balik Tahun Terbit: 2017 Tebal: 426 halaman ISBN: 978-602-61744-0-6 Kondisi: BaruPada tahun 1974 Nick Drake mati muda dalam keadaan terpuruk. Depresinya akut dan karir musiknya suram. Five Leaves Left, Bryter Layter, dan Pink Moon, tiga album yang dirilis semasa hidupnya tidak laku. Namanya asing di belantika musik Inggris. Sosok dan lagunya tenggelam dalam hingar-bingar rock 'n' roll tahun 60-an. Tapi bertahun-tahun kemudian dia menjadi sosok legendaris. Peter Buck REM, Robert Smith The Cure, dan Donovan hanyalah tiga dari sekian banyak orang yang menggandrungi musik-musiknya. Lewat buku ini Patrick Humphries menelusuri lika-liku hidup dan mitos yang menyelubungi pahlawan romantik malang itu."Potret yang menawan... Buku ini menyerupai kisah pendewasaan remaja sensitif ketimbang keadaan manusia. Tapi, meskipun demikian, tidak kurang menyentuhnya. Kisah singkat yang manis sekaligus sedih." -Mojo"Humphries punya kepekaan tajam soal konteks sosial yang melingkupi Drake... Buku ini merupakan fabel sedih tentang seorang korban gejolak budaya tanding tahun enam puluhan." -Sunday Times -
Merenungkan Gema – Perjumpaan Musikal Indonesia-Belanda
BUKU, Esai, Musik, Non-FiksiPenyunting: Bart Barendregt dan Els Bogaerts Penerjemah: Landung Simatupang Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tahun Terbit: 2016 Tebal: xvi + 403 hlm ISBN: 978-979-461-635-2Kondisi: BaruDari waktu ke waktu, hingga kini, komposer, pelaku pergelaran, dan sarjana musik saling mengilhami. Kehadiran orang Belanda di Hindia Belanda dan Indonesia serta keberadaan komunitas diaspora yang besar di negeri Belanda telah memberi kontribusi terhadap pertukaran timbal-balik dalam bidang musik: dari kelompok musik tiup militer, musik klasik dan liturgi sampai musik jazz, Indo rock, dan musik dunia sebagai yang lebih baru. Meskipun demikian, interaksi musikal seperti itu sering dibentuk oleh kekuatan kekuasaan yang tidak seimbang, apalagi dengan motif-motif yang sangat beragam pada awalnya. Merenungkan Gema menyajikan eksplorasi musikologis, historis, dan antropologis dalam perjumpaan musikal yang telah dibentuk dalam masa lalu dan masa sekarang. Hasilnya adalah warisan musik yang hingga kini dapat didengarkan.*Kontributor: Bart Barendregt, Els Bogaerts, Liesbeth Ouwehand, Gerard A. Persoon, Sumarsam, Miriam Brenner, R. Franki S. Notosudirdjo, Henk Mak van Dijk, Madelon Djajadiningrat, Clara Brinkgreve, Wim van Zanten, Matthew Cohen, Lutgard Mutsaers, Rein Spoorman, Annika Ockhorst, dan Fridus Steijlen.*Bart Barendregt adalah antropolog yang mengajar di Institut Studi Sosial dan Budaya, Universitas Leiden. Ia telah melakukan penerbitan dan membuat film tentang seni pertunjukan Asia Tenggara, media baru dan mobil, dan musik pop (Islami).Els Bogaerts berspesialisasi dalam bahasa-bahasa dan kebudayaan Asia Tenggara (Universitas Leiden) serta tari dan musik Jawa klasik (Yogyakarta). Ia menulis artikel tentang hasil perjumpaan kultural, seni pertunjukan, budaya dan dekolonisasi, dan menyunting beberapa buku. Ia juga sedang melakukan riset tentang representasi budaya-budaya Jawa di televisi Indonesia.Rp 100.000,00 -
Musik Indonesia 1997-2001 – Kebisingan & Keberagaman Aliran Lagu – Jeremy Wallach
BUKU, Musik, Non-FiksiPenerbit: Komunitas Bambu Tahun Terbit: 2017 Tebal: xx + 322 hlm Jenis Kertas: Bookpaper Jilid: Soft Cover ISBN: 978-602-9402-75-9Kondisi: BaruApa yang terjadi dengan suara “lokal” ketika globalisasi menyingkap para musisi dan penikmat musik pada pengaruh budaya dari seluruh dunia?Jeremy Wallach menyelidikinya sebagaimana pertanyaan ini “dipermainkan” pada perkembangan eklektik dunia musik Indonesia pasca runtuhnya rezim Soeharto yang represif. Dilatarbelakangi transisi kaotis negara-bangsa Indonesia menuju demokrasi, Wallach membawa kita menjelajahi studio rekaman, toko musik, konser musik, kampus, perekaman video musik, dan lingkungan urban. Memadukan berbagai detail, buku ini merupakan riset etnografi yang “membumi” dengan ketajaman analisis yang berasal dari teori budaya kontemporer.Ia menunjukkan bahwa akses yang dimiliki negara-bangsa Indonesia atas musik dan teknologi yang bersirkulasi secara global tidak menyurutkan dan menyeragamkan pembuatan musik lokal di Indonesia. Nyatanya malah sebaliknya. Hal ini telah menyediakan kesempatan kreatif kaum muda Indonesia untuk mengeksplorasi identitas mereka di dalam sebuah bangsa ragam budaya yang mengalami perubahan dramatis dalam dunia yang makin saling berkaitan.Testimoni:“Buku yang penting ini memaparkan bagaimana musik (populer atau lainnya) membumi di dalam berbagai kemungkinan yang tersedia sekarang ini melalui orang-orang yang mendapat kenikmatan di dalamnya. Sudah sepatutnya jika buku ini dibaca oleh siapa pun yang tertarik pada media populer, Indonesia, antropologi, etnomusikologi, dan gagasan-gagasan globalisasi/lokalisasi.”René T. A. Lysloff, Universitas California, Riverside, asisten editor, Music and Technoculture.Rp 110.000,00